TUBUHNYA penuh tato. Ada gambar naga, ular, dan burung rajawali. Lebih separuh badannya penuh dengan tato. Seram memang. Daeng Kallu (36) namanya. Saya melihatnya suatu hari saat berkunjung ke rumah teman di Kota Bau-Bau. Ia hendak mengambil jambu biji di depan rumah teman saya. Saat itu, teman saya lalu berteriak kalau belum ada jambu yang siap dimakan. "Semuanya masih mentah," kata teman yang disambut dengan cengengesan oleh Daeng Kallu.
"Apa pekerjaannya?" bisik saya. Ternyata ia berprofesi sebagai preman. Ia spesialis mencuri di kapal-kapal Pelni. Ia adalah maling yang selalu malang-melintang di kapal-kapal. Ia menumpang kapal Pelni dari Bau-Bau ke Makassar dan beroperasi di situ. Mulai dari handphone, laptop, ataupun uang bisa menjadi jarahannya. Ia selicin belut. Belum pernah ditangkap. Kata teman, ia pandai menyusun jaringan dengan siapapun mulai dari anak buah kapal (ABK) Pelni, polisi hingga tentara. "Setiap selesai beroperasi, pasti dia akan bagi-bagi hasil jarahan dengan semua jaringannya," kata teman saya.
Ia asli Makassar, namun sudah lama bertempat tinggal di Bau-Bau. Saya selalu terkesan dengan kemampuannya membangun jaringan. Dalam dunia yang digelutinya, posisi jaringan itu amat penting sebab bisa menjadi kekuatan yang menopang karirnya. Ia belum terlalu lama datang di Bau-Bau. Namun ia sudah langsung terkoneksi dengan jaringan-jaringan preman asal Ambon yang eksodus ke Bau-Bau sejak kerusuhan Ambon. Menurut banyak orang, jaringan preman eksodus Ambon yang diback-up oleh para preman lokal. yang kini menguasai Bau-Bau. Mereka fungsional dan menjadi abdi setia para pejabat, ataupun kontraktor.
Kesetiaan para preman di Bau-Bau seperti kesetiaan seorang samurai pada tuannya. Mereka membantu semua urusan tuannya, mulai dari pengawalan sampai pada ancaman pada lawan politik. Seorang anggota DPRD Buton juga mempekerjakan para preman untuk menjadi mandor pada sejumlah proyek kontraktor yang ditanganinya.
Namun, terkadang kesetiaan itu mudah dibeli. Buktinya, seorang preman senior bisa saja pindah tuan asal bayarannya lebih besar. Tapi saya tidak tahu apakah Daeng Kallu seperti itu. Sebab spesialisasinya adalah mencuri di kapal-kapal Pelni. Saat teman saya menjelaskan profesi Daeng Kallu, ia menjepit jari telunjuk dan tengahnya. Mungkin itu semacam tanda atau kode tentang pekerjaan mencuri tersebut. Menurut teman, pekerjaan ini tidaklah mudah dilakoni. Mereka harus latihan menjepit sesuatu dnegan jari telunjuk dan jari tengah tersebut. Daeng Kallu menempa dirinya dengan keras. Ia melatih diri dan anak buahnya agar sukses jadi pencuri.
Mereka bekerja secara tim. Di saat anak buahnya beroperasi, ia memainkan fungsi lobi ke jaringannya. Jangan sekali-sekali membuatnya kecewa. Ia akan murka besar. Pernah, seorang anak buahnya tidak melaporkan handphone yang dicuri. Anak buah itu menilepnya untuk kepentingan pribadi. Daeng Kallu langsung murka besar. Ia menyiksa anak buah itu hingga kepayahan. Tak cukup dengan itu, ia juga memotong jarinya sebagai tanda agar kapok dan tidak mengulanginya lagi. Di dunia seperti ini, kejujuran pada rekan sejawat sangat penting jika ingin tetap bertahan di jaringan itu. Jika ingin bergerak sendiri, maka siap-siaplah mendapat risiko masuk penjara sebab tidak dilindungi oleh jaringan tertentu.
Yang membuat saya kagum karena Daeng Kallu bisa bersosialisasi dengan semua warga yang tinggal di sekitarnya sebagai tetangga yang baik. Seperti apa yang saya saksikan hari ini ketika ia hendak mengambil jambu. Malah, ia memperistri gadis manis setempat. Ia menyayangi keluarga dan menyiapkan sekolah bagi anak-anaknya. Kata teman saya, seorang anaknya sudah kuliah di Universitas Hasanuddin (Unhas) dan dibiayai dari profesi sebagai pencuri.
Apakah ia merasa berdosa dengan profesinya? Teman saya langsung terkekeh dengan pertanyaan itu. Di dunia seperti ini, dosa jadi perkara yang seperti karet gelang. Bisa ditarik ulur sesuai dengan kepentingan. Bener juga yaa.(*)
1 komentar:
bung yusran yang baik dan pemurah hati, saya sangat tertarik dengan coment anda yaitu eksodus ambon yang ada dikota bau-bau,kalo tidak salah mereka[eksodus ambon]adalah orang-orang buton juga,keturunan buton yg sudah lama timggal dan lahir di ambon,tolong jangan anda membeda-bedakan antara orang buton di bau-bau dan orang buton d ambon,mau lahir di amerika tapi masih keturunan buton tetap darah nya mengalir darah buton.terimah kasih.
Posting Komentar