Susahnya Temani Perempuan Belanja

PEKERJAAN yang paling sulit dilakukan adalah menemani perempuan belanja. Kebanyakan perempuan adalah tipe shopaholic yang suka dengan aktivitas jalan-jalan serta melihat-lihat baju hingga berjam-jam. Andaikan saya bisa mengintip apa isi kepala perempuan yang sedang belanja, maka itu sudah lama saya lakukan. Saya tak habis pikir, apa sih nikmatnya putar-putar keliling di tempat belanja, sementara belanjaan kadang hanya satu potong pakaian?

Mungkin saya kelewat bego, namun saya tak kunjung bisa juga mengerti, mana sih pakaian yang bagus dan mana yang tidak bagus. Banyak pakaian yang saya lihat jelek, kok tiba-tiba dianggap paling bagus. Demikian pula sebaliknya ketika melihat satu pakaian yang menurut saya bagus, perempuan bisa saja bilang jelek. Terlalu tipislah, atau terlalu noraklah. Apa sih kriteria bagus dan jelek? Akhirnya saya berkesimpulan, selera perempuan terhadap pakaian memang susah ditebak.

Selama beberapa bulan ini, saya selalu menemani perempuan yang kerap merengek manja untuk ke mal atau toko pakaian. Mungkin saya sudah ratusan kali menemani. Dan sebanyak ratusan kali pula saya tersesat di mal. Betapa tidak, baru saja menemani di satu tempat untuk lihat pakaian, tiba-tiba saja saya melihat sekeliling dan perempuan yang ditemani itu menghilang bak di telan bumi. Terpaksa saya habiskan waktu untuk mencari-cari hingga akhirnya ketemu.

Saat belanja, pikiran perempuan lebih banyak tidak fokus alias suka pindah-pindah. Ketika melihat satu pakaian dan tertarik, maka sang perempuan segera ke situ. Namun sekian detik berikutnya, bisa saja ia jadi tidak tertarik dan langsung pindah ke bagian lain dari toko atau mal. Sementara saya yang menemani harus siap-siap tersesat dan pusing hendak ke mana. Saya berpendapat, saat menemani perempuan belanja, pikiran harus konsentrasi sebagaimana konsntrasi seorang prajurit di medan tempur. Kita tidak boleh membiarkannya lolos sedikitpun. Jika lengah barang sekejap, maka sang perempuan itu akan lenyap. Dan seperti halnya prajurit yang gagal, selanjutnya kita tersesat dan survival atau celingukan sana-sini mencari-cari.

Saya juga harus belajar untuk tidak sering menggerutu di depan perempuan. Kadang-kadang, perempuan juga gampang ngambek atau tidak, bisa ikut menertawakan kesialan kita. Setelah lama tersesat dan kemudian ketemu, saya tak mau menggerutu. Sebab sang perempuan bisa balik bertanya dengan mata mendelik, “Kenapa? Marah yaa?” Dalam situasi seperti ini, saya hanya bisa diam saja. Nanti setelah jauh dari tempat belanja, dalam hal ini rumah, barulah marah itu saya ledakkan. Hiiii.....

Beberapa jam berikutnya, saya kemudian tertawa-tawa sama perempuan itu. Yah.. mungkin tempat belanja adalah dunia yang membuat bahagia bagi perempuan. Barangkali kesenangannya bukan terletak pada seberapa murah atau seberapa banyak belanjaan, namun proses menemukan barang yang terbaik dan termurah. Tapi masalahnya, sebagai lelaki, saya tak kuat dengan hobi belanja yang berkeliling-keliling seperti itu. Bagi saya sih, kalau cuma beda Rp 5.000, ngapain pergi lama-lama belanja dan keliling sampai kaki pegal. Iya nggak? (*)



1 komentar:

DWI mengatakan...

jangan suka marah kalo temani perempuan belanja.belan itu menyehatkan loh. bisa membuatmu jalan2 kerkilometer tanpa sadar

Posting Komentar