Inspirasi dalam Menulis

TUNTAS juga catatan editor untuk buku Naskah Buton Naskah Dunia. Selama kurang lebih dua minggu, saya memikirkan apa yang hendak ditulis, kemudian mulai menyusun kalimat satu paragraf per paragraf. Akhirnya kalimat itu menimbun. Tadi pagi, saya sudah menuntaskan sebanyak 32 halaman untuk catatan editor. Lebih tinggi dari rencana saya yang awalnya ingin 20 halaman saja.

Di banding tulisan-tulisan yang lain, saya cukup puas dengan catatan kali ini. Untuk pertama kalinya saya menulis tema-tema yang agak sufistik. Ketika menulis, saya sering kesulitan melangkahkan kata. Makanya, saya mengikuti saran seorang kawan untuk rajin berdoa agar menemukan inspirasi. Saran teman itu terbukti benar. Ternyata saya bisa menuliskan catatan itu dengan cepat.

Kali ini, saya tetap mempertahankan gaya menulis yang seperti novel. Yang susah adalah konsistensi untuk mempertahankan gaya menulis seperti ini. Sebab ternyata gaya menulis seperti ini tidak mudah juga. Mungkin saya mesti belajar lagi menulis. Menurut banyak buku teknik menulis yang saya pelajari, hanya ada tiga cara tepat untuk belajar menulis yaitu membaca, membaca, dan membaca. Sebab membaca adalah gizi bagi proses menulis itu sendiri.

Membaca adalah nutrisi yang memperkaya wawasan kita, mengasah kepekaan kita dalam memilih-milih kalimat, hingga membuat sistematis logika berpikir kita dalam menulis. Untuk persiapan menulis catatan editor ini, saya sengaja menyempatkan waktu untuk membaca ulang beberapa buku filsafat dan tasawuf. Kebetulan sekali karena ini bulan Ramadhan, suasana hati saya untuk membaca buku seperti itu lagi baik-baiknya. Makanya, saya gampang sekali connect dengan tema-tema tasawuf. Meski demikian, pada akhirnya, saya menyerahkan kepada para pembaca buku kelak. Apakah tulisan itu bagus atau tidak, itu adalah hak dan penilaian mereka. Yang penting, saya sudah menunaikan tugas saya untuk menulis. Itu saja.(*)

0 komentar:

Posting Komentar