KADANG-kadang kita tak siap dengan kritikan. Kita selalu ingin dipuji atau disanjung-sanjung. Kita selalu ingin dianggap hebat. Kita selalu ingin dikira pintar. Kita selalu ingin dikira jagoan. Kita selalu ingin narsis dan menunggu jilatan dari orang lain. Kita selalu ingin dikagumi dan dipandang dengan takzim.
Kita kerap marah ketika diberitahu kesalahan atau kelemahan kita. Kita kerap mendendam pada orang yang memberitahu kesalahan. Kita kerap memaki-maki mereka yang menunjukkan kesalahan kita. Kita kerap menyumpahi mereka yang memberi tahu kita tentang kebenaran. Kita kerap memelihara dendam pada mereka yang menegur segala kesalahan kita. Kita kerap tersinggung pada sahabat yang mengkritik.
Kita memelihara sikap angkuh dalam diri kita seolah-olah kitalah yang paling benar. Kita memelihara sifat sombong dan besar kepala, seolah kitalah yang selalu tepat. Kita menutupi kesalahan kita yang bertimbun-timbun dan bergunung-gunung. Kita menutupi keangkuhan yang perlahan menjadi kabut dan menghalangi pandangan kita ke depan. Kita selalu dikepung fatamorgana, namun tak juga sadar bahwa itu bukanlah realitas sejati.
Padahal, kritikan itu bisa membesarkan kita. Kritikan bisa memberitahu detail-detail diri kita yang tidak begitu kita ketahui, untuk kemudian dibenahi atau diperbaiki di kemudian hari. Kritikan adalah petunjuk untuk dipakai menerangi sisi-sisi lain dari diri kita yang selama ini tak terang. Kritikan adalah getar untuk selalu mengenali mana yang salah dan mana yang benar. Kritikan adalah cahaya terang yang mengiringi perjalanan kita dan memberi tahu kita untuk tidak terantuk pada sebuah jebakan.
Kita memperlakukan para pengkritik dengan tidak adil. Padahal, jangan-jangan para pengkritik kita adalah mereka yang sesungguhnya menyayangi kita. Para pengkritik adalah pengagum yang ingin melihat kita lebih baik dan melihat kita lebih menyempurna. Para pengkritik adalah sahabat-sahabat terbaik yang menuntun langkah kita. Para pengkritik adalah saudara sejati yang ingin melihat kita lebih arif memandang hidup. Para pengkritik adalah mereka yang tak rela membiarkan kita terus terjatuh di lubang yang sama, tak rela melihat kita terjerembab, tanpa pernah bisa bangkit berdiri. Para pengkritik adalah mereka yang pernah menimba kearifan dari sejarah dan menjelma menjadi malaikat yang menjagai nilai agar kita senantiasa menyempurna.(*)
Kita kerap marah ketika diberitahu kesalahan atau kelemahan kita. Kita kerap mendendam pada orang yang memberitahu kesalahan. Kita kerap memaki-maki mereka yang menunjukkan kesalahan kita. Kita kerap menyumpahi mereka yang memberi tahu kita tentang kebenaran. Kita kerap memelihara dendam pada mereka yang menegur segala kesalahan kita. Kita kerap tersinggung pada sahabat yang mengkritik.
Kita memelihara sikap angkuh dalam diri kita seolah-olah kitalah yang paling benar. Kita memelihara sifat sombong dan besar kepala, seolah kitalah yang selalu tepat. Kita menutupi kesalahan kita yang bertimbun-timbun dan bergunung-gunung. Kita menutupi keangkuhan yang perlahan menjadi kabut dan menghalangi pandangan kita ke depan. Kita selalu dikepung fatamorgana, namun tak juga sadar bahwa itu bukanlah realitas sejati.
Padahal, kritikan itu bisa membesarkan kita. Kritikan bisa memberitahu detail-detail diri kita yang tidak begitu kita ketahui, untuk kemudian dibenahi atau diperbaiki di kemudian hari. Kritikan adalah petunjuk untuk dipakai menerangi sisi-sisi lain dari diri kita yang selama ini tak terang. Kritikan adalah getar untuk selalu mengenali mana yang salah dan mana yang benar. Kritikan adalah cahaya terang yang mengiringi perjalanan kita dan memberi tahu kita untuk tidak terantuk pada sebuah jebakan.
Kita memperlakukan para pengkritik dengan tidak adil. Padahal, jangan-jangan para pengkritik kita adalah mereka yang sesungguhnya menyayangi kita. Para pengkritik adalah pengagum yang ingin melihat kita lebih baik dan melihat kita lebih menyempurna. Para pengkritik adalah sahabat-sahabat terbaik yang menuntun langkah kita. Para pengkritik adalah saudara sejati yang ingin melihat kita lebih arif memandang hidup. Para pengkritik adalah mereka yang tak rela membiarkan kita terus terjatuh di lubang yang sama, tak rela melihat kita terjerembab, tanpa pernah bisa bangkit berdiri. Para pengkritik adalah mereka yang pernah menimba kearifan dari sejarah dan menjelma menjadi malaikat yang menjagai nilai agar kita senantiasa menyempurna.(*)