... Karena Cinta Butuh Chemistry

she may be the face i can't forget
the trace of pleasure or regret

may be my treasure or the price i have to pay

she may be the song that summer sings

may be the chill of autumn brings

may be a hundred different things
within the measure of a day


…..
Mungkin dialah wajah yang tak bisa saya lupakan

Membiaskan jejak bahagia atau sedih

Mungkin dialah permata yang mesti saya tebus
Mungkin dialah nyanyian di musim panas
Mungkin dialah rasa dingin di musim gugur
Mungkin dialah ratusan hal-hal berwarna-warni di sepanjang hari


LAGU ini terus mengiang di kuping. Ada rasa bahagia yang mengalir di dalam diri, menyusuri aliran darah, hingga lepas dalam rasa lega. Lagu ini adalah soundtrack film Nothing Hill yang dibintangi Julia Roberts. Mungkin agak terlambat bagi saya menyaksikannya. Tapi tetap saja sukses mengguratkan rasa yang sukar diungkapkan.

Memang, Julia Roberts adalah maestro tak tertandingi dalam genre film romantis di abad ke-21. Saya menyukai sorot mata cinta penuh kasih yang dipancarkannya pada Hugh Grant, lawan mainnya di film ini. Saya menyukai senyum simpulnya yang penuh makna. Saya menyukai tatapan lurusnya yang terpaku pada satu sosok, dan mata itu seakan hendak berkisah banyak. Mata itu seakan hendak menembus angkasa dan menari-nari di atas awan putih yang bergumpal bagai es krim.

Kadang-kadang, cinta tak butuh ekspresi yang berlebihan. Anda tak perlu jungkir balik untuk menyatakan cinta pada seseorang. Tapi, cukup dengan satu pandang saja, seseorang itu bisa mengetahui apakah Anda menyukainya ataukah tidak. Anda bisa berbohong setinggi langit. Tapi sorot mata Anda akan berkata jujur, tanpa rekayasa. Dan sorot mata itu saya temukan pada diri Julia Roberts, khususnya pada adegan terakhir Nothing Hill yang kemudian menautkan dua keping hati dalam film itu.

Sebenarnya saya lebih suka jika Julia Roberts selalu berpasangan dengan Richard Gere seperti dalam Pretty Woman. Keduanya adalah pasangan dengan chemistry paling menyentuh. Bahasa tubuh keduanya sangat pas untuk menggambarkan dua orang yang saling mencintai. Tapi tak apa. Setidaknya, Nothing Hill yang nampak biasa, telah menyisakan sesuatu yang membekas dalam diri ini. Apalagi kalau mendengar bait lagu sebagaimana yang saya catat di atas.

Chemistry adalah terjemahan dari kata kimia. Entah siapa yang memulai, istilah ini menjadi populer untuk menggambarkan tentang sejauh mana kedekatan antara dua orang. Mungkin istilah ini hendak menggambarkan reaksi yang muncul ketika dua orang yang saling mencintai berada pada momen yang sama. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering merasakan hal yang berbeda saat bersama seseorang yang kita cintai. Tiba-tiba saja jantung berdetak lebih keras, keringat dingin mengucur, dan ada rasa bahagia yang menjalar dalam diri kita. Ketika reaksi kimia itu hadir dalam diri Anda, maka waspadalah. Jangan-jangan, saat itu Anda sedang jatuh cinta.

Saya sendiri mendefinisikan cinta hadir melalui tiga syarat. Pertama, saat kita bahagia bertemu si dia. Kedua, saat kita rindu manakala tidak bersama dengannya. Ketiga, hadir perasaan cemburu ketika melihat si dia bersama orang lain. Barangkali, kombinasi dari ketiga unsur ini yakni bahagia, rindu, dan cemburu inilah yang kemudian memunculkan kata chemistry. Senyawa ketiga unsur inilah yang membentuk kesatuan atom-atom cinta dan selanjutnya mengalir dalam darah hingga ke semua titik dalam tubuh, lalu terejawantahkan dalam bahasa tubuh (body language) seseorang.

Bahasa tubuh inilah yang memberikan isyarat-isyarat sejauh mana cinta kita kepada seseorang. Bahasa tubuh ibarat stasiun pemancar yang mengirimkan frekuensi gelombang ke mana-mana, semacam pernyataan bahwa ada cinta yang bergejolak ketika Anda bersama seseorang. Tatkala frekuensi bahasa tubuh itu ditangkap oleh sang kekasih dan kemudian direspon dengan sinyal yang sama, maka pada titik inilah sebuah chemistry sedang bekerja.

Nah, chemistry inilah yang saya saksikan pada sosok Julia Roberts dalam film Nothing Hill. Boleh jadi, chemistry itu hadir pada diri Anda saat bersama sang kekasih. Apakah Anda merasakannya? Hanya Tuhan dan Anda sendiri yang tahu.


Makassar, 17 Januari 2010
Saat Hujan Keras Mengguyur...


1 komentar:

ranes mengatakan...

hiks hiks...
bagian akhir pilem itu banyak ditiru pilem pilem lain..

saya juga menyukai bagian ini :
She May be the reason I survive
The why and wherefore I'm alive
The one I'll care for through the rough in ready years Me

Posting Komentar