Mahalnya Menjadi Cantik

DI zaman seperti ini, definisi kecantikan bukan lagi sesuatu yang alami, yang datang sejak lahir. Kecantikan bukan lagi sesuatu yang dibawa sejak lahir. Kecantikan adalah sesuatu yang dikonstruksi, sesuatu yang diciptakan melalui aneka jenis perawatan tubuh dan rambut.

Kecantikan menjadi sesuatu yang amat mahal. Mulai dari rambut, sampai pada ujung kuku, semuanya membutuhkan perawatan khusus yang mengeluarkan biaya besar. Tapi, para wanita di kota-kota besar seakan tidak perduli. Kecantikan seolah menjadi password untuk memasuki dunia sosialita di kota besar. Ketika anda cantik, anda seolah memasuki barisan elite pergaulan dan kemapanan baru. Ketika cantik, wanita dianggap hebat. Padahal, boleh jadi, kecantikan itu didapat dari uang pinjaman. Tapi publik seolah tak mau tahu. Meskipun untuk menjadi cantik anda harus menghabiskan belanja hari-hari.



Di kota-kota besar seperti Makassar, berbagai salon kecantikan bertebaran. Ada salon yang spesialis merawat rambut seperti Rudy Hadysuwarno, Yoppie, Teguh,, dan banyak lagi. Ada juga salon yang spesifik untuk merawat tubuh dan kemulusan kulit, seperti Hermin Salon. Baru-baru ini, berdiri pula satu salon yang khusus untuk merawat kuku. Saya sering geleng-geleng kepala. Bagi saya, kuku adalah organ tubuh yang tidak perlu perawatan khusus. Tapi, di era yang begitu peduli pada kecantikan ini, kuku adalah organ yang sama pentingnya dengan wajah atau mata.

Mungkin ini adalah hal yang biasa bagi seorang wanita. Tapi, sebagai pria, saya kadang tak mengerti mengapa ada begitu banyak jenis perawatan tubuh, dan mengapa pula semuanya harus mahal. Ini adalah pertanyaan yang muncul saat kemarin saya harus menemani seseorang ke salon. Bayangkan, untuk memotong rambut, harus keluar biaya sampai Rp 26.000. Itu belum cukup. Keesokan harinya harus di-smoothing dan butuh biaya sampai Rp 295.000. Bayangin, demi rambut yang indah, harus keluar biaya sampai segitu. Jangan kira itu sudah tuntas. Belum. Masih ada biaya catox yang sampai ratusan ribu rupiah pula. Mengapa harus mahal? "Perempuan harus cantik. Rambut itu penting sebab mempengaruhi bentuk wajah," kata perempuan itu.

What? Saya jadi stres. Ini dunia macam apa yang hanya untuk rambut saja bisa keluar begitu banyak duit. Dulu nenek moyang hanya membasahi rambut dengan air kelapa. Itu sudah cukup untuk mendapat rambut yang indah. Tapi, mungkin inilah logika zaman. Di era di mana penampilan menjadi sangat penting ini, rambut menjadi komoditas yang bisa dikelola menjai uang. Mungkin inilah watak kapitalisme yang membisniskan semua bagian tubuh manusia modern.

Saya hanya geleng kepala. Tak pernah terlintas sedikitpun dalam benak saya untuk ke salon seperti itu. Kalau rambut saya mulai panjang, mendingan saya ke anggota Persatuan Cukur Madura (Percuma). Cukup bayar Rp 9.000, rambut sudah rapi dan tampan. Lantas, ngapain ke salon?


0 komentar:

Posting Komentar