Ekspedisi Buton Selatan


MINGGU (28/9), saya merencanakan perjalanan yang saya sebut Ekspedisi Buton Selatan. Sesuai dengan namanya, wilayah ini terletak di sebelah selatan Pulau Buton, yang secara administratif masuk dalam Kecamatan Sampolawa, dan Kecamatan Batauga di Kabupaten Buton. Beberapa tahun lalu, publikasi tentang daerah ini cukup intens karena menjadi kandidat kuat ibukota Kabupaten Buton. Sayang sekali, pertimbangan politis dianggap lebih kuat sehingga wilayah ini urung menjadi ibukota, dan lebih memilih Pasarwajo. Nama Sampolawa dan Batauga kian tenggelam.

Bagi saya, dua daerah ini adalah misteri yang cukup menantang. Memang, sewaktu kecil saya pernah mengunjungi pusat-pusat pemukiman penduduk di ibukota kecamatan. Namun, saya sama sekali tidak pernah mengunjungi wilayah pedalaman, serta desa-desa yang selama ini hanya saya dengar dari pembicaraan beberapa orang. Padahal, selama tinggal di Bau-Bau, saya amat sering mendengar diskusi tentang desa-desa di Buton Selatan tersebut.

Warganya adalah pekerja keras dan perantau, yang jauh merantau ke Kota Bau-Bau untuk melanjutkan pendidikan. Bahkan, banyak warganya yang merantau hingga pesisir timur Nusantara seperti Ambon dan Papua untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Bagi saya, warga Sampolawa dan batauga adalah mereka yang bersahaja dan baik. Saya tak pernah mendengar tentang perilaku yang jahat. Juga tak pernah mendengar prilaku seperti baku tikam, ataupun kesombongan yang ditunjukkan mereka. Ketimbang daerah lain di Buton, warga Sampolawa atau Batauga relatif low profile dan menjalani hidup tanpa ambisi yang meletup-letup. Inilah yang membuat saya makin penasaran untuk mengunjungi desa-desa di sana.

Saya juga penasaran dengan fakta mengapa banyak warganya yang merantau. Apakah karena kemiskinan ataukah karena kampungnya tidak bisa memberikan kesejahteraan? Semua pertanyaan itu akan terjawab melalui ekspedisi yang saya rencanakan. Dalam perjalanan ini, saya ditemani oleh tiga teman yaitu Dambo, Mukmin, dan Nas. Kami berangkat dengan dua motor dan saling berboncengan. Kami dipertemukan oleh kepenasaranan yang sama untuk menelusuri sudut-sudut Pulau Buton dan merasakan sengatan matahari di bebukitan tandus Buton Selatan. Kami adalah penjelajah yang sudah pernah berkelana dalam beberapa proyek penelitian di beberapa daerah di Sulawesi Selatan, maupun daerah lain, dan betapa anehnya karena kami sendiri tidak mengenali wilayah tempat kami lahir dan dibesarkan.
Inilah catatan-catatan yang lahir dari penjelajahan selama sehari. Selamat membaca!

0 komentar:

Posting Komentar