LAPTOP saya ini sudah jadul. Andaikan dia bisa berbicara, barangkali dia akan merintih karena sudah tua dan sakit-sakitan. Mungkin dia akan protes karena sudah renta, masih dibawa ke mana-mana dan digunakan untuk segala keperluan yang vital. Saya selalu trenyuh melihat usia laptop ini. Namun, saya juga bangga setiap melihatnya. Saya merasa puas menggunakannya. Sejak pertama saya beli di Jalan Gunung Sahari, Jakarta, laptop ini belum pernah dirawat di tempat servis.
Saya membeli laptop ini pada akhir tahun 2006, sekitar bulan November. Saya masih punya catatan di blog, suasana ketika saya membeli laptop ini (lihat http://timurangin.blogspot.com/2006/11/laptop-dan-kos-baru.html). Begitu bahagianya saya ketika membeli benda ini. Tak hanya itu, benda ini juga membuat iri banyak orang. Teman-teman saya di Makassar dan Bau-Bau memandang iri pada benda ini. Beberapa orang, tak malu-malu mengungkapkan rasa irinya dengan benda ini.
Bahkan, adik saya di Kolaka juga ingin memilikinya. Setahun setelah saya beli, ia ingin sekali membelinya. Saya merasa berat hati. Sebab laptop ini sangat vital menemani semua urusan saya. Laptop ini adalah satu-satunya benda yang saya bawa ke manapun saya pergi. Saat mengunjungi banyak tempat, saya jarang membawa banyak baju, melainkan senantiasa membawa laptop ini. Setiap pulang kampung, keluar daerah, malah mengerjakan proyek di Ternate, laptop ini selalu dibawa. Bahkan, saya pernah ke Pulau Moti di Maluku Utara dan menumpang kapal kecil yang nyaris tenggelam. Saat kapal itu oleng, saya tidak memeluk pelampung sebagaimana penumpang lainnya. Saya memeluk laptop ini.
Andai laptop ini bisa bicara, pastilah dia akan bercerita ke mana saja ia pernah dibawa. Laptop ini juga jadi saksi bagaimana perjalanan saya selama kuliah. Mulai dari semester satu, laptop ini sudah menemani saya untuk buat tugas, sampai pada momentum ketika saya mengerjakan tesis. Lagi-lagi, laptop ini yang setia menemani di saat-saat penting seperti itu, hingga akhirnya saya lulus jadi magister.
Anda bisa bayangkan, betapa akrabnya saya dengan laptop ini. Saya menyayangi benda yang kian tua ini. Ketika melihat laptop banyak teman yang makin canggih, saya tak pernah iri. Saya tahu dan saya bangga memiliki benda yang tahan lama dan menemani saya pada berbagai momentum.
Ketakutan terbesar saya adalah jangan sampai usia laptop ini tak lama lagi. Konon, menurut seorang teman di Jakarta, usia maksimal penggunaan laptop adalah sekitar dua tahun. Setelah itu, sebuah laptop akan ‘sakit-sakitan’ hingga akhirnya akan dijual karena tidak sanggup lagi dioperasikan. Saya takut kenyataan itu akan terjadi. Saat ini, saya belum punya niat untuk menggantinya. Andaikan itu benar terjadi, barangkali saya ingin memiliki sebuah netbook. Saya ingin memiliki laptop kecil yang ringan dan bisa dibawa ke mana-mana. Inilah obsesi saya jika kelak laptop ini sudah rusak.
Hari ini, saya memandang laptop ini dengan tatap bangga. Barusan saya belikan modem internal biar bisa menangkap sinyal hotspot. Kasian, laptop ini dan generasinya tak dilengkapi perangkat untuk mendeteksi sinyal wireless. Tapi tak apa. Saya sudah membelikan modem wireless. Kini, laptop ini naik pangkat atau naik status. Dari laptop tanpa modem hotspot, menjadi laptop yang sanggup menangkap hotspot. Nah, tulisan ini adalah tulisan pertama yang diposting dengan menggunakan modem yang baru ini.
I Love U My Laptop....
0 komentar:
Posting Komentar