SALAH satu pekerjaan yang paling menyenangkan adalah menjadi jurnalis majalah wisata atau menjadi penjelajah (traveler). Kita bisa berkeliling melihat-lihat banyak tempat, menuliskan kesan kita, kemudian memotret sana-sini. Betapa menyenangkannya pekerjaan itu. Jika ada begitu banyak manusia yang rela membayar mahal untuk hobi jalan-jalan, maka seorang jurnalis atau penulis laporan perjalanan bisa keliling-keliling secara gratis dan dibayar. Duh....Senangnya!!....
Hari ini saya bincang-bincang dengan seorang mahasiswa saya di kelas eksekutif, Universitas Fajar (Unifa). Mahasiswa yang sebaya dengan saya ini adalah pemimpin redaksi majalah Potret Wisata yang isinya adalah catatan perjalanan mengunjungi lokasi-lokasi wisata di Indonesia Timur. Ia bercerita tentang begitu padatnya jadwal perjalanannya, sampai-sampai ia kerepotan mengatur waktu. Di akhir ceritanya, ia mengajak saya untuk sesekali membantunya meliput perjalanan ke satu lokasi wisata.
Ia sedang kerepotan mengatur jadwal di majalahnya. Sebab begitu banyak pekerjaan dirangkapnya, mulai dari reporter hingga pemimpin redaksi. Pekerjaan itu mulai melelahkan baginya. Mulai membawa stres. Perjalanan tidak lagi menyenangkan sebagaimana dirasakan seorang reporter pemula. Belum lama ini, ia menolak ajakan ke Hongkong karena tidak tahu siapa yang akan membantunya untuk menulis liputan perjalanan di Hongkong. Lagian, jika ia ke Hongkong, jadwal kerja di majalahnya bisa kacau dan tidak ada orang yang dipercaya untuk mengurusi itu. Makanya, ia mengajak saya berbincang-bincang. Ia berharap agar saya bisa membantunya untuk sesekali menulis artikel tentang perjalanan.
Saya langsung senyum-senyum ketika mendengar kisah dan permintaannya. Siapa sih yang menolak ajakan jalan-jalan melihat kekayaan budaya, aneka ragam manusia, serta keindahan panorama di satu tempat? Orang bodoh mana yang akan menolak ajakan untuk bepergian secara gratis ke mana-mana, termasuk sewa hotel, serta biaya menyaksikan tempat-tempat eksotis? Saya menatap mahasiswa ini dengan tatap kagum. Betapa senangnya menjalani profesi yang sebagaimana dikatakannya, “Saya jalan-jalan ke mana-mana dan dibayar. Enak khan?”
Sayangnya, saya tidak bisa membantunya selama 24 jam. Ada sejumlah hal-hal yang juga sedang saya lakukan. Namun, saya berjanji untuk membantu sebisa-bisanya. Sebagai dosennya, saya akan mengupayakan segala hal untuk membantunya. Saya sangat bahagia bila mendengar ada seorang mahasiswa yang bisa survive di tengah susahnya lapangan kerja. Saya senang karena ia bisa mandiri dan bisa mendapatkan duit dari hobinya jalan-jalan.
Nah, saat berbincang dengannya, saya tiba-tiba teringat seorang perempuan yang kini bekerja di bank. Sebut saja namanya Saraswati. Salah satu obsesinya adalah bisa bekerja di satu majalah wisata dan keliling-keliling mengunjungi banyak tempat. Bahkan obsesi itu sempat dicatatnya di buku curhat yang isinya adalah daftar keinginan. Ada banyak keinginannya. Selain menjadi peliput laporan perjalanan, ia juga ingin sekali bisa bergondola di Venesia. Lantas, andaikan perempuan itu yang mendapatkan tawaran ini, apakah gerangan reaksinya? Mungkinkah ia akan melompat-lompat seperti anak kecil yang dapat layangan baru? Mudah-mudahan perempuan itu akan menjawab semua pertanyaan melalui blog ini. Gimana Saras...?
1 komentar:
aku bersedia menukar kerjaku sekarang demi kerja yang temanta nda bisa kerjakan
-saraswati-
Posting Komentar