gambar yang diposting Presiden Barrack Obama |
HAMPIR semua sahabat di Amerika Serikat
(AS) tengah merayakan kegembiraan. Di semua negara bagian, pernikahan sesama
jenis telah dibolehkan oleh hukum. Banyak sahabat yang memajang status ataupun
foto yang menggambarkan kegembiraan itu. Ada pria yang memajang foto bersama
pasangan prianya. Namun saya sangat tersentak saat melihat foto seorang
perempuan bersama kekasihnya yang juga perempuan. Saya mengenal dekat perempuan
itu.
***
PEREMPUAN itu bernama Joy Hsu. Ia berasal
dari Taiwan. Sesuai namanya, hampir setiap hari ia bergembira. Perempuan yang
nampak tomboy ini juga menebarkan gembira itu ke sekelilingnya. Saat itu, ia
terdaftar sebagai mahasiswa pascasarjana bidang matematika di Ohio University.
Saya mengenalnya saat sedang menjajakan
tiket konser Indonesia Night. Dari sedemikian banyak mahasiswa Indonesia, ia
mendatangi saya untuk membeli tiket. Tak cukup dengan itu, ia mengajak saya
berbincang-bincang. Ternyata, ia tengah memperdalam kemampuan bahasa Inggris.
Baru datang dari Taiwan, ia masih kesulitan mengenali setiap kalimat dalam
bahasa Inggris.
Saya pun masih berada dalam fase yang sama
dengan dirinya. Kami lalu sepakat untuk menjadi conversation partners, semacam
mitra untuk melatih kemampuan bercakap. Hampir setiap hari, kami bertemu dan
berbincang dalam bahasa Inggris. Saya diundang masuk dalam kehidupannya.
Pernah, ia mengajak saya ke satu bar demi mencoba beberapa gelas alkohol. Saat
itu, saya hanya menemaninya, sembari berjaga-jaga kalau dirinya mabuk dan tak bisa
pulang ke apartemennya.
Selain dengan dirinya, saya banyak
mengenal mahasiswi Cina. Di antaranya adalah Shuyi Chen dan Ellen Yah. Tapi
entah kenapa, saya malah akrab dengan Joy. Mungkin karena Joy sering datang
menemui saya. Mungkin pula karena kami merasa akrab dan banyak melalui hari
bersama-sama.
saya dan Joy di Donkey's Cafe |
tulisan saat belajar bahasa Cina bersama Joy |
Bersama Joy, saya melalui banyak hari di
perpustakaan. Kami selalu memilih duduk di meja yang sama. Saya mengenalkannya
dengan semua mahasiswa Indonesia. Ia mengajarkan saya apa yang menarik dari
permainan basket. Ia memang seorang pemain basket yang handal. Ia kerap
mewakili universitas, lalu mendapatkan beasiswa berkat permainannya.
Biasanya, saat dirinya hendak latihan
presentasi, ia akan meminta saya menjadi pendengar. Kadang saya memberikan
masukan, khususnya pada bagian-bagian ketika dirinya kesulitan melafalkan kata
atau kalimat. Biasanya, sesuai latihan, ia akan mengajari saya kemampuan bahasa
mandarin. Kami berdiskusi tentang film-film Hongkong. Kami juga membahas serial
Meteor Garden, serial yang berasal dari negaranya. Ia mengenal Jerry Yan, sosok
yang berperan sebagai Tau Ming Se dalam serial itu.
Pada masa itu, banyak yang menganggap kami
pacaran. Jascene, seorang mahasiswi asal Jamaika, pernah beberapa kali meminta
maaf hanya kaena mengajak kami berbincang-bincang saat sedang menunggu bis.
Dipikirnya, tindakan itu mengganggu privasi kami yang sedang ingin berdua.
Padahal, kami tak ada pembicaraan serius. Saya hanya mengantarnya pulang ke
apartemennya.
Selama bersama Joy, saya selalu ingin
bertanya, mengapa tak pernah ada gosip dirinya pacaran dengan seseorang. Selama
dua tahun mengenalnya, ia tak pernah mengenalkan seorang pria kepada saya. Kami
bersahabat dekat, tanpa pernah membahas privasi masing-masing.
Hingga suatu hari, saya akan meninggalkan
Athens untuk ke Indonesia. Joy meminta saya untuk menamninya malam itu ke bar.
Saya sedang mengemas beberapa barang. Tapi ia tak kunjung berhenti mengirim
pesan agar menghabiskan malam terakhir bersamanya. Tak enak hati untuk menolak,
saya memintanya untuk datang menjemput ke apartemen tempat saya tinggal. Ia
datang menjemput saya.
Di bar itu, kami lama berbincang. Untuk
pertama kalinya kami berbincang hal-hal yang sifatnya pribadi.
“Selama kita berteman, saya tak pernah mendengar gosip tentang pacarmu,” tanyaku.“Saya tak menemukan seseorang yang sesuai dengan keriteria saya,” jawabnya.“Tapi kamu pernah menyukai seseorang khan?”“Entahlah. Suka itu abstrak. Saya tak tahu apa pernah menyukai seseorang,”“Mengapa?”“Semua lelaki itu sama. Mereka hanya memanfaatkan perempuan,”“Kamu hanya melihat sedikit. Kamu tak melihat banyak lelaki baik lainnya,”“Pengalaman saya mengajarkan itu,”
Kami lalu membahas hal lain. Kesan saya,
ia agak berhati-hati saat membahas cinta. Barangkali ia menyembunyikan sesuatu.
Kami lalu tak membahas topik itu, Setelah lama terdiam, ia lanjut bercerita
tentang rencananya yang hendak melanjutkan sekolah ke Washington DC. Saya masih
ingat persis pertanyaannya yang diulang beberapa kali, “Kapan kamu akan kembali
ke sini?’
Saya tak tahu bagaimana menjawabnya.
Kehidupan punya banyak misteri yang susah saya pahami. Masa depan adalah bagian
dari misteri yang sukar dijelaskan. Saya hanya mengalir mengikuti ke
mana air sungai kehidupan hendak membawa saya. Saat itu saya hanya menjawab
singkat, “Joy, kita tak pernah tahu bagaimana misteri masa depan. Yang pasti,
ketika ada kesempatan ke sini, saya akan sesegera mungkin menjemputnya.”
Itulah pertama kalinya saya melihat Joy
meneteskan air mata.
***
DUA tahun berlalu sejak pertemuan terakhir
dengannya. Warga Amerika Serikat banyak yang bergembira atas pernikahan sejenis
yang dilegalkan pemerintah. Presiden Barrack Obama ikut memajang foto yang
menampilkan rasa bahagia karena cinta telah mengalahkan semuanya.
Saya akhirnya melihat foto Joy bersama
seorang perempuan lain. Mereka memakai kaos yang bertuliskan “I Do”. Di situ
tertera ucapan bahagia atas kebijakan pemerintah Amerika. Saya tiba-tiba
kehilangan kata. Saya mengingat betapa banyaknya melalui hari-hari bersamanya.
Ia kini menemukan tambatan hati, meskipun itu adalah sesama jenis. Biarlah
orang lain mengutuk atas nama moralitas, tapi kalian berhak untuk merayakan
bahagia atas cinta yang tumbuh dan bersemi.
Semoga ia terus berbahagia. Bagaimanapun,
setiap orang berhak hendak mencintai siapapun. Joy telah memilih mendahulukan
cinta di atas segala konvensi sosial dan sesuatu yang kerap dianggap sebagai
kaidah moral. Ia berhak memilih hendak menjalin relasi dengan siapapun.
Hari-hari terakhir adalah hari kemenangan cinta, sesuatu yang dirayakan Joy
dengan penuh kegembiraan.
Saya bisa merasakan apa yang dirasakannya.
Saya hanya bisa berucap lirih, “Congrats my dear Joy. Finally you find your
happiness.”
Bogor, 27 Juni 2015
BACA JUGA: