Seperkasa Winnetou, Seceria Laura Ingalls



Anakku sayang…

HARI ini, ibumu mengirimkan foto yang menampilkan dirimu sedang membaca dan menulis. Aku bisa melihat kalau kamu sedang membaca buku The Son of Neptune, novel terbaru yang ditulis Rick Riordan. Kamu maju banyak langkah dariku, sebab aku sendiri belum membaca novel yang mengisahkan mitologi Romawi dalam kemasan modern itu.

Aku yakin kamu tak paham tentang makna aktivitas membaca dan menulis. Aku membayangkan kamu sedang terbengong-bengong menyaksikan barisan huruf yang dipintal menjadi kata, lalu ditenun menjadi kalimat, dan terakhir dirajut menjadi jalinan makna. Mungkin pula kamu paham dengan caramu sendiri. Aku amat bahagia saat menyadari bahwa nalarmu telah berusaha untuk memecahkan apakah gerangan makna sebuah buku.

Aku pun pernah seusiamu. Aku juga dulu tak paham apa makna sebuah buku. Namun ketika aku mulai bisa membaca, aku amat terkesima dengan dunia-dunia yang dilukis dalam aneka pustaka. Aku lahir dan besar di pulau kecil. Namun, entah kenapa, aku bisa menemukan begitu banyak buku di perpustakaan sekolah. Buku-buku itu membawa pikiranku berkelana ke mana-mana, dan menemui demikian banyak tokoh hebat.

buku yang kubaca di masa kecil

Di masa sekolah menengah, aku berkenalan dengan Winnetou, sang ketua suku Apache, melalui buku yang ditulis Dr Karl May. Hari ini, paman Google memperlihatkan sampul buku yang kubaca dulu. Buku ini seolah membawaku menelusuri lorong-lorong masa kecil yang nyaris terkubur dalam pelepah ingatan.

Tiba-tiba saja, aku teringat pada kemampuan Winnetou saat mencari jejak, menjerat kuda, ataupun melemparkan tomahawk. Aku teringat keperkasaan bangsa Indian yang bisa melemparkan pisau pada titik yang tepat, kemampuan mencari jejak, menjerat mustang, membaca arah angin dan perbintangan. Aku teringat bahwa bangsa berkulit merah itu sangat mengagumi keberanian, meskipun itu dikeluarkan seorang musuh. Ketika mereka terkagum-kagum, mereka akan berteriak “UF”.

Aku juga terkenang dengan penulis buku, yang merupakan sahabat Winnetou yakni Old Shatterhand, sosok yang sekali meninju bisa langsung membuat lawannya pingsan, juga pernah membunuh beruang grizzly hanya dengan pisau belati. Satu lagi, Old Shatterhand juga bisa mengalahkan bison pada kesempatan pertama saat tiba di padang prairie. Aku masih ingat sahabat Old Shatterhand dan Winnetou yakni Sam Hawkens, Old Firehand (yang dikenal jitu dalam menembak), hingga guru sekaligus dukun suku Apache yang bernama Klekih Petra (dalam bahasa Indian berarti guru kami yang putih).

bersama seorang prajurit Indian
Dahulu, tak kupaham benar mengapa Apache harus diperangi. Ternyata, semuanya berawal ketika bangsa Eropa datang ke Amerika dan hendak membuat jalan kereta api. Jalan menjadi awal dari proses aneksasi dan kolonialisme. Dengan segala daya, bangsa Apache berusaha melawan.

Yang paling mengesankanku adalah cerita tentang persahabatan serta kecintaan Old Shatterhand dan Winnetou pada nilai-nilai kemanusiaan. Keduanya punya karakter dan sifat yang sama, meskipun lahir dari duan bangsa berbeda. Old Shatterhand dengan kemampuan berkelahi serta nalarnya, sedangkan Winnetou dengan kemampuannya membaca tanda-tanda alam, serta berkelahi dengan tomahawk atau tangan kosong.

Anakku sayang…

Maafkan diriku yang sedang larut dengan nostalgia atas kisah ini. Kemarin, akhirnya aku bisa bertemu dengan suku Indian. Tak terkira betapa bahagianya diriku menyaksikan kenyataan itu. Aku aklhirnya bisa menelusuri kembal imajinasi masa silam, dan melihat realitasnya di masa kini. Buku Winnetou telah mengasah imajinasiku, hingga akhirnya mempertemukanku dengan sosok Indian.

Aku hendak berkata padamu tentang betapa dahsyatnya manfaat membaca. Siapa sangka jika akhirnya buku yang kubaca itu menuntunku untuk bertemu dengan bangsa-bangsa yang dahulu hanya bisa kubayangkan. Kelak kamu akan belajar bahwa buku-buku bisa menjadi kendaraan yang kelak membawamu untuk menemukan dirimu sendiri.

Aku tak sedang bercanda. Hari ini, ibumu mmperkenalkanmu pada sebuah buku. Kelak, buku-buku akan berperan penting untuk melukis karaktermu, menajamkan aspek kemanusiaanmu, dan membawamu untuk ke dunia gagasan.

Beberapa bulan silam, ada sebuah buku yang diluncurkan di kampus ini. Judulnya adalah My Life as Laura. Di bawah judul itu, ada tulisan How I Searched for Laura Ingalls Wilder and Found Myself. Pengarangnya adalah Kelly Kathleen Ferguson, salah seorang pengajar di Ohio University, kampusku sekarang. Kelly juga seorang blogger, yang catatannya bisa dibaca DI SINI.

Kisahnya adalah catatan personal Kelly tentang hari-harinya saat menelusuri ingatan tentang atas Laura Ingalls, sosok dalam serial Little House on the Prairie, yang kemudian sukses dibuat versi serial televisi dan dibintangi Michael Landon dkk. Kebetulan, sewaktu kecil, aku rajin mengikuti serial ini di TVRI, setiap minggu siang.

Kelly terkenang dengan bacaan di masa kecil (yang dihadiahkan ibunya saat berumur enam tahun), kemudian tergerak untuk menelusuri kenangan itu di tempat idolanya tumbuh dan menghabiskan hari. Ia lalu berangkat ke South Dakota demi menemukan soul atau jiwa dari karya yang dibacanya saat masih kecil.

Perjalanan itu akhirnya membawanya pada proses penemuan diri, pada upaya untuk menyelami diri sendiri, yang kemudian membuat matanya lebih terang dalam memahami setiap kenyataan. Ia akhirnya bisa belajar dari perjalanan panjang pengalamannya sendiri. Matanya menjadi lebih terang dalam memahami semua kenyataan. Ia menemukan makna petualangan, serta makna keceriaan pada sosok Laura Ingalls, sosok dalam serial tersebut.

Anakku sayang..

Kamu tak harus menjadi Kelly yang mengidolakan Laura Ingalls dan kisah Little House on the Prairie. Kamu mesti menjadi dirimu sendiri. Kamu akan berhadapan dengan rentang persoalan yang berbeda dengan Kelly, bahkan dengan diriku sebagai ayahmu. Kamu akan belajar memecahkan segala masalah yang menderamu.

kisah Little House on the Prairie versi televisi
keluarga Ingalls

Buku-buku akan menjadi kompas yang kelak akan membantumu untuk menemukan diri. Lewat buku itu, kamu akan belajar tentang dinamika manusia, tentang mengapa sebagian orang menjadi pahlawan, mengapa sebagian orang memilih menjadi jahat. Kamu akan berkenalan dengan para putri-putri yang baik hati dan suka menolong. Bersama putri-putri itu, kamu akan membenci para nenek sihir atau mereka yang merusak kebahagiaan orang lain.

Kelak kamu akan menyayangi semua binatang yang bertebaran di alam semesta. Kamu akan menyayangi semua tumbuhan. Kamu akan menjelma menjadi prajurit cahaya yang menghadirkan cahaya bahagia di hati setiap orang. Jiwa dan karaktermu akan tumbuh sebagaimana sosok yang kamu sukai. Kamu akan seberani Winnetou, dan akan seceria Laura Ingalls. Itupun jika kamu menyukainya. Kamu bebas. Bahkan ketika kamu memilih tetap menjadi putri baik hati, sebagaimana putri salju, yang memilih tinggal bersama tujuh kurcaci di tepi hutan lebat dan pekat.(*)



Athens, 16 Juli 2012

2 komentar:

Dwi Ananta mengatakan...

Ahh Laura Ingalls >.< dari kecil saya selalu memimpikan berkelana bersama keluarga seperti keluarga Ingalls~
Sekarang sedang mengumpulkan kembali buku-bukunya ^^

Yusran Darmawan mengatakan...

sama. sy juga penggemar Laura Inggals

Posting Komentar