Kompasiana adalah Candu

DARI semua situs jejaring sosial, saya sedang keranjingan dengan kompasiana.com. Belakangan ini, saya sering meramaikan tulisan saya di situs itu. Malah, beberapa kali tulisan saya menjadi tulisan yang terpopuler. Saya menikmati interaksi di situs ini. Kita bertemu dengan banyak orang dan macam-macam profesi, bertukar kabar, bertukar kisah, dan saling menginspirasi. Berinteraksi di situs ini ibarat candu yang membuat saya selalu ingin terkoneksi dan menyerap semua pengetahuan dan informasi baru yang disebarkan.

Dibanding situs seperti facebook, saya lebih menyenangi kompasiana. Memang, facebook membuat kita terkoneksi dengan sahabat-sahabat kita sendiri. Tapi facebook tidak memperkaya pengetahuan. Interaksinya hanya sebatas temu kangen, salam canda, tanpa saling memperkaya pengetahuan. Pernah, beberapa kali saya memposting tulisan di facebook, namun komentar yang saya dapatkan datar-datar saja dan hanya dari para sahabat dekat yang memang mengenal saya. Lama kelamaan saya bisa narsis kalau komentatornya itu-itu terus. Makanya, saya memosisikan facebook sebagai upaya mengetahui kabar terbaru dari para sahabat saya. Tidak lebih.

Sementara kompasiana, memberi saya kemampuan untuk memperkaya pengetahuan melalui tulisan-tulisan. Kompasiana adalah mata air pengetahuan yang deras di mana semua orang berinteraksi di tepiannya demi sama-sama belajar dan memperkaya. Ketika sebuah tulisan ditanggapi yang lain, maka tidak sekedar terjadi ajang transfer pengetahuan, melainkan hubungan-hubungan sosial yang saling berbagi kehangatan pengetahuan yang kemudian dijelmakan menjadi pelita yang menerangi kegelapan berpikir masing-masing. Kompasiana menjadi cahaya sekaligus kompas yang menunjukkan arah agar tidak tertatih-tatih dalam pekatnya informasi.

Memang, banyak tulisan dalam Kompasiana yang memuat hal yang remeh-temeh. Namun justru melalui hal yang remeh-temeh itu saya bisa menemukan begitu banyak hal yang menarik yang sesungguhnya menunjukkan dinamika makna dan interpretasi yang hidup di masyarakat kita. Melalui hal yang remeh-temeh itu, kita bisa menemukan hal-hal yang selama ini luput dari perhatian sebagian besar dari kita, namun begitu penting bagi masyarakat lainnya. Para peneliti sosial sama-sama paham bahwa di balik hal-hal yang sepele, bisa jadi terdapat jendela untuk melihat dinamika sosial dan kebudayaan hari ini.

Melalui Kompasiana, saya bisa bertemu dnegan banyak sahabat yang kelak akan menjelma menjadi malaikat-malaikat yang membantu lesatan pengetahuan. Saya bertemu dengan para pengkritik yang menunjukkan sisi lain dari diri saya sendiri. Para pengkritik itu adalah sahabt-sahabat terbaik yang memberi kata teriak atas langkah kita yang tersandung sembari membisikkan harapan agar kita tetap berjalan pada koridor yang sesungguhnya. Untuk itu saya bahagia dengan situs ini. Terima kasih karena membuat Mata saya menjadi lebih terang.(*)

0 komentar:

Posting Komentar