Aku suka pada mereka yang
berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemui malam
-- Chairil Anwar (1922 – 1949)
JAUH sebelum Rhoma Irama memopulerkan lagu
Begadang, aktivitas begadang atau tidak tidur di waktu malam telah lama
dilakoni orang. Di banyak tempat, ada banyak orang hebat yang justru bekerja
keras di waktu malam. Mereka mengurangi waktu tidur, dan fokus untuk melakukan
sesuatu yang kemudian mengubah dunia. Perubahan banyak dirancang pada malam
hari, pada saat banyak orang terlelap.
Marilah kita mengikuti kisah tentang
Barrack Obama. Presiden Amerika Serikat (AS) ini selalu mengisi malam hari
dnegan banyak kegiatan. Ia amat bangga menyebut dirinya sebagai night owl atau
burung hantu demi menggambarkan dirinya yang selalu terjaga di waktu malam. Ia
menyiapkan berbagai hal dengan teliti, sebelum melakoninya pada keesokan hari.
Ia selalu bangun pada pukul 07.30 pagi. Ia
tak pernah terlambat. Sekali terlambat, agendanya akan berantakan. Ia akan memulai
hari dengan berolahraga di gym, selanjutnya mandi dan memulai aktivitas sampai
sore. Sebagai presiden, ia akan menerima banyak tamu, menyelesaikan beberapa
hal penting, hingga melakoni beberapa seremoni.
Bagi Obama, waktu berjalan rapi, tanpa
banyak perubahan. Sesibuk apapun pekerjaan, ia akan menghentikan aktivitasnya
pada pukul 06.30 sore. Ia akan kembali ke rumah, lalu menjalani peran sebagai
suami bagi istrinya, Michele, serta sebagai ayah bagi dua anaknya. Seusai makan
malam, ia akan meluangkan waktu untuk bercengkerama dan bermain bersama
anak-anaknya hingga pukul 20.30. “Sesibuk apapun, saya akan selalu punya waktu
untuk keluarga. Itu jauh lebih penting dari apapun,” katanya.
Ketika istri dan anaknya istrahat,
mulailah lelaki ini memulai aktivitas. Ia akan membaca berbagai dokumen, lalu
mempelajari banyak hal. Ia membaca banyak berkas briefing hingga pukul 22.30
malam. Setelah itu ia akan membaca buku terbaru selama setengah jam atau lebih.
Kadang-kadang ia akan menelepon beberapa staf senior, hingga akhirnya tidur
pada pukul 1.00 dini hari.
Ternyata, ia tak selalu bekerja.
Kadang-kadang ia menghidupkan televisi dan menonton American Football,
berselancar di internet melalui Ipad, hingga menelepon beberapa kepala negara
lainnya. Sebelum tidur, ia akan kembali membaca buku hingga akhirnya terlelap.
Apakah gerangan? Ternyata ia membaca novel. Baginya, novel sama pentingnya
dengan buku-buku yang dibaca dengan kening berkerut. Sebab novel mengasah rasa,
menajamkan nurani, serta menjernihkan pikiran dengan perspektif baru. “Kelola harimu dengan penuh antisipasi,”
katanya suatu ketika. Persiapkan segala hal yang kamu lakukan dengan matang
hingga akhirnya kamu menjalaninya.
Kebiasaan Obama sama dengan kebiasaan Bill
Gates, yang dikenal sebagai manusia terkaya di dunia. Sejak masih muda, ia
dikenal sebagai seorang kutu buku. Ia akan menghabiskan hari-harinya dengan
membaca buku. Tak hanya komputer ciptaannya yang harus di-upgrade, wawasannya
pun harus selalu dikembangkan. Kepada teman-temannya, ia rajin merekomendasikan
buku. Di antara buku yang direkomendasikan adalah Made in USA dan Making the
Modern World: Materials and Dematerialization yang ditulis Vaclac Smill.
Pemilik Microsoft ini mengisi malam
harinya dengan membaca. Ia membantah anggapan yang menyebutkan bahwa seorang
pebisnis tak perlu banyak membaca. Baginya, membaca adalah inspirasi yang
membawa dirinya berkelana ke tempat-tempat yang jauh. Melalui membaca, ia bisa
berkelana ke manapun, belajar berbagai pengetahuan baru, lalu merancang berbagai
ide-ide baru. Ia seorang pembelajar yang tak pernah puas.
Kebiasaan lain di malam hari adalah
mencuci piring. Entah kenapa, ia menyukai aktivitas mencuci piring di malam
hari. Kebiasaan ini dilakukannya sejak masih muda. Barangkali, ia menemukan
banyak inspirasi saat mencuci piring. Saat melakukan itu, mungkin ia memikirkan
banyak ide-ide brilian yang kemudian diterapkan dalam bisnisnya. Ia bisa
berkontemplasi di saat melakukan aktivitasnya. Entah.
***
DUA kisah di atas saya temukan tanpa
sengaja saat membaca buku yang membahas rutinitas malam beberapa tokoh hebat
dunia. Banyak orang yang menemukan inspirasi dan pikiran jernih pada malam
hari, pada saat orang lain sedang beristirahat. Di malam hari, mereka menemukan
ketenangan lalu me-recharge pikirannya dengan berbagai gagasan baru demi
menatap esok hari yang lebih matang.
Mereka tak sekadar begadang atau bermain
gitar di malam hari, sebagaimana dilakukan Bang Rhoma. Mereka mengasah diri,
membaca, ataupun menulis demi menjaga agar sungai gagasan tak pernah surut
dalam dirinya. Mereka melakukan banyak hal demi menghadapi hari-hari mendatang.
Melalui persiapan yang matang, mereka siap mengadapi segala skenario yang bisa
muncul.
Beberapa sosok hebat yang kisahnya saya
baca justru mengurangi waktu istirahat menjadi empat atau lima jam. Waktu
diubah menjadi lebih produktif.. Mereka disiplin dalam mengisi waktu dengan hal
positif, serta memastikan hari-hari berjalan sesuai perencanaan yang sebelumnya
telah disusun.
Jujur, manusia Indonesia akan kesulitan
untuk menjalani hari yang sedemikian tertata. Barangkali, kita akan lebih suka
dengan melakukan sesuatu tanpa perencanaan, lalu membiarkan segala hal terjadi.
Di satu sisi, sikap ini menunjukkan kita sebagai bangsa yang tak terbiasa menyusun
rencana dan antisipasi. Tapi di sisi lain, sebagaimana dicatat peneliti Hisanori
Sato, sikap hidup itu mencerminkan nurani kita yang selalu merasa cukup serta
rasa bahagia yang tak habis-habis.
Artinya, selalu ada pelajaran di balik
setiap tindakan-tindakan kita. Akan tetapi, mengisi malam dnegan aktivitas
positif jauh lebih baik ketimbang menjalani hari yang biasa dan terjebak
rutinitas. Bukankah kehidupan memiliki gelombang
yang sering tak menentu dan kerap menghempaskan kita dengan amat kejam?
Bogor, 28 Juli 2015
Saat sedang begadang