Pemandian Laloya di Gunung Sejuk (Ekspedisi Buton Selatan 4)


JIKA anda melintasi Desa Gunung Sejuk, Sampolawa, singgahlah sejenak di Pemandian Laloya yang terletak di ujung desa. Rasa lelah menempuh perjalanan, sirna seketika saat menyaksikan air jernih dalam telaga. Pemandian ini terletak di dekat simpangan pendakian menuju Lapandewa. Meski ukuran pemandian ini tidak seberapa besar, namun airnya amat jernih. Saking jernihnya, kita bisa melihat dasarnya. Bisa melihat beberapa ikan kecil yang berenang hilir mudik di situ.

Walaupun disebut pemandian, warga juga memanfaatkannya untuk kegiatan lain seperti mencuci dan mengambil air wudhu. Apalagi, masjid yang terletak tak jauh dari situ, tidak menyediakan fasilitas air wudhu, sehingga jamaah yang hendak mengambil air wudhu harus menuju pemandian Laloya.

Bersama teman-teman, saya singgah ke pemandian itu saat penat menyergap setelah menempuh perjalanan dari Bau-Bau ke Wakokili, kemudian melintasi Hendea dan Rongi. Ternyata, banyak juga orang yang singgah ke pemandian ini. Selain warga setempat yang memanfaatkan sungai sebagai fasilitas mencuci dan membersihkan, banyak pula warga lokal atau dari luar daerah yang singgah untuk melepas lelah atau berekreasi.

Hal yang menakjubkan dari pemandian ini adalah airnya yang jernih dan tidak pernah kering. “Biarpun musim kemarau panjang, air ini belum pernah kering,” kata seorang warga. Wajar saja telaga ini tak pernah kering sebab di sekelilingnya pepohonan amat besar dan rapat-rapat seakan mengepung telaga ini. Saat di telaga itu, sinar matahari tidak menembus telaga saking rapatnya daun-daun pohon menutupi sinar. Selagi pohon di situ masih lesatri, tentunya air telaga itu tidak akan pernah kering.

Saat singgah di situ, saya juga menyaksikan sebuah rombongan dengan bis besar serta puluhan sepeda motor yang juga singgah di situ. Saya lalu menyempatkan waktu berbincang. Ternyata, rombongan itu berasal dari Lasalimu dan sedang melakukan perjalanan ke Desa Bahari untuk berekreasi. Namun karena jalan menuju Bahari sedang dibenahi, mereka mengurungkan niat dan hendak menuju Pantai Nirwana di Bau-Bau untuk rekreasi.

Mereka singgah ke Laloya untuk beristirahat sembari makan siang bersama. Saya salut juga dengan rombongan itu. Bayangkan, anggota rombongannya bukan hanya anak muda saja, melainkan ada orang tua, ibu-ibu, anak kecil, hingga para remaja. Mereka sangat kompak dan merencanakan waktu rekreasi bersama-sama. Menurut bapak yang saya ajak ngobrol, mereka bukan berasal dari satu keluarga besar, namun semuanya satu kampung. “Kita sengaja ramai-ramai rekreasi sama-sama. Bisa lebih akrab,” katanya sambil bergegas meninggalkan tempat.

Setelah mereka pergi, saya lalu bersiap-siap melanjutkan perjalanan.(*)

0 komentar:

Posting Komentar