DALAM perjalanan dengan mobil panther menuju Bone, Sulawesi Selatan, aku bertemu pria legam itu. Ia mengenakan pakaian berupa jaket kulit, celana jeans belel, serta kacamata hitam. Aku tak pernah bertanya apa profesiya, sebab ia sibuk bercerita. Aku memilih untuk menjadi pendengar yang baik.
Mulanya ia memperlihatkan ponsel terbaru bermerek Maxcom. Dengan percaya diri, ia mengatakan bahwa suara dari ponselnya bisa didengarkan melalui speaker. Saya tahu ini hal biasa. Tapi saya memilih untuk membiarkannya bercerita. Ia lalu menelepon seorang gadis. Dengan logat ala Jakarta, gadis itu menjawab. Suara gadis itu ikut kudengar. Setelah menutup telepon, ia melihat ke arahku, sembari berkata dalam logat Bugis yang kental, "Canggih khan?"
Aku mengiyakan. Ia kembali bersemangat.Setelah itu ia mulai mengambil DVD Portable dari dalam tasnya. Di Jakarta, aku sering melihat alat itu di lapak-lapak penjual DVD agar pembeli bisa mengetes apakah DVD yag dibeli bisa diputar ataukah tidak. Ia menjelaskan kecanggihan alat itu, yang disebutnya sama canggih dengan laptop. Katanya, dari layar kecil di alat itu akan muncul gambar penyanyi. Demi membuktikan padaku, ia lalu memutar lagu yang paling disukainya. Ia memutar lagu Tommy J Pisa yag berjudul Elissa. Salah satu syairnya, "Elissa.. O..Oh.. Elissa. Di jantungku tlah terukir namamu.."
Tuntas Elissa, ia bercerita dirinya adalah penggemar berat semua lagu Tommy J Pisa. Bahkan di tanah perantauan (ia tak menyebut merantau di mana), lagu Tommy J Pisa adalah lagu wajib yang selalu didengarnya. Aku ikut pula bercerita beberapa lagu Tommy J Pisa yang aku ingat. Aku menyebut lagu Di Batas Kota, satu-satunya lagu yang memakai instrumen stom kapal. Pernah kubayangkan betapa sulitnya mementaskan lagu ini di sebuah panggung, sebab harus mendatangkan sebuah kapal demi memperdengarkan suara stom kedatangan.
Kuceritakan padanya. Beberapa tahun lalu, aku menjalani program KKN di satu desa di tanah Bugis. Salah satu program kerjaku adalah lomba karaoke antar warga desa. Saat kukumpulkan para pemuda untuk bersama menetapkan lagu wajib, hampir semua pemuda meminta agar lagu wajibnya adalah lagu Di Batas Kota yag dinyanyikan Tommy J Pisa. Ini adalah tanda betapa populerya lagu Tommy J Pisa di desa tersebut. Padahal, di antara semua peserta KKN, nyaris tak ada yang mengingat lagu ini.
Pria itu makin bersemangat. Kemudian ia mencari lagu Di Batas Kota, lalu mengatur volume hingga titik maksimal. Penumpang terganggu. Tapi ia tak peduli. Masih kuingat bagian awal lagu yang diputarnya
Di batas kota ini
Kumenatap wajahmu
Perpisahan ini
membuat luka di hati
Ingin kuberlari, namun tak kuasa diriku
Engkau menangis dalam pelukanku
Aku masih ingat lagu ini. Kalau tak salah, setting klip lagu ini adalah di Pelabuhan Belawan, Medan. Lagu ini sempat menampilkan artis Dina Mariana di akhir lagu, yang kemudian menyanyikan balasan suara sang kekasih. Dalam tayangan TVRI, saat menyanyikan bagian ini, Dina Mariana tampil dengan wajah bersimbah air mata. Saat itu, aku ikut sedih melihatnya.
Mendengar lagu Tommy J Pisa, aku teringat awal tahun 1980-an. Lagu ini serupa mesin waktu yang melontarkan saya ke masa-masa tahun 1980-a, masa kejayaan Tommy J Pisa di jalur pop. Pada masa itu, popularitas Tommy J Pisa bisa disejajarkan dengan Peter Pan pada awal tahun 2000.
Tommy J Pisa adalah satu dari sedikit penyanyi yang memilih genre lagu-lagu sedih. Hampir semua lagunya adalah lagu sedih dan kebanyakan menampilkan klip berupa Tommy yang sedang berurai air mata. Kalau tak salah, ia beberapa kali mengangkat tema tentang merantau. Anehnya, pekerjaan di kota selalu sebagai kuli bangunan,
Saat merantau, Tommy kemudian meninggalkan kekasihya di kampung. Perjalanan itu seolah berat sekali, sebab tak bisa saling tanya kabar melalui SMS, sebagaimana zaman sekarang. Aku pernah berpikir, apakah pria masa itu sedemikian setia sehigga tak berpikir untuk selingkuh di kota besar? Salah satu lagu sedih yang sempat kuingat adalah lagu berjudul Suratan Dari-Nya. Salah satu baitnya adalah:
Ingin kumenangis,
saat kuterpaku, mengenangkan nasib, diri yang
tiada arti,
tak pernah kunikmati, megahnya dunia,
bahkan ku tak pernah tahu, cantiknya raut
wajahmu,
duhai kekasih.....dst
Lagu ini berkisah tentang seorang pria tuna netra yang tak pernah tahu seberapa cantik kekasihnya, hingga ia mempertanyakan keberadaannya. Pada bagian reff, ia seakan memberikan tuntutan:
Mengapa daku terlahir ke dunia ini
Hanya menanggung beban luka dan derita
Pernah kusesali amun itu tiada arti
Kini aku sadari
Semua itu Suratan dari-Nya
Lagu ini seolah menangisi hidup yang getir, namun entah kenapa, lagu ini beberapa kali tampil di acara musik di TVRI yakni Aneka Ria Safari. Pada masa itu, tampil di Aneka Ria Safari adalah barometer kepopuleran sebuah lagu baru. Sehebat apapun sebuah lagu, jika tak pernah tampil di acara tersebut, maka dijamin tidak akan populer. Lagu lain yang juga populer adalah Biarkan Aku Menangis. Sebagaimana lagu Suratan, lagu ini seakan menyesali hidup dan dinyayikan dengan berurai air mata. Perhatikan syairnya:
Kemarin kau masih bersamaku
Bercumbu dan merayu
Adakah hari esok untuk kita bercinta
Seperti yang telah kita lewati
Mengapa terlalu cepat kau pergi
Tinggalkan derita bersamaku
Kenyataan ini begitu memilukan
Ingin kurasa turut serta
Tiada guna aku hidup begini
Tanpa belaian kekasih yang amat kusayangi
Kepedihan yang kini kurasakan
Darimu yang mencintai aku
Biarlah kurelakan kau pergi
Tinggalkan batu nesan
Kudoakan kau bahagia di sisiNya
Sementara biarkan aku menangis..
Mengingat Tommy J Pisa adalah mengingat era 1980-a, ketika urbanisasi sedang marak di negeri ini. Pada masa itu, sektor pertaian mulai tidak bisa diandalkan sehingga berhamburanlah anak-anak muda ke perkotaan demi mencoba berbagai peruntungan, meskipun hanya sebagai pekerja kasar. Melalui lagu Tommy J Pisa terbuka lapis kenyataan tentang hidup yang mulai susah, kebijakan ekonomi yang makin tidak memihak rakyat banyak, sehingga kehidupan kian getir dan menjadi pilihan tema lagu yang laris di masyarakat.
Mengapa lagu ini tetap aktual di tanah Bugis? Mungkin karena di sini, perantauan masih menjadi satu-satuya harapan bagi masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup. Jika diamati dengan seksama, lagu-lagu Bugis juga banyak yang getir tentang putus cinta, perkawinan yang dipaksakan, hingga tentang merantau ke tanah seberang. Ada semacam proksimitas tema, serta kesamaan situasi yag kemudian mendekatkan lagu Tommy J Pisa sehingga tetap abadi di Tanah Bugis.
Namun, ini hanya kesimpulan yang sifatya tentatif (sementara). Mungkin butuh riset mendalam untuk melihat pilihan tema pada lagu Tommy J Pisa dan dikorelasikan dengan situasi masa itu. Tapi setidaknya, pria yang kutemui di mobil pather itu telah membuka lapis-lapis kenangan di masa silam. Lapis kenangan tentang betapa populer dan abadinya lagu-lagu sedih, serta upaya untuk memahami kebudayaan dan peta sosial pada suatu masa melalui lagu Tommy J Pisa.(*)