Bejana Penuh Kenangan

AKU menikmati setiap episode pulang kampung. Namun, berlama-lama dengan nostalgia dan memperbarui kenangan bisa menjenuhkan juga. Kenangan memang bisa diawetkan dalam bejana di hati kita, namun mustahil mengembalikan sesuatu sebagaimana semula. Sepertinya, ada dua sisi yang agak kontradiktif di sini. Kenangan cenderung statis, sementara diri kita terus-menerus mengalami transformasi.

Kenangan adalah perangkap kesan dalam benak kita tentang sesuatu. Kenangan adalah himpunan pengalaman-pengalaman yang membentuk satu bangunan konseptual tentang sesuatu dalam genangan berpikir kita. Kita menilai sesuatu berdasar kenangan itu. Dalam konteks seseorang, kenangan cenderung tetap dan tidak berubah, padahal orang yang hidup dalam kenangan itu terus mengalami gerak. Maka nostalgia adalah momentum di mana kita saling mempertautkan kenangan, memperbarui kenangan, sekaligus kian memperkaya stok data seseorang sebagaimana diabadikan dalam benak kita sendiri.

Dalam setiap momen pulang kampung dan perjumpaan dengan kawan lama, senantiasa terbuka ruang untuk nostalgia. Aku menikmati nostalgia dan pertautan kenangan itu. Namun, hidup dalam nostalgia itu bisa menjadi perangkap juga buat kita. Tiba-tiba saja kita serasa terperangkap dalam sikap jalan di tempat, tanpa merencanakan sesuatu. Kita merasa besar dengan masa lalu, tanpa menyusun strategi untuk menghadapi masa depan.

Mungkin cara yang paling bijak adalah memperlakukan kenangan sebagai sesuatu yang memberi efek dinamik, sesuatu yang menggerakkan. Di sini, kenangan bukan hanya bejana yang menyimpan episode penting dalam kehidupan, namun menjadi api yang membakar motivasi dan semangat kita sendiri. Kira-kira demikian...

0 komentar:

Posting Komentar