Komentar di Perahu Kertas

BAGAIMANA rasanya jika nama anda dituliskan dalam sebuah novel yang dikarang oleh sang idola? Mungkin anda dan saya hanya bisa membayangkan kenyataan itu. Tapi tidak dengan Dwi. Nama dan komentarnya dimuat dalam novel terbaru Dewi Lestari (Dee) yang berjudul Perahu Kertas.

Kemarin, saya melihat buku itu dibelinya. Tapi ia meminjami saya nanti malam hari. Ia tidak menyadari bahwa namanya tercatat di buku itu, hingga saya yang memberitahunya. Mulanya ia tak percaya sebab sudah dilihatnya komentar-komentar di halaman belakang. Tapi setelah saya yakinkan dan perlihatkan halaman awal yang memajang nama dan komentarnya, barulah ia percaya dan kegirangan.

Di lembar-lembar awal novel itu, terdapat tanggapan dari mereka yang sudah membaca versi digital. Di bagian bawah, ada komentar Dwi Agustriani yang mengatakan, “Aku selalu menyenangi tiap tulisan dari Dee. Dan sekali lagi, perahu kertas membuatku terpikat. DEE, cara menulismu GUE banget, deh. SALUT! Membaca Perahu Kertas seperti membaca sebagian kisah hidupku. Sangat mengikat secara psikologis. Ringan. Namun begitu bermakna...”

Sebelum novel ini beredar dalam bentuk seperti yang saya pegang, sudah pernah beredar di dunia maya dalam bentuk digital. Tapi ending versi digital itu agak menggantung, sebab ada dua bab yang hilang. Padahal itu penting untuk mengetahui akhir kisah itu. Nantilah setelah versi cetaknya beredar, hasrat keingintahuan itu bisa teratasi sebab memuat dua bab yang menjadi ending.

Seelum versi cetak beredar, Dee memajang pengumuman di blognya yang meminta komentar dari para pembaca. Katanya, beberapa komentar terbaik akan dipajang di buku versi cetak yang akan segera terbit. Saat inilah Dwi ikut memberikan komentar. Ia berharap –meski tidak terlalu yakin—agar komentarnya bisa dimuat. Hari ini, saya memperlihatkannya bahwa harapan tersebut bisa terkabul. Dia sangat bahagia.(*)

0 komentar:

Posting Komentar