Bahlil Lahadalia (kiri) semasa kecil di Banda, Maluku |
“Baha…… Baha…..”
Suara ibu itu memanggil anaknya yang sedang live di satu stasiun televisi. Ibu itu tahu anaknya sudah menjadi pejabat setingkat menteri yang dalam banyak kegiatan selalu dipanggil Yang Terhormat atau Yang Mulia. Namun di mata ibu itu, anaknya masih seperti bocah yang dahulu digendongnya.
Ibu itu bernama Wa Nurjani, sedang anaknya adalah Bahlil Lahadalia, yang akan segera dilantik menjadi Menteri Investasi. Dari namanya bisa terlihat kalau Wa Nurjani adalah perempuan asli Buton, tepatnya di Pulau Tomia di gugusan Kepulauan Wakatobi, yang kemudian merantau jauh ke Banda di Maluku, lalu tanah Fakfak di Papua.
Para perantau Buton sudah lama berada di kawasan timur Indonesia, mulai dari Maluku hingga Papua. Mereka merantau didorong oleh motif perbaikan ekonomi serta peluang kerja yang lebih baik. Mereka sudah beranak-pinak dan sudah menyatu dengan warga lokal. Mereka sudah melahirkan generasi baru yang mulai eksis, ketimbang orang tuanya, yang dahulu banyak menjadi pekerja kasar.
Meskipun harus bekerja keras, Wa Nurjani dan suaminya selalu menjadi matahari bagi anak-anaknya. Keadaan memang serba susah, namun mereka memenuhi semua kebutuhan dan menyekolahkan semua anaknya.
Sebagaimana lazimnya perantau di timur, anak-anak sejak dini sudah bekerja untuk membantu beban orang tuanya. Itulah yang dilakoni Bahlil kecil. Masa kecil Bahlil bukanlah masa kecil yang penuh dengan fasilitas serta kebebasan untuk sekolah di mana. Dia terbiasa dengan kerja keras dan banting tulang untuk sesuap nasi.
Semasa kecil, dia pernah menjadi penjual kue. Di masa SMP, dia menjadi kondektur. Di masa belajar di SMEA Fakfak, dia menjadi sopir angkot. Dia juga melakoni banyak profesi lain.
Dia memang harus bekerja. Bapaknya adalah buruh bangunan yang mendapat gaji harian sebesar 7.500 rupiah, dan harus menghidupi delapan anaknya. Bahkan saat sakit pun, bapaknya tetap bekerja demi keluarga. Sedangkan ibunya adalah seorang pencuci pakaian di rumah orang, yang menerima uang lelah sekadarnya.
Suatu hari, Bahlil ingin mengubah nasib. Dia ingin merantau ke Jayapura dan kuliah di sana. Ibunya melarang. Dalam acara yang diasuh Gus Miftah di Inews TV, Wa Nurjani, menjelaskan alasannya.
“Orang kuliah itu setiap bulan orang tuanya akan kirim uang. Kalau dia kuliah di tempat lain, siapa yang mau kirim uang. Tapi dia bicara sama saya dan bapaknya. Katanya, saya cuma minta modal doa sama ibu dan bapak,” katanya.
Tak hanya doa, sang ibu juga memberi nasihat kepada Bahlil untuk kerja keras. Sang ibu menganggap pendidikan sangat penting. “Saya dan bapak hidup menderita. Karena kami tidak sekolah. Makanya anak-anak harus sekolah,” katanya.
Sayang, bapaknya telah lama pergi. Padahal di mata Bahlil, bapaknya adalah sosok luar biasa yang selalu menjadi role model baginya. Semangat bekerja keras dalam keterbatasan, serta ikhtiar memenuhi kebutuhan keluarga ibarat mata air yang akan mengatasi rasa hausnya di perjalanan.
Bahlil dan bunya, Wa Nurjani |
Doa ayah dan ibunya adalah modal utama baginya untuk merantau. Dia merantau ke Jayapura, ibukota provinsi Papua, untuk kuliah. Dia mendaftar sebagai mahasiswa di STIE.. Karena tak punya uang, dia tinggal di asrama sembari bekerja serabutan.
Jika mendapat rezeki, dia membeli beras. Sering, dia memasak beras itu menjadi separuh bubur dan separuh nasi. Alasannya, biar dapat banyak. Pernah, Bahlil kehabisan uang untuk membeli beras. Dia memungut mangga yang jatuh di dekat asrama lalu memakannya. Dia langsung sakit gara-gara makan mangga itu. Bahkan dia terkena busung lapar karena kekurangan gizi.
"Saya pernah busung lapar, semester 6 saya busung lapar. Asli busung lapar. Jadi penderitaan yang benar-benar paling menderita itu saya rasain," katanya.
Saat belajar di semester 7, dia bertekad untuk berubah. Dia ingin mengubah jalan nasibnya. Dia memutuskan untuk jadi pengusaha. Berbekal jejaring yang dibangunnya semasa menjadi aktivis, dia memulai bisnis. Perlahan, dia meniti karier hingga sukses, dan melampaui apa yang dulu dibayangkannya.
***
Tahun 2021, Bahlil menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Hari ini, Rabu 28 April 2021, dia akan dilantik menjadi Menteri Investasi. Dia menjadi anak bangsa yang menorehkan sejarah sebagai Menteri Investasi pertama dalam sejarah republik.
Dua tahun lalu, dia dipercaya Presiden Jokowi untuk menjadi Kepala BKPM. Dia punya modal yakni kerja keras, serta pengalaman hidup dari nol. Dia sukses memimpin Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), wadah berhimpun para pengusaha muda se-Indonesia. Dia pun lama aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), organisasi yang menjadi awal baginya membangun jejaring bisnis dan politik.
Banyak kalangan yang meragukannya. Dia dianggap tidak pintar. Bahasa Inggrisnya dianggap parah. Apalagi dia tidak lulus dari UGM, UI, ITB, atau kampus mentereng lainnya. Dia hanya lulusan sekolah ekonomi di Papua yang tidak masuk hitungan di peta nasional.
Namun setelah dua tahun, Bahlil bisa bekerja dan melampaui semua target yang diberikan. Bersama jajarannya di BKPM, dia mewujudkan realisasi investasi yang melampaui target. Hebatnya lagi, itu dicapai di tengah situasi serba sulit, yakni pandemi covid-19.
Jokowi bersama Bahlil saat kampanye pilpres |
Realisasi investasi tersebut mencapai 101,1% dari target tahun 2020 yang dipatok sebesar Rp 817,2 triliun. Realisasi sebesar itu mampu menyerap 1,15 juta orang tenaga kerja dari 153.349 proyek investasi.
Di era Bahlil, Indonesia menjadi gerbang emas yang didatangi semua investor. Perusahaan raksasa berdatangan. Semua ingin merealisasikan investasi di Indonesia. Bahlil sukses membangun ekosistem bisnis, yang kemudian membuat Indonesia begitu seksi di mata pebisnis internasional.
Tidak mengherankan, jika mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mencuit di media sosialnya. "Tesla akan ke Indonesia. Amazon akan masuk ke Indonesia. Google akan pergi ke Indonesia. Apa yang telah terjadi?" katanya, yang kemudian heboh di Malaysia.
Berkat cuitan itu, netizen di Malaysia ramai berdiskusi tentang banyaknya syarikat gergasi (perusahaan besar), serta pelaburan (korporasi) yang menutup pabriknya di Malaysia dan pindah ke Indonesia. Banyak yang memprediksi, pekerja Malaysia akan segera mencari kerja di Indonesia. Padahal dulu, orang Indonesia yang ramai ke Malaysia.
Presiden Jokowi tahu persis capaian kerja Bahlil. Beberapa bulan terakhir, Jokowi selalu menghadiri undangan dari Kepala BKPM. Dia puas dengan capaian Bahlil yang melebihi semua target. Bersama menteri lain seperti Sri Mulyani, Basuki Hadimulyono, Bahlil menjadi kartu penting yang membawa Indonesia memasuki gerbang emas di era Jokowi.
Kartu Bahlil akan terus hidup di masa mendatang. Dia menjadi simbol timur, yang dulu pernah identik dengan Jusuf Kalla. Dia keturunan perantau Buton yang lahir di Maluku dan besar di Papua, kemudian sukses di Jakarta. Dia bisa menjadi perekat bangsa, tidak hanya di barat, tapi juga di timur melalui kebijakannya yang sukses mendorong investasi di luar Jawa.
Namun jika ditanya tentang kiat suksesnya, Bahlil selalu menjawab singkat. “Saya tidak mungkin bisa seperti ini jika bukan karena doa bapak dan ibu saya. Kerja keras mereka yang membuat saya belajar banyak, sesuatu yang tidak mungkin didapatkan di bangku kuliah,” katanya.