Putri Merida |
TAK butuh biaya besar dan jalinan cerita yang rumit untuk mengemas
sebuah film menjadi film paling laris dan ditonton banyak orang. Buktinya, film
Brave, yang diproduksi Disney dan Pixar, memiliki kisah yang sederhana, namun
punya aspek human interest yang kuat sehingga sanggup mengaduk-aduk emosi.
Pantas saja jika film ini ditonton banyak orang di seluruh dunia.
Kisah yang tersaji dalam film ini sangat sederhana. Kisahnya
bermula dari seorang putri bernama Merida yang tomboy dan memberontak pada
ibunya. Ia lebih suka hal-hal menyangkut ketangkasan memanah, ketimbang
berprilaku sebagai putri raja yang tunduk pada adat-istiadat, mengikuti etika,
selalu menegakkan tubuh, memelihara keanggunan.
Suatu hari, sang putri hendak dijodohkan oleh ibunya. Ia berontak.
Ia pun ikut dalam kompetisi memanah, sehingga ibunya murka besar. Di tengah
konflik yang sengit, Merida memilih meninggalkan rumah. Ia berlari ke hutan
hingga akhirnya bertemu seorang penyihir.
Ia meminta ramuan yang bisa mengubah watak ibunya yang keras.
Ternyata, ramuan itu malah mengubah ibunya menjadi beruang, hewan yang paling
ditakuti di kerajaan itu. Di tengah rasa penyesalan itu, Merida lalu berusaha
melindungi ibunya dari kejar-kejaran, serta mencari cara untuk mengembalikan ibunya
ke keadaan semula.
saat Merida ikut lomba memanah |
Di tengah setting pebukitan di Skotlandia, film animasi tiga
dimensi ini memaparkan lanskap yang apik dan amat indah. Kita serasa bertualang
memasuki rimba Skotlandia yang eksotik, dengan hutan-hutan belantara yang penuh
misteri.
Kekuatan utama film ini adalah narasi yang sederhana, namun
menyentuh. Temanya juga universal sebab perbedaan pandangan antara ibu dan anak
adalah sesuatu yang universal dan bisa terjadi di mana-mana. Seringkali anak
selalu ngotot dengan keinginannya, sementara sang ibu juga ngotot dengan
keinginannya.
Pada dasarnya, kedua belah pihak sama-sama saling mencintai.
Mereka hanya tidak menemukan bahasa yang tepat untuk mengekspresikan cinta
masing-masing. Cinta selalu berujung pada rasa memiliki yang besar. Seorang ibu
merasa memiliki anaknya, serta merasa tahu apa yang baik buat anaknya, sementara
sang anak hidup dalam alam pemikiran yang berbeda.
Film ini mengajarkan bahwa seringkali butuh sebuah krisis demi
menemukan kesepahaman. Ketika sang ibu menjadi beruang, ia kemudian melihat
dunia dengan cara berbeda. Ternyata, aturan dan adat-istiadat tentang sopan
santun hanyalah sebuah konstruksi berpikir yang dilihat pada satu sisi. Ia
akhirnya belajar memahami anaknya.
saat Merida berjibaku untuk membela ibunya yang menjadi beruang |
Sementara sang anak akhirnya menyadari bahwa sebenci apapun ia pada
ibunya, ia ternyata memelihara butiran-butiran cinta yang amat menggetarkan. Saking
sayangnya, sang anak tidak rela siapapun menyakiti ibunya yang sedang berwujud
beruang. Ia menantang siapapun, termasuk ayahnya sendiri, demi mempertahankan
agar ibunya tetap baik-baik saja.
Sang beruang juga mati-matian menyayangi anaknya. Ketika binatang buas lain datang hendak memangsa anaknya dan semua orang, ia lalu berkelahi hingga titik darah penghabisan. Meskipun berwujud beruang, ia ingin menunjukkan cintanya yang dahsyat itu melalui pengorbanan diri.
Baik anak maupun ibu sama-sama memahami bahwa cinta yang tertinggi teraktualisasi lewat sikap bersedia untuk mengorbankan apapun demi yang disayangi. Kedua-duanya adalah pencinta sejati yang berani mengorbankan diri demi sosok yang dikasihi. Inilah esensi cinta yang tersaji dalam film ini.
Baik anak maupun ibu sama-sama memahami bahwa cinta yang tertinggi teraktualisasi lewat sikap bersedia untuk mengorbankan apapun demi yang disayangi. Kedua-duanya adalah pencinta sejati yang berani mengorbankan diri demi sosok yang dikasihi. Inilah esensi cinta yang tersaji dalam film ini.
Di akhir film, beruang kembali menjadi sang
ibu. Ia akhirnya memahami anaknya, dan kemudian bertingkah sebagaimana anaknya.
Sang anak juga menjadi lebih dewasa dalam memaknai hubungannya dengan ibunya
sendiri. Ternyata, mantra sihir itu telah mendekatkan keduanya, setelah sebelumnya dipisahkan oleh ego dan keangkuhan. Beruang itu telah mengajarkan cinta yang kemudian mendekatkan hubungan ibu dan anak.
Sebagaimana judulnya, film ini memang mengisahkan keberanian
(Brave). Tapi saya rasa, hal paling penting yang hendak dikisahkan bukanlah
keberanian. Film ini adalah film tentang cinta kasih serta relasi antara ibu
dan anak. Saya jauh lebih suka jika judulnya adalah Love (cinta) atau The Journey
of Love (perjalanan cinta). Tapi mungkin saja, judul-judul cinta sudah
kelewat banyak. Judul itu tidak semenjual kata Brave yang agak misterius dan menantang. Iya gak?
Athens, 29 Juni 2012