|
spot selam di Buton Selatan (foto: Dicky Millar) |
Terik matahari menyambar air laut. Kerlip hamparan pasir yang
putih dan bersih, membuat mata silau, siapa pun yang memandangnya dari jauh.
Saat memandangi lebih dekat, tampak air laut yang jernih kebiruan menawarkan
pemandangan eksotis. Ikan-ikan kecil yang berenang lihai di antara pasir putih
yang dangkal semakin membuat siapa pun enggan meninggalkan pulau ini.
Perahu kecil bergerak menuju pulau yang tampak indah dengan
gugusan pohon kelapa. Pulau ini ialah Pulau Ular. Namun, pulau ini tidak
seseram Pulau lha da Queimada Grande, Brazil, sebuah pulau indah yang sama sekali tak satu pun pelancong
pernah bermimpi untuk ke sana. Bahkan warga Brazil sendiri. Pulau itu dihuni
oleh sekitar 2.000-4.000 golden lancehead viper (Bothrops insularis), salah satu jenis ular paling mematikan di
dunia.
Namun situasinya berbeda dengan Pulau Ular di Kabupaten Buton
Selatan (Busel), Sulawesi Tenggara. Di sini, tidak ada ular. Pulau yang dikelilingi pasir putih
ini juga tak berpenghuni. Pulau ini menjadi primadona tayangan televisi yang
memotret pesona alam. Salah satunya adalah Indonesia Punya Cerita, yang tayang
di Trans TV dua tahun lalu.
Lista, seorang wisatawan asal Jakarta yang diwawancarai TV
nasional itu mengaku senang dapat menginjakkan kaki di pulau yang hanya
berjarak 50 menit dari Bandara Betoambari, Baubau ini.
“Aku sengaja datang ke sini karena memang cari pulau yang
sepi. Kalau orang kan ke Sulawesi Tenggara tahunya Wakatobi, nah ini nggak
banyak yang tahu ada pulau secantik ini,” ujar Lista riang.
Lista salah satu contoh wisatawan dari luar Pulau Buton yang
sengaja menghabiskan uang untuk bisa tiba di kabupaten muda ini. Lista dan
kawannya beruntung sebab salah satu surga di Buton Selatan bisa dinikmati
setelah kabupaten ini berbenah.
|
Perahu yang Menuju Pulau Ular di Buton Selatan (foto: BaYou) |
Kabupaten yang dimekarkan tahun 2014 lalu memiliki pesona alam
yang sangat menawan. Daerah hasil pemekaran Kabupaten Buton ini, sebagian
wilayahnya terdiri atas kepulauan. Itu sebabnya, kabupaten ini menyimpan
potensi besar di bidang pariwisata khususnya wisata bahari.
Pulau-pulau kecil yang tersebar di sekitar Busel, kini mulai
mengundang perhatian para wisatawan. Tak hanya wisatawan lokal, wisatawan asing
pun tampak mulai berdatangan menikmati pulau-pulau indah Busel yang dianggap
lebih indah dari pantai di Maldives.
***
Beberapa meter dari bibir pantai Batauga, sekelompok perahu
nelayan dihias sedemikian rupa. Perahu-perahu yang digunakan untuk menangkap
ikan ini, terombang-ambing oleh ombak seolah hendak menunggu aba-aba.
Sejurus kemudian. puluhan kapal nelayan tadi berlayar dengan
mesin motor. Mereka berparade, berlomba mengitari teluk Batauga. Dari jauh
kapal mereka tampak dengan kumpulan warna-warni indah yang mencolok di mata.
Selain parade, festival juga dimeriahkan dengan tarian Kadepo
yang menceritakan warga pesisir laut Busel dalam menangkap ikan dengan
peralatan tradisional. Tarian ini adalah
Setelah tarian itu selesai, dilanjutkan dengan prosesi ritual
adat larung laut yang dilakukan masyarakat nelayan Laompo sebagai bentuk rasa
syukur kepada Allah SWT. Ritual ini sudah rutin digelar masyarakat Laompo
Batauga tiap musim melaut.
Ada ratusan wisatawan lokal yang menyaksikan parade, dan
atraksi larung laut, mereka seolah terpukau dengan cantiknya pantai Batauga dan
asyiknya atraksi budaya yang dimiliki masyarakat Busel.
Meski baru pertama kali digelar, Festival Buton Selatan yang
mengangkat tema The Wonder of South Buton
atau Keajaiban Buton Selatan ini
berhasil menarik perhatian warga dalam dan luar Busel. Gubernur Sulawesi
Tenggara, Ali Mazi bahkan menginginkan festival ini dilaksanakan setiap tahun,
menambah destinasi wisata unggulan baru di wilayah Sultra.
Festival Buton Selatan yang diadakan pada 29 November hingga 1
Desember 2019 ini merupakan kegiatan pariwisata yang diinisiasi oleh Bupati Haji
La Ode Arusani. Festival yang mengangkat tema Keajaiban Buton Selatan ini
merupakan gelaran pertama kali di Busel.
Festival ini digagas La Ode Arusani saat masih menjabat Plt
Bupati Busel tahun 2019 lalu. Pria yang dikenal murah senyum ini menghendaki
festival yang menyandingkan, keindahan alam serta kebudayaan itu digaungkan
lebih besar di tahun mendatang demi mempopulerkan potensi wisata Busel. Dia berharap
pariwisata akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Festival ini kita buat agar potensi Busel bisa diekspos ke wisatawan
baik lokal maupun mancanegara. Lewat kesempatan ini, masyarakat yang hadir
bukan hanya ikut menyaksikan tapi juga mendoakan agar Busel lebih maju,”
pintanya.
Dengan festival ini, Arusani berharap potensi wisata Busel
bisa dilirik pemerintah pusat. Lebih jauh bahkan ke wisatawan manca-negara. Tak
salah jika Arusani menghendaki kabupaten yang dipimpinnya menjadikan pariwisata
sebagai proyek strategis.
|
Penari di Buton Selatan Festival |
|
Salah satu ritual di Buton Selatan Festival (foto: Dicky Millar) |
Pada festival perdana ini, Pemkab Busel akan menyuguhkan
sejumlah acara unggulan sebagai etalase bagi masyarakat luas untuk mengenal
lebih jauh adat dan budaya, kehidupan masyarakat bahari, kekayaan kuliner,
serta potensi kreatif yang dimiliki masyarakat Busel.
Beberapa acara yang digelar adalah: parade budaya, karnaval
perahu nelayan, ritual adat, pagelaran tari persembahan para pelajar, pemilihan
duta wisata Buton Selatan, zona kuliner dan kreatif, lomba-lomba tradisional
hingga fashion show tenun Buton.
Saat kegiatan karnaval perahu, ratusan nelayan ikut
berpartisipasi. Demikian pula saat parade budaya. Banyak orang ikut terlibat
dan berpartisipasi sehingga nuansa dan kekayaan budaya Buton Selatan bisa
tampak.
Kekayaan tenun Buton juga akan mendapat tempat tersendiri di
panggung Buton Selatan Festival melalui fashion show tenun. Apalagi, ada kolaborasi
dengan desainer yang karyanya telah mewarnai catwalk bergengsi nasional di
ajang Indonesia Fashion Week dan negara tetangga.
Sedang ajang pemilihan duta wisata adalah untuk menemukan
potensi generasi muda Buton Selatan yang kenal budaya sekaligus berwawasan. Mereka
akan menjadi duta dan wajah Buton Selatan dalam berbagai kegiatan promosi
pariwisata.
Buton Selatan Festival 2019 diharapkan dapat menjadi jendela
untuk melihat lebih dekat keragaman budaya serta keindahan alam Kabupaten Buton
Selatan. Inilah upaya pemerintah Kabupaten Buton Selatan untuk ambil bagian
dalam upaya merawat Indonesia, melalui pelestarian adat dan budaya lokal.
Sejak dimekarkan sejak tahun 2014, Buton Selatan kini tengah
berbenah. Pemerintah
terus menggalakkan pembangunan pariwisata berbasis adat, budaya dan bahari.
Sejalan dengan semboyan Kabupaten Buton Selatan Beradat. Adat
dan budaya asli memang masih terus dilestarikan oleh masyarakat di wilayah yang
menjadi tempat pertama kali penyebaran Islam di jazirah Buton itu. Dengan
rutinnya digelar ritual adat dan budaya di desa-desa oleh masyarakat.
Seusai dilantik sebagai Plt Bupati Busel maupun bupati
definitif setahun terakhir, La Ode Arusani segera memerintahkan jajaran di
bawahnya untuk memulai mendata budaya dan potensi wisata yang dapat dipasarkan.
Budaya lokal dapat dijadikan promosi daerah atas keberagaman
kebudayaan yang menjadi kekayaan Busel.
Even pariwisata lokal pun dimulai di tahun 2019 lalu. Kecamatan
Lapandewa menggelar Pesta Adat Ma’acia Burangasi, Kecamatan Siompu menggelar
pesta adat Metau’a, dan Sampolawa ada karnaval budaya Riapa Wapulaka, serta
event yang terbesar dan perdana diadakan yaitu Buton Selatan Festival 2019.
Arusani mengatakan, kegiatan kebudayaan di tujuh kecamatan
harus dieksplor. masih banyak
kegiatan adat istiadat, tradisi lokal yang memiliki nilai-nilai luhur masa lalu
belum tersentuh untuk dikelola dengan baik. Untuk itu ia meminta agar instansi
teknis dan lainnya saling berkolaborasi sehingga potensi kepariwisataan dapat
dibuatkan kalender pariwisata agar menjadi program tahunan yang bisa menjadi
tujuan para pelancong.
Di sektor budaya, Arusani telah memberikan sentuhan pada
pakaian adat seluruh perangkat adat. Hal itu penting untuk memperkuat eksistensi
adat dalam kedudukannya di tengah-tengah masyarakat Busel. Serta menjadi
potensi wisata yang sering dicari-cari oleh dunia luar.
“Kedepan pengembangan potensi kebudayaan Busel akan
ditargetkan menjadi destinasi pariwisata unggulan, saya berharap kebudayaan
kita masuk kalender pariwisata. Ini yang kita genjot 2020, sehingga bisa
menjadi destinasi wisata internasional,” ujar bupati yang sebelumnya menjadi
anggota dewan ini.
Arusani melanjutkan, potensi kebudayaan Busel harus mulai
didata dengan baik. “Kita tahu nilai-nilai prosesi adat budaya sangat beragam
serta unik, jauh berbeda dengan daerah lain. Hal ini yang akan diangkat
sehingga menjadi destinasi wisata budaya,” harapnya.
Di tahun 2020 di sektor kebudayaan telah mendapat perhatian
serius dari pemerintah. Jajaran di bawahnya pun giat bekerja demi memberi nilai
tambah dalam laju pembangunan daerah melalui pariwisata.
“Kami tengah memprakarsai ide Bupati Buton Selatan dalam
mendorong pengelolaan obyek wisata dengan membentuk Kelompok kelompok
Masyarakat sadar wisata (Pokdarwis) yang akan dibentuk di semua Desa yang
memiliki obyek wisata,” ujar La Ode Harwanto, Kepala Dinas Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Busel.
Desa-desa di Busel memang menyimpan potensi wisata lain yang
dapat menarik perhatian pelancong. Banyak peneliti yang tertarik untuk mengetahui
eksistensi Parabela atau tetua adat, sebagai ujung tombak adat dan budaya dalam
aktivitas kehidupan masyarakat.
Di Buton Selatan terdapat 24 baruga yang merupakan tempat
pertemuan masyarakat yang umumnya berada di benteng kuno yang tersebar di 7
kecamatan di Buton Selatan.
Di tahun 2020, Bupati Arusani menargetkan untuk menunjukkan
potensi kebudayaan dan potensi destinasi alam itu di pentas nasional. “Fokus
kedepan potensi kekayaan kebudayaan Busel juga menjadi salah satu destinasi
wisata unggulan di kawasan Indonesia Timur,” papar Arusani.
Salah satu potensi unggulan yang tengah dikembangkan Bupati
Arusani ialah Bukit Lamando yang berada di Desa Sandang Pangan Kecamatan
Sampolawa. Bukit ini dianggap unik dan memiliki potensi wisata yang dapat
diandalkan Buton Selatan untuk menarik wisatawan mancanegara.
Di tahun 2020 ini, bukit tersebut bahkan masuk dalam nominasi
objek wisata dataran tinggi terbaik di Indonesia oleh ajang Anugerah Pesona
Indonesia (API) 2020.
Arusani sangat berbahagia menyambut nominasi tersebut. Ia pun
telah menginstruksikan Dinas Pariwisata untuk segera menyiapkan faktor
pendukung lainnya, untuk bersaing dengan sembilan daerah lainnya guna
menjadikan Bukit Lamando masuk dalam tiga besar.
Bahkan merebut posisi pertama kategori objek wisata dataran
tinggi terbaik Se-Indonesia. Ia menghendaki nominasi ini tidak dilewatkan
sebagai promosi gratis Buton Selatan kepada Indonesia dan dunia.
Bukan hanya Bukit Lamando yang berpotensi menjadi destinasi
wisata unggulan. Destinasi wisata lain ialah Danau Taolalo, Siompu Barat
Tonpa-Tonpanaune yang terkenal dengan wisata jeruknya, Batauga dengan
permandian air panas, Bukti Langoi, dan
jembatan lingkar Lapoili.
Wisata
yang Tersembunyi
Potensi wisata di tujuh kecamatan Busel, belum seluruhnya
terpetakan. Masih banyak kegiatan adat istiadat, serta tradisi lokal yang
memiliki nilai-nilai luhur yang layak menjadi objek wisata.
Arusani yang berlatar belakang pengusaha punya visi yang
jelas, tentang optimalisasi sumber daya lokal yang dijabarkan dalam visi Pemkab
Busel lima tahunan.
Pembangunan Kabupaten Buton Selatan difokuskan pada upaya
mengoptimalkan segala bentuk sumber daya lokal yang meliputi sumber daya alam,
sumber daya manusia, sumber daya budaya, sumber daya buatan/teknologi, dan
sumber-sumber penerimaan daerah untuk sampai pada peletakan kesejahteraan
daerah yang kokoh.
Di titik ini Arusani menghendaki optimalisasi segala bentuk
sumber daya lokal di sisi sumber daya budaya. Maka Pemkab akan segera mendata
seluruh kegiatan ritual adat maupun kegiatan yang bernuansa kebudayaan seluruh
desa dan kecamatan, baik yang digelar setiap tahun dengan berbagai ritual adat
maupun kegiatan tradisi masyarakat setempat.
“Saya berharap potensi kebudayaan kita dapat terdata dengan
baik, kita tahu nilai-nilai prosesi adat budaya sangat beragam serta unik, jauh
berbeda dengan daerah lain,” harap Arusani.
|
Bukit Lamando, Buton Selatan |
Jika sektor kebudayaan mendapat perhatian serius dari
pemerintah, kata Arusani, ia yakin kebudayaan akan menjadi kekayaan tersendiri
bagi Busel. Hal itu akan menjadi nilai tambah dalam laju pembangunan daerah.
Wisata budaya kelak dapat dituangkan menjadi event internasional.
Salah satu potensi wisata sejarah dan budaya yang banyak
dibicarakan di Busel adalah makan Gajah Mada. Di Tanah Air, ada banyak versi di
mana letak kuburan Mahapatih di Kerajaan Majapahit itu. Kematiannya pun masih
menjadi misteri.
Ada yang mengklaim Gajah Mada dimakamkan di Kabupaten Dompu,
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Ada juga yang mengklaim Gajah Mada
dimakamkan di Tuban, Jawa Timur. Di Lampung juga, diklaim sebagai tempat
peristirahatan terakhir pemilik Sumpah Palapa itu.
Buton Selatan juga disebut-sebut sebagai tempat makam Gajah
Mada. Setiap tahun, banyak orang Hindu yang datang berziarah ke makam itu.
Pemerintah perlu merenovasi akses jalan, serta membenahi kawasan sekitar makam
sehingga bisa dijangkau semua orang.
Kepala Dinas Kebudayaan Buton Selatan, Dr Ali Rosdin,
mengungkapkan adanya dukungan dari Bupati Buton La Ode Arusani untuk membangun
dua monumen, yakni Monumen Gajah Mada dan Monumen Syekh Abdul Wahid.
“Sudah banyak penelitian dilakukan.
Kita ingin bergerak lebih cepat. Lebih baik kita bangun monumen. Pelan-pelan
pikiran orang itu kita alihkan melalui monumen. Sehingga orang akan datang ke Batauga
untuk singgah di Monumen Gajah Mada,” kata Dr Ali Rosdin.
Selain Monumen Gajah Mada, pihaknya
juga berencana untuk membangun Monumen Syaikh Abdul Wahid, penyebar Islam di
tanah Buton. Buton Selatan ingin melestarikan spirit yang dibawa Syaikh Abdul
Wahid. “Kita ingin mewariskan semangat. Islam yang datang di Buton itu berasal
dari Syaikh Abdul Wahid itu. Bukan berasal dari Ternate dan lain sebagainya,”
lanjut Dr Ali Rosdin.
|
situs sejarah di Buton Selatan |
Jejak Syaikh Abdul Wahid bisa dilihat pada situs budaya berupa
masjid tertua di Wawoangi. Masjid ini diyakini sebagai masjid yang pertama kali
dibangun di Jazirah Buton. Masjid ini didirikan pada tahun 1527 M oleh Syaikh
Abdul Wahid.
Syaikh Abdul Wahid adalah sosok yang amat dihormati, sebab
penyebar Islam pertama kali di Kesultanan Buton, termasuk mengislamkan, Sultan
Buton I, Sultan Murhum (Laki Laponto). Konon, Syaikh Abdul Wahid melihat cahaya
di langit turun di Wawoangi. Dia lalu membangun masjid di lokasi masjid
sekarang.
Selain gua dan masjid, “situs misteri” lainnya, yakni gua
Purbakala Waburi di pesisir pantai Lapandewa, dan jangkar raksasa di dasar
lautan.
Ali Rosdin juga bercerita tentang Syaikh Abdul
Wahid yang pertama singgah di Batu Atas, kemudian singgah ke Lampea di
Lapandewa. “Kalau hanya cerita-cerita orang mau datang di situ, mau lihat apa. Makanya
perlu ada monumen,” katanya.
Selain tempat bersejarah, Buton Selatan dikenal memiliki
banyak gua yang memiliki daya tarik wisata sebab misteri serta jejak sejarah
yang ditinggalkan. Salah satunya ialah Gua Jepang “Tanci”, di Desa Bola,
Kecamatan Batauga.
Gua Tanci semakin meneguhkan klaim bahwa sejak dahulu, wilayah
Busel menjadi lokasi yang sangat penting sebagai jalur perdagangan di kawasan
Indonesia Timur. Jepang bahkan membangun kekuatan militernya di sini, dan
menjadikannya basis pertahanan dari serangan musuh. Alhasil, gua berusia
puluhan tahun ini dapat menjadi situs budaya yang tentu menarik bagi wisatawan.
Wisata Alam
Kekuatan pariwisata Buton Selatan adalah banyaknya destinasi
wisata yang memukau. Di sini, bisa ditemukan padang savana yang luas,
pulau-pulau yang menawan, pantai yang cantik, dan ekosistem yang indah.
Ada banyak pantai indah yang menyejukkan mata dan menjadi
potensi wisata yang belum terjamah. Beberapa pulau di antaranya bahkan
disebut-sebut mengalahkan keindahan pantai Maldives yang terkenal berkat pasir
putih dan keindahan bawah lautnya.
Sektor Bahari memang telah menjadi sahabat bagi masyarakat
Kabupaten Buton Selatan. Hampir 70 persen wilayah kabupaten ini terdiri dari
perairan. Wisata bahari bisa ditemukan di tujuh kecamatan, yaitu Batauga, Sampolawa, Lapandewa, Batu
Atas, Siompu, Siompu Barat dan Kecamatan Kadatua.
Salah satu spot wisata bahari yang tengah menjadi buah bibir
adalah perairan Batu Atas. Banyak penyelam mengakui spot perairan Batu Atas
memiliki panorama wisata bawah laut yang lebih indah dari Wakatobi.
|
spot selam di Batu Atas, Buton Selatan |
Beberapa driver atau penyelam mengakui
kekayaan biota lautnya sangat menakjubkan. Warna-warni terumbu karang, dihiasi
ratusan jenis ikan mampu memukau para penyelam yang sempat menceburkan dirinya
di lokasi ini. Semua kekayaan bawah laut membentuk variasi menyatu menjadi
taman. Menghasilkan potret alam luar biasa.
Dari Kota Baubau, menuju Pulau Batu
Atas dapat ditempuh dengan menggunakan akses transportasi laut. Kapal reguler
siap setiap saat bisa mengantar, baik melalui Pelabuhan Topa dan Pelabuhan
Tarafu di Kota Baubau. Biayanya cukup terjangkau. Hanya dengan Rp 70 ribu untuk
sekali perjalanan, dengan waktu tempuh beberapa jam melewati laut banda.
Salah seorang penyelam, Dicky Millar, mengakui, bawah laut Batu
Atas bisa menghipnotis.
“Keindahan laut Batu Atas ini bisa di setarakan dengan taman
laut Wakatobi, bahkan ada beberapa keunikan yang hanya dapat di temukan di
perairan Batu Atas. Namun bawah laut Batu Atas ini belum cukup diketahui oleh
orang banyak. Saya pastikan menyelam berjam-jam pun rasanya kurang puas,”
katanya.
Beberapa penyelam malah menyebut bawah laut Batu Atas lebih
indah dari Raja Ampat. Tidak mengherankan jika spot menyelam Batu Atas menjadi
favorit banyak wisatawan yang ke Wakatobi. Bahkan saat ini tengah diupayakan
jalur langsung dari Pulau Komodo ke Batu Atas, kemudian dibuatkan paket-paket
wisata untuk para pelancong.
Buton Selatan memang kawasan bahari. Sejak ratusan tahun
lamanya sebelum Belanda mencapai daratan ini, penduduknya telah berdamai dengan
laut, rasi bintang dan pulau-pulau tak berpenghuni. Ada empat kecamatan yang
berjejer membentuk kepulauan di Buton Selatan. Pulau-pulau itu adalah Pulau
Kadatua, Pulau Siompu dan Pulau Batu Atas. Sedang tiga kecamatan lainnya berada
di daratan Pulau Buton yakni Batauga, Sampolawa dan Lapandewa.
Sadar berdiri sebagai daerah maritim, sejak awal, Pemda Buton
Selatan sudah berambisi menjadikan pantai dan pesona bawah laut sebagai objek
wisata unggulan dalam menarik wisatawan domestik, nasional maupun mancanegara.
Selain itu, ada pula Pulau Kawi-Kawia yang merupakan pulau
terluar dan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan. Pulau Kakabia terkenal
dengan burung berwarna putih hitam yang berkumpul dipulau tersebut pada pagi
dan sore hari. Burung tersebut memangsa ikan terbang dan ikan lain yang hidup
di permukaan laut dengan paruhnya yang besar dan panjang.
Di sekitar Pulau Kakabia banyak
sekali ditemui penyu sisik dan hamparan terumbu karang yang masih sangat bagus.
Di atas pulau, terdapat juga biawak, ular batu, tikus berwarna kemerah-merahan
dan kotatu (kepiting kenari).
Untuk mewujudkan mimpi wisata bahari paling unggul di
Kepulauan Buton. Pemda kini terus membenahi fasilitas serta menggiatkan
promosi. Bupati La Ode Arusani telah bertekad untuk menjadi destinasi wisata
nasional, mengalahkan kabupaten lain.
Di Indonesia, beberapa daerah juga fokus pada pengembangan
pariwisata bahari. Satu di antaranya adalah Banyuwangi di Jawa Timur. Bagi Pemkab
Banyuwangi, pariwisata diharapkan bisa menjadi gerbong yang menarik sektor
lainnya. Pariwisata bisa memperkuat pertanian, perkebunan, industri jasa,
hingga menarik investasi.
Buton Selatan memang masih seumur jagung. Tapi, pengembangan
pariwisata sangat menjanjikan. La Ode Arusani ingin menjadikan Buton Selatan
bertransformasi dari daerah yang dikenal dengan citra kabupaten yang maju dan
modern dengan mengandalkan sektor pariwisata sebagai core economy-nya. Targetnya ialah ketika pendapatan perkapita
kabupaten ini naik lebih dari dua kali lipat dan kunjungan wisatawan naik 10
kali lipat.
Di alam pikir pembangunannya, Bupati La Ode Arusani menetapkan
landasan pembangunan Busel yang visioner, ia telah paham bahwa ke depan tren
pertumbuhan ekonomi dunia bakal ditopang oleh pariwisata.
“Mari kita fokus pada pembangunan daerah yang kita cintai ini.
Insyaallah saya terus fokus membangun secara merata di tujuh kecamatan. Mari
kita saling mendoakan agar kita diberikan kesehatan, agar daerah ini terus
lebih baik,” katanya.
Di era megatren “Leisure Economy” ini sektor pariwisata memang
telah menjadi tulang punggung ekonomi bangsa-bangsa di dunia.
Sebut saja negara-negara maju seperti Inggris, Perancis,
Spanyol, bahkan Malaysia dan Thailand, sudah mengandalkan sektor pariwisata
sebagai core economy.Itu sebabnya
Busel harus fokus memosisikan diri di pariwisata tertentu karena sektor
pariwisata memiliki multiplier effect
amat luas ke perekonomian secara keseluruhan. Artinya, kegiatan di sektor ini
memiliki dampak luar biasa dalam menggerakkan begitu banyak kegiatan ekonomi
lain.
Tak hanya itu, sektor pariwisata juga paling mudah dan paling
murah mendatangkan devisa. Dengan begitu pariwisata menjadi “obat ampuh” untuk
menyembuhkan penyakit akut current
account deficit (CAD) yang diderita perekonomian kita beberapa tahun
terakhir. Meningkatnya promosi serta angka kunjungan wisatawan di beberapa
daerah tetangga juga akan memberikan efek bagi tumbuhnya industri pariwisata di
Kabupaten Buton Selatan.
Konsep utama wisata yang tengah dikembangkan adalah sinergi
antara wisata kepulauan (pantai, pulau bawah laut), wisata budaya (tradisi,
ritual budaya tarian, dan musik), dan wisata alam (gua, savana, hutan dan air
terjun).
|
Atraksi budaya di Buton Selatan |
Ketiga komponen ini menjadi jantung utama dari kegiatan
pariwisata di wilayah ini. Tantangan berikutnya adalah bagaimana memperkenalkan
semua unsur pariwisata itu ke dunia luar sehingga lebih dikenal secara luas.
Sejauh yang bisa disaksikan, potensi wisata itu berbasis pada
sumber daya alam yang melimpah ruah. Buton Selatan dikenal sebagai Negeri 1001 Misteri.
Sebutan ini berdasar pada banyaknya misteri yang seharusnya bisa dikelola demi
mendorong pariwisata.
Merujuk dari pernyataan Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Busel, La Ode Harwanto, pihaknya mengungkapkan promosi wisata Busel
budaya di-branding pada satu ikon, yakni perahu Boti. Moda transportasi tradisional
masyarakat ini telah mengarungi sejarah kesultanan Buton, dan menjadi tumpuan
masyarakat hingga sekarang.
“Harus ada satu tempat yang kita branding, yang sudah kuat tumbuhnya di wilayah Batauga ini.
Termasuk ikon perahu Boti. Salah satu daerah yang melestarikan Boti ini hanya
di Busel. Boti ini memang ada dan tumbuh di sini.”
Selain itu, ada wisata alam seperti Bukit Lamando di Desa
Sandang Pangan (Rongi), Kecamatan Sampolawa, yang tahun ini terpilih sebagai
nominator Anguerah Pesona Indonesia (API) Award 2020. Bukit Lamando, akan
bersaing dengan 10 Kabupaten/kota lainnya di Indonesia untuk memperebutkan
Kategori Dataran Tinggi Terbaik melalui voting SMS.
Masuk dalam nominasi itu kata Herwanto, sebuah kebanggaan
tersendiri. Karena ini promosi gratis. Sebab membangun pariwisata itu yang
paling banyak mengeluarkan uang bukan pada membangun infrastruktur tapi
Promosinya.
“Kita bersyukur ini adalah promosi pariwisata gratis bagi
Busel sehingga dikenal dunia luar,” katanya.
Integrasi
dan Promosi
Pariwisata di Buton Selatan merupakan pengembangan
terintegrasi. Keterlibatan instansi terkait terjalin dengan baik seperti yang
telah diperintahkan oleh bupati. Dinas Infokom diminta fokus untuk promosi,
Dinas PU untuk akses jalannya, Dinas Perhubungan dan juga termasuk Dinas Perdagangan.
Kerja sama dijalin hingga Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.
Selain karena keindahan alamnya, Buton Selatan punya tradisi
menyambut tamu yang unik salah satunya dengan parade penyambutan seni dan
budaya yang memanjakan para pengunjung. Seperti saat sebuah Yacht mancanegara
yang merupakan peserta Sail to Indonesia 2018 merapat ke pelabuhan Buton
Selatan. Kehadiran mereka disambut antusias dengan parade seni budaya hingga
kuliner oleh masyarakat Busel.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya, waktu itu bahkan
mengungkap, Buton Selatan merupakan destinasi pariwisata terbaik. Dengan
karakter kuat alam wisata bahari, yang dilengkapi dengan kultur terbaik.
"Selamat datang di Buton Selatan. Wilayah ini merupakan
salah satu destinasi terbaik yang dimiliki oleh Indonesia. Nature dan
culturenya sangat bagus. Para yachter bukan hanya menikmati, tapi bisa belajar
beberapa tradisi unik masyarakat di sana. Enjoy Buton Selatan," ujar Arief
dalam keterangan tertulisnya.
Event Sail to Indonesia 2018 total diikuti 75 yacht. Mereka
berasal dari 12 negara. Terdiri dari Australia, Selandia Baru, Denmark,
Prancis, Belanda, Inggris Raya, Jerman, Kanada, dan Amerika Serikat. Hal ini
menjadi kesempatan promosi yang tidak disia-siakan Pemkab.
Apalagi Sail to Indonesia 2018 digelar empat hari dengan event
tersebar di empat lokasi pula, yaitu di Desa Bahari 1, Bahari 2, Bahari 3, dan
Rongi, Sampolawa.
Media nasional seperti detik.com dan kompas.com pernah memuat
event ini. Dikutip dari detik.com, Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata
Bahari Indroyono Soesilo, selesai acara mengatakan, Buton Selatan jadi salah
satu destinasi terbaik Sail to Indonesia 2018. Penyambutan warga dan kesiapan
Pemkab jadi yang terbaik di antara wilayah lain yang disinggahi peserta.
"Sail to Indonesia 2018 ini menjadi program luar biasa.
Event ini akan memberikan pengaruh besar bagi pariwisata Indonesia.
Perekonomian masyarakat bergerak, terutama di destinasi yang disinggahi,"
kata Indroyono.
Antusiasme masyarakat Buton Selatan, menyambut para tamu pun
sangat luar biasa. Hal itu bisa dilihat dari 'ritual' khusus yang telah
disiapkan. Ada beragam parade seni dan budaya yang ditampilkan, di antaranya
Mangaru Dance dan Traditional Dance yang digelar di Pantai Lagunci, Desa
Bahari. Tari Mangaru merupakan salah satu identitas Buton. Tarian ini
menggambarkan keberanian kaum pria di dalam medan perang.
Dilengkapi peralatan perang, gerakan rancak akan diperlihatkan
Tari Mangaru. Tarian ini biasanya juga diiringi oleh alat musik kansi-kansi, mbololo,
dan gendang. Nuansa semakin klasik dengan kostum unik yang dikenakan para
penari.
"Kami yakin para yachter ini akan terkesan selama berada
di Buton Selatan. Sebab, wilayah ini memiliki culture yang sangat khas dan
kuat," tegas Indroyono.
Buton Selatan juga akan menyajikan Boti Festival, di Desa
Bahari, Boti Festival menarik perhatian. Sebab, memberi pengalaman melihat Boti
yang merupakan perahu khas masyarakat Buton dengan tampilan fisik eksotis.
Masih dari hari sama, para yachter juga menikmati kelas memasak ala wilayah
Buton Selatan.
Selain beragam sajian budaya tradisional, para yachter juga
akan disambut dengan kuliner terbaik khas Buton Selatan. Sebut saja, ada
onde-onde, kasomi, tandu, dan masih banyak lainnya.
Selain tradisi dan potensi wisata yang telah disebutkan di
atas, masyarakat Buton Selatan juga memiliki tradisi unik, di antaranya budaya Pindokoa yaitu aktivitas
menangkap ikan dengan memakai tombak khusus. Tradisi Pindokoa ini sudah hidup selama ratusan tahun silam. Pindokoa menjadi treatment bila kondisi di laut kurang bersahabat lantaran faktor
cuaca
Ada pula tradisi menarik lainnya yakni Sungkawiano Sangia oleh masyarakat Siompu. berdasarkan penafsiran
ritual ini berarti menyiram batu.
Proses penyiraman sangia ini dimulai dari penganyaman
kaperansa yang dibuat dari bambu dengan bentuk persegi tempat diletakkannya nasi,
daun sirih, dupa, gambir, kapur, isi kelapa, rokok.
Kaperansa ini biasanya dianyam oleh ana buou, bhisano sangia atau siapa saja yang hadir di acara
sungkawiano sangia. Setelah penganyaman kaperansa selesai langkah selanjutnya
diserahkan kepada bhisano sangia
(tetua adat yang bertugas menyiram sangia) untuk menyusun isi kaperansa
sekaligus menyiram sangia.
Ritual tersebut diharapkan agar mau memberi keselamatan dan
ketenteraman masyarakat setempat. Secara umum, tujuan tradisi ritual
sungkawiano sangia pada hakikatnya merupakan perwujudan untuk mengingat arwah
leluhur, memohon berkah dan pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Masyarakat Siompu akan merasa lega dan puas apabila telah
menggelar tradisi ritual sungkawiano
sangia ini karena mereka telah melakukan amanat dari leluhurnya. Secara
khusus, upacara sungkawiano sangia bertujuan
agar seluruh masyarakat Siompu terhindar dari segala macam wabah penyakit
khususnya yang timbul akibat gejala alam (pergantian musim) dan meminta rezeki
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tradisi ritual sungkawiano
sangia dilaksanakan pada setiap pergantian musim, yakni pergantian musim
timur ke barat sekitar bulan November sampai Desember.
Selain itu ada pula ritus budaya di Desa Bahari, Kecamatan
Sampolawa, Buton Selatan, ritual ini mendaki jalan berbukit menuju puncak
gunung, tempat tanah leluhur orang Wapulaka.
Puncak Gunung Susudu merupakan tanah leluhur warga Desa
Bahari. Perjalanan warga ke tanah nenek moyang mereka itu merupakan ritual adat
Riapa atau syukuran masyarakat desa atas hasil panen laut selama setahun.
Setiap tiga tahun sekali atau setahun sekali. Menariknya, siapa pun boleh
mengikuti ritual adat ini, walaupun orang tersebut berasal dari luar desa.
Puncak Gunung Susudu setinggi 1.000 meter, dipercaya sebagai
kediaman orang pertama di suku tersebut. Setiap orang yang memasuki wilayah ini
kemudian akan diberi Cucundu atau sebuah tanda di kening. Seorang wanita yang
merupakan tokoh adat membacakan doa dan bertugas memberikan tanda ini.
Setelah itu, warga mulai mendatangi kuburan tua yang telah
diperbaiki dan terdapat patung kecil terbuat dari kayu. Kuburan tersebut
dipercaya sebagai kuburan Lapangera atau kuburan orang pertama Wapulaka.
Lokasi kuburan yang indah dan sejuk, dan hutan ini hutan adat,
jadi dilarang untuk menebang hutan. Perpaduan kesejukan alam hingga pemandangan
yang asri membuat adat Wapulaka menyimpan potensi wisata yang alami.
Apalagi di atas puncak gunung, terlihat laut teluk Desa Bahari
yang indah serta hamparan pasir pantainya yang putih.
Buton Selatan merupakan salah satu kabupaten di
Indonesia yang telah merumuskan pokok-pokok pikiran kebudayaan, dengan menyinkronkan
arahan dari UU UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan.
Sejak dilantik menjadi bupati definitif La Ode Arusani pun mengeluarkan aturan yang
sangat menjaga adat istiadat dan budaya di kabupaten itu. Selain rutin
menggelar agenda budaya, Pemkab Busel melestarikan peninggalan leluhur berupa
pemugaran situs budaya dan rehabilitasi rumah adat. Pemerintah memberikan
bantuan rehabilitasi melalui APBD.
Tahun 2020 Pemkab merevitalisasi situs dan cagar budaya di
wilayah Busel yang telah diidentifikasi kurang lebih 30 benteng pertahanan dan
18 baruga atau rumah adat eks Kesultanan Buton.
Selain merevitalisasi benteng dan baruga, pemkab juga
memberikan suntikan dana pada setiap desa dalam perayaan acara acara adat
termasuk memberi dukungan pengembangan sanggar sanggar kebudayaan di setiap
desa.
|
Pantai Bahari di Sampolawa (foto: BaYou) |
|
Padang Katanaa di Batauga (foto: BaYou) |
Pemkab juga telah menyiapkan dana APBN untuk insentif perangkat
adat di setiap desa. La Ode Arusani, menyadari bahwa lembaga adat itu sangat
berperang penting menjadi mitra pemerintah untuk mengembangkan dan melaksanakan
hal hal yang berhubungan dengan kemasyarakatan.
Sejumlah program tersebut adalah bentuk realisasi dari isu
strategis pemkab Busel untuk terus menjaga dan merawat adat istiadat serta
kearifan lokal masyarakat, sehingga upaya mendorong pelestarian kebudayaan
menjadi salah satu program utama Pemkab Busel.
Selain wisata alam dan budaya, Buton Selatan juga memiliki
kekayaan wisata kepulauan. Ini mencakup wisata pulau- pulau, wisata bawah laut,
dan wisata kelautan.
Tantangan berikutnya adalah bagaimana memperkenalkan semua
unsur pariwisata itu ke dunia luar sehingga lebih dikenal secara luas. Merujuk
pada definisi daya tarik wisata sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 10
tahun 2009 tentang kepariwisataan, maka dapat dikatakan bahwa Kabupaten Buton
Selatan memiliki daya tarik wisata yang beragam.
Daya Tarik Wisata ini berasal dari keanekaragaman kekayaan
alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang dapat menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan. Kekayaan alam yang dapat dijadikan obyek wisata di
Kabupaten Buton Selatan terdapat seluruh kecamatan cakupan Kabupaten Buton
Selatan.
Para pemerhati wisata mengatakan, ada empat unsur dalam
pengembangan pariwisata. Di antaranya, aksesibilitas, amenitas dan atraksi atau
sering disebut 3A, ditambah kelembagaan dan pengembangan sumber daya manusia.
Aksesibilitas adalah akses yang tersedia menuju destinasi.
Akses ini dalam dua tahun terakhir menjadi prioritas pembangunan Bupati, La Ode
Arusani. Lalu amenitas atau fasilitas pariwisata yang dikelola publik atau
masyarakat yang berkorelasi dengan kebutuhan berwisata. Misalnya hotel,
akomodasi dan rumah makan. Amenitas ini bisa dilakukan pemda maupun swasta.
Namun, ini juga bisa dijalankan oleh masyarakat.
Selanjutnya dari sisi atraksi baik alam maupun budaya terus
didorong. Misalnya pengadaan event tingkat masyarakat maupun pemerintah. Busel
sudah punya kalender event, seperti Festival Buton Selatan dan Larung Laut yang
setiap tahun dilaksanakan.
Pemasaran
Melalui Digital
Pariwisata Buton Selatan
terus berbenah. Kini, di era digital, pariwisata mesti melakukan transformasi
sehingga siklus ekosistem kepariwisataan perlahan terbentuk. Di era 4.0,
pariwisata Busel tidak bisa lagi hanya menunggu, melainkan harus ‘jemput bola’
untuk promosi dan memperkenalkan diri ke dunia luar.
Pariwisata Busel harus mengadaptasi pendekatan digital. Di era
ini, wisatawan saling berjejaring dan menyebarkan informasi tentang satu
kawasan. Sekitar 85% wisatawan dunia menjelaskan unggahan foto video dan
platform media sosial mempengaruhi rencana berwisata mereka.
Media sosial memberi dampak pada ekosistem pariwisata dan
mempengaruhi proses pengambilan keputusan berwisata. Dalam era digital
pariwisata 4.0 penyebaran dan konsumsi informasi di media sosial terkait
aktivitas pariwisata menjadi penting terhadap perkembangan pariwisata.
Kedepannya, wisata di Busel mesti merajai konten di semua
platform media sosial. Busel harus aktif menyebar informasi di semua kanal atau
jejaring media sehingga promosi terhadap wisata Busel terus gencar dilakukan.
Pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan media, melainkan harus proaktif dan
menggelar promosi di semua jaringan.
Istilah pariwisata digital memang sudah mulai berkembang pesat
di beberapa negara termasuk Indonesia. Pariwisata digital memiliki arti
pemanfaatan digital pada industri pariwisata yang mencakup pengelolaan dan
pemasaran. Pariwisata digital juga dapat di simpulkan memanfaatkan fasilitas
sarana internet dengan berbagai media yang dekat dengan masyarakat seperti
jejaring sosial, yakni Facebook, Instagram, Twitter, blog, dan website.
Untuk memperkuat konsep ini, Busel mesti memperkuat investasi
di bidang sumber daya manusia, pemetaan destinasi unggulan, serta bagaimana
mengemas informasi menjadi lebih menarik. Era 4.0 telah memberikan perubahan
signifikan pada ekosistem kepariwisataan terutama pada generasi milenial.
Pendekatan Pariwisata digital era 4.0 yaitu merespon perubahan
kebiasaan wisatawan yang mengarah pada pola hyperconected
society melalui kebijakan pengembangan kawasan pariwisata digital yang di
kemas melalui strategi pemasaran digital yang “kekinian”.
Berangkat dari pendekatan tersebut pengembangan pariwisata di
era digital 4.0 yaitu perubahan pola komunikasi dari kawasan yang sudah ada
sebelumnya ke komunikasi pemasarannya sehingga perkembangan dapat dicapai sesuai
dengan kebutuhan dan target pasar.
Kedepannya, siapa pun yang hendak ke Busel bisa menemukan
informasi yang tepat tentang kalender kegiatan, akomodasi, serta apa saja
keunikan di setiap kegiatan. Busel bisa menjangkau dunia dengan platform
digital. Itu bisa dikerjakan, sepanjang ada visi serta kemauan kuat untuk
menggapainya.
DISCLAIMER:
Tulisan ini adalah bagian dari Busel Outlook, yang dibuat untuk Pemkab Buton Selatan, tahun 2020 silam.