Anakku sayang…
HARI ini, ibumu mengirimkan foto
yang menampilkan dirimu sedang membaca dan menulis. Aku bisa melihat kalau kamu
sedang membaca buku The Son of Neptune, novel terbaru yang ditulis Rick
Riordan. Kamu maju banyak langkah dariku, sebab aku sendiri belum membaca novel
yang mengisahkan mitologi Romawi dalam kemasan modern itu.
Aku yakin kamu tak paham tentang
makna aktivitas membaca dan menulis. Aku membayangkan kamu sedang
terbengong-bengong menyaksikan barisan huruf yang dipintal menjadi kata, lalu
ditenun menjadi kalimat, dan terakhir dirajut menjadi jalinan makna. Mungkin
pula kamu paham dengan caramu sendiri. Aku amat bahagia saat menyadari bahwa nalarmu
telah berusaha untuk memecahkan apakah gerangan makna sebuah buku.
Aku pun pernah seusiamu. Aku juga
dulu tak paham apa makna sebuah buku. Namun ketika aku mulai bisa membaca, aku amat
terkesima dengan dunia-dunia yang dilukis dalam aneka pustaka. Aku lahir dan
besar di pulau kecil. Namun, entah kenapa, aku bisa menemukan begitu banyak
buku di perpustakaan sekolah. Buku-buku itu membawa pikiranku berkelana ke
mana-mana, dan menemui demikian banyak tokoh hebat.
buku yang kubaca di masa kecil |
Di masa sekolah menengah, aku berkenalan
dengan Winnetou, sang ketua suku Apache, melalui buku yang ditulis Dr Karl May.
Hari ini, paman Google memperlihatkan sampul buku yang kubaca dulu. Buku ini
seolah membawaku menelusuri lorong-lorong masa kecil yang nyaris terkubur dalam
pelepah ingatan.
Tiba-tiba saja, aku teringat pada
kemampuan Winnetou saat mencari jejak, menjerat kuda, ataupun melemparkan
tomahawk. Aku teringat keperkasaan bangsa Indian yang bisa melemparkan pisau
pada titik yang tepat, kemampuan mencari jejak, menjerat mustang, membaca arah angin dan perbintangan. Aku teringat bahwa bangsa berkulit merah itu sangat mengagumi
keberanian, meskipun itu dikeluarkan seorang musuh. Ketika mereka
terkagum-kagum, mereka akan berteriak “UF”.
Aku juga terkenang dengan penulis
buku, yang merupakan sahabat Winnetou yakni Old Shatterhand, sosok yang sekali
meninju bisa langsung membuat lawannya pingsan, juga pernah membunuh beruang
grizzly hanya dengan pisau belati. Satu lagi, Old Shatterhand juga bisa mengalahkan
bison pada kesempatan pertama saat tiba di padang prairie. Aku masih ingat
sahabat Old Shatterhand dan Winnetou yakni Sam Hawkens, Old Firehand (yang
dikenal jitu dalam menembak), hingga guru sekaligus dukun suku Apache yang
bernama Klekih Petra (dalam bahasa Indian berarti guru kami yang putih).
bersama seorang prajurit Indian |
Dahulu, tak kupaham benar mengapa
Apache harus diperangi. Ternyata, semuanya berawal ketika bangsa Eropa datang ke
Amerika dan hendak membuat jalan kereta api. Jalan menjadi awal dari proses
aneksasi dan kolonialisme. Dengan segala daya, bangsa Apache berusaha melawan.
Yang paling mengesankanku adalah cerita
tentang persahabatan serta kecintaan Old Shatterhand dan Winnetou pada
nilai-nilai kemanusiaan. Keduanya punya karakter dan sifat yang sama, meskipun
lahir dari duan bangsa berbeda. Old Shatterhand dengan kemampuan berkelahi
serta nalarnya, sedangkan Winnetou dengan kemampuannya membaca tanda-tanda
alam, serta berkelahi dengan tomahawk atau tangan kosong.
Anakku sayang…
Maafkan diriku yang sedang larut
dengan nostalgia atas kisah ini. Kemarin, akhirnya aku bisa bertemu dengan suku
Indian. Tak terkira betapa bahagianya diriku menyaksikan kenyataan itu. Aku
aklhirnya bisa menelusuri kembal imajinasi masa silam, dan melihat realitasnya
di masa kini. Buku Winnetou telah mengasah imajinasiku, hingga akhirnya
mempertemukanku dengan sosok Indian.
Aku hendak berkata padamu tentang
betapa dahsyatnya manfaat membaca. Siapa sangka jika akhirnya buku yang kubaca
itu menuntunku untuk bertemu dengan bangsa-bangsa yang dahulu hanya bisa
kubayangkan. Kelak kamu akan belajar bahwa buku-buku bisa menjadi kendaraan
yang kelak membawamu untuk menemukan dirimu sendiri.
Aku tak sedang bercanda. Hari
ini, ibumu mmperkenalkanmu pada sebuah buku. Kelak, buku-buku akan berperan
penting untuk melukis karaktermu, menajamkan aspek kemanusiaanmu, dan membawamu
untuk ke dunia gagasan.
Beberapa bulan silam, ada sebuah
buku yang diluncurkan di kampus ini. Judulnya adalah My Life as Laura. Di bawah
judul itu, ada tulisan How I Searched for Laura Ingalls Wilder and Found Myself.
Pengarangnya adalah Kelly Kathleen Ferguson, salah seorang pengajar di Ohio
University, kampusku sekarang. Kelly juga seorang blogger, yang catatannya bisa dibaca DI SINI.
Kisahnya adalah catatan personal
Kelly tentang hari-harinya saat menelusuri ingatan tentang atas Laura Ingalls,
sosok dalam serial Little House on the Prairie, yang kemudian sukses dibuat
versi serial televisi dan dibintangi Michael Landon dkk. Kebetulan, sewaktu
kecil, aku rajin mengikuti serial ini di TVRI, setiap minggu siang.
Kelly terkenang
dengan bacaan di masa kecil (yang dihadiahkan ibunya saat berumur enam
tahun), kemudian tergerak untuk menelusuri kenangan itu di tempat idolanya
tumbuh dan menghabiskan hari. Ia lalu berangkat ke South Dakota demi menemukan
soul atau jiwa dari karya yang dibacanya saat masih kecil.
Perjalanan itu akhirnya
membawanya pada proses penemuan diri, pada upaya untuk menyelami diri sendiri,
yang kemudian membuat matanya lebih terang dalam memahami setiap kenyataan. Ia
akhirnya bisa belajar dari perjalanan panjang pengalamannya sendiri. Matanya
menjadi lebih terang dalam memahami semua kenyataan. Ia menemukan makna
petualangan, serta makna keceriaan pada sosok Laura Ingalls, sosok dalam serial
tersebut.
Anakku sayang..
Kamu tak harus menjadi Kelly yang
mengidolakan Laura Ingalls dan kisah Little House on the Prairie. Kamu mesti
menjadi dirimu sendiri. Kamu akan berhadapan dengan rentang persoalan yang
berbeda dengan Kelly, bahkan dengan diriku sebagai ayahmu. Kamu akan belajar
memecahkan segala masalah yang menderamu.
kisah Little House on the Prairie versi televisi |
keluarga Ingalls |
Buku-buku akan menjadi kompas
yang kelak akan membantumu untuk menemukan diri. Lewat buku itu, kamu akan
belajar tentang dinamika manusia, tentang mengapa sebagian orang menjadi
pahlawan, mengapa sebagian orang memilih menjadi jahat. Kamu akan berkenalan
dengan para putri-putri yang baik hati dan suka menolong. Bersama putri-putri
itu, kamu akan membenci para nenek sihir atau mereka yang merusak kebahagiaan
orang lain.
Kelak kamu akan menyayangi semua
binatang yang bertebaran di alam semesta. Kamu akan menyayangi semua tumbuhan. Kamu
akan menjelma menjadi prajurit cahaya yang menghadirkan cahaya bahagia di hati setiap
orang. Jiwa dan karaktermu akan tumbuh sebagaimana sosok yang kamu sukai. Kamu
akan seberani Winnetou, dan akan seceria Laura Ingalls. Itupun jika kamu
menyukainya. Kamu bebas. Bahkan ketika kamu memilih tetap menjadi putri baik hati, sebagaimana putri salju, yang memilih tinggal bersama tujuh kurcaci di tepi hutan lebat dan pekat.(*)
Athens, 16 Juli 2012
2 komentar:
Ahh Laura Ingalls >.< dari kecil saya selalu memimpikan berkelana bersama keluarga seperti keluarga Ingalls~
Sekarang sedang mengumpulkan kembali buku-bukunya ^^
sama. sy juga penggemar Laura Inggals
Posting Komentar