SELAMA dua hari, saya luangkan waktu untuk membaca Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Novel ini disusun dengan alur yang pas. Kisahnya sederhana dan disusun seperti patahan-patahan kejadian tentang beberapa manusia. Namun, semua patahan itu akan mengerucut ke satu titik dan klimaks. Pada seperempat akhir novel itu, semua kejadian akan bertemu pada satu momentum. Everything is connected, segalanya berhubungan dalam satu simpul peristiwa.
Membaca novel ini memberikan impresi tersendiri buat saya. Gaya bahasanya sederhana, seperti novel-novel jenis chicklit, namun di beberapa bagian ada unsur sastra yang mendayu-dayu dan sesekali menghanyutkan. Saya terseret jauh ke dalam kisah yang dituturkan dalam novel hingga lupa waktu dan tak mau berhenti. Ketika membaca dua bab, saya sudah tahu bahwa saya tidak akan melepaskan novel itu. Saya akan menuntaskannya, meskipun untuk itu saya harus mengorbankan jam tidur atau istirahat.
Kisahnya simpel. Tentang sosok perempuan bernama Kugy yang periang dan punya mimpi menjadi penulis dongeng. Kemudian ada sosok lelaki bernama Keenan yang punya impian menjadi pelukis. Karakter mereka klop, namun tidak lantas langsung jadian. Butuh proses dan sejumlah tikungan-tikungan hingga akhirnya mereka menyadari bahwa sesungguhnya mereka adalah pasangan yang saling melengkapi.
Saya menyenangi dialog-dialognya yang sederhana, namun cerdas. Alur yang mengalir dan sesekali menghentak. Di beberapa bagian novel, terasa banyak kejutan, semacam karang-karang teguh yang menghadang aliran sungai untuk mencapai lautan. Pada akhirnya, hati manusia bukan untuk memilih sesuatu secara rasional dan obyektif. Hati manusia akan mengalir dan saling bertaut demi menemukan pasangannya yang tepat. Kita memang bisa bohong setinggi langit, namun hati kita akan menemukan sendiri jalannya. Kita bisa saja melawan kata hati, namun itu sama saja mengingkari aliran sungai bahagia kita sendiri.
Demikian kesan saya atas novel Perahu Kertas.....
0 komentar:
Posting Komentar