Internet dan Fenomena Copy Paste

INTERNET adalah candu bagi para mahasiswa. Banyak mahasiswa yang sudah tidak mau berpayah-payah membaca buku. Mereka hanya mengandalkan internet untuk mengerjakan tugas kuliah dengan cara mengumpulkan keping demi keping yang kemudian disusun menjadi satu. Mahasiswa dan generasi muda jadi tidak peduli dengan proses. Mereka gampang saja mencomot sesuatu yang sudah jadi, kemudian mengklaim sebagai karyanya.

Kesimpulan ini saya dapatkan setelah memeriksa tugas final test mahasiswa. Saya mengamati betapa banyaknya mahasiswa yang suka menjiplak melalui internet. Mestinya internet itu dilihat sebagai ensiklopedi untuk menemukan inspirasi. Bukannya untuk mencari bahan, kemudian copy paste. Saya tidak sedang ngarang. Sangat mudah melacak dari mana seorang mahasiswa mendapatkan bahan untuk menyelesaikan tugasnya. Cukup klik google dengan kata kunci tertentu, maka akan nampaklah dari mana para mahasiswa menjiplak tugasnya.

Ini menjadi fenomena yang selayaknya direspon oleh para pengajar kita. Sepuluh tahun lalu, internet belum menyediakan bahan yang kaya bagi mahasiswa dan para dosen belum terbiasa dengan internet. Malah, hingga kini masih saja banyak para dosen yang belum paham internet. Akibatnya, mereka jadi bulan-bulanan dari mahasiswanya sendiri. Saya membayangkan sang dosen yang memeriksa tugas mahasiswanya. Pastilah ia terkejut ketika melihat betapa cerdasnya sang mahasiswa saat membaca tugas kuliahnya.

Jika ia teliti, pasti ia akan penasaran dari mana sang mahasiswa bisa berargumentasi dengan cerdas, sementara dalam kenyataan sehari-hari sang mahasiswa biasa-biasa saja. Jika sang dosen teliti, maka ia akan menginvestigasi sang mahasiswa dan menanyakan bagaimana sampai ia bisa menulis dengan baik. Andaikan itu betul-betul karya mahasiswa, tentunya sang dosen berhasil mengajar dengan baik sehingga mahasiswa bisa mengerjakan tugas. Namun, bagaimana kalau itu bukan karya mahasiswa dan hanya jiplakan saja? Nah, jika bertemu kondisi seperti ini sang dosen selayaknya berintrospeksi dan mencari model-model soal yang kira-kira tidak bisa dijiplak sang mahasiswa.

Di zaman internet seperti ini, para dosen seyogyanya pandai-pandai membaca siasat mahasiswanya. Di saat para mahasiswa punya banyak siasat, sang dosen pun harus pandai-pandai membaca siasat mahasiswa. Sudah saatnya dikembangkan satu metode untuk menilai kemampuan mahasiswa di mana sang mahasiswa tak bisa menjiplak. Mungkin cara terbaik adalah dengan cara memberikan ujian secara lisan atau tertulis dalam kelas. Sudah tidak tepat memberikan tugas yang ekmudian dikerjakan di rumah. Hal lain yang juga mendesak adalah harus ditanamkan secara tegas kepada mahasiswa bahwa penjiplakan adalah suatu pelanggaran. Penjiplakan adalah virus yang bisa merongrong hidup sang mahasiswa ketika meninggalkan kampus. Penjiplakan itu sama dengan pencurian. Iya nggak?



0 komentar:

Posting Komentar