pohon tumbang di dekat gereja yang dihantam wind storm (foto: Muhammad Fauzi) |
Seberapa tergantungkah
anda dengan listrik?
KEMARIN,
badai menghantam Athens, Ohio. Sejak siang, pihak pemerintah setempat sudah
memberi peringatan melalui banyak website. Badai angin itu menghantam Athens di
sore hari, tepat ketika saya sedang berada di perpustakaan. Saat itu, saya
memang sedang menyelesaikan sesuatu.
Pihak
pengelola perpustakaan bersikap responsif. Saat pengunjung panik dan ingin
keluar, pihak pengelola langsung bergerak. Mereka meminta semua orang untuk tetap
dalam ruangan. Pengunjung juga dilarang berada di dekat jendela, yang langsung
berhubungan dengan badai di luaran.
Di
perpustakaan sendiri, listrik dua kali padam, setelah itu kembali normal. Tapi
jaringan internet tetap berfungsi dengan baik. Saya menunggu hingga beberapa
jam, kemudian kembali ke River Park saat badai mulai mereda.
Saya
melihat beberapa pohon tumbang. Ranting dan dedaunan memenuhi jalanan. Badai
angin punting beliung ini menyebabkan listrik padam di seluruh wilayah Athens.
Hingga malam hari, listrik tak juga padam. Untungnya, apartemen yang saya
tempati terletak di lantai tiga. Meskipun lift tak berfungsi, saya bisa naik
melalui tangga, tanpa ngos-ngosan. Andaikan kamar itu di lantai tujuh, mungkin
saya akan menghabiskan banyak energi.
pohon tumbang akibat badai (foto: muhammad fauzi) |
Athens
menjadi kota mati, kota yang diselimuti kegelapan. Pada saat itulah, saya mulai
memikirkan ulang tentang seberapa pentingnya listrik bagi kehidupan kita. Di
abad ini, listrik amat vital. Tanpa listrik, orang tak bisa makan apa-apa. Di
banyak apartemen, peralatan masak yang vital adalah kompor listrik. Listrik
mengalirkan panas melalui kumparan, yang kemudian memanaskan makanan. Tanpa
listrik, kompor itu tak mungkin berfungsi.
Saya
suka melongok ke dapur. Betapa banyaknya peralatan yang menggunakan listrik.
Mulai dari kompor, microwave, pemanas air, pembuat kopi, hingga kulkas
penyimpan bahan makanan. Tanpa listrik, semua itu tak berfungsi. Terpaksa, saya
mencari makanan yang seadanya. Saya hanya mengisi waktu dengan cara ngobrol
ngalor-ngidul dengan beberapa sahabat di River Park.
Masalah
besar yang kami rasakan adalah ketiadaan internet. Kami tak bisa mengecek apa
perkembangan di dunia maya. Kami kehilangan kontak dengan beberapa sahabat
ketika listrik padam, dan internet ikut down. Kami tak bisa meng-update informasi
melalui facebook, mengetahui apa saja yang dilakukan oleh para sahabat,
sekaligus memberikan informasi tentang kondisi terkini. Saya pun gelisah
memikirkan internet.
Saat
itulah, saya memikirkan betapa perkasanya jejaring sosial dalam hal mengatur
hidup. Dalam sehari, saya bisa menghabiskan hingga beberapa jam, hanya untuk
sekadar mengintip informasi di facebook, kemudian mengirim informasi ke
beberapa sahabat. Saya terlanjur membangun ketergantungan dnegan dunia maya,
sehingga ketika jaringan terputus, tiba-tiba saja seya kehilangan banyak hal.
Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan juga tidak tahu bagaimana
menyikapi keadaan.
Di
tengah kebingungan itu, saya memilih tidur sebagai satu-satunya pilihan.
Apalagi, malam semakin larut. Saat terlelap, tiba-tiba saya mendengar bunyi
terompet dan petasan. Ternyata, banyak pula mahasiswa Amerika yang memanfaatkan
suasana mati lampu demi kumpul-kumpul dan pesta. Saya terbangun
karenanya.Dengan menggerutu, saya lalu duduk-duduk di runag tamu.
Untungnya,
saya ada Iphone dan Kindle yang bisa membantu untuk mengatasi sepi. Kemarin,
saya telah men-download majalah Time terbaru. Melalui kindle, majalah itu
disajikan dalam format yang jauh lebih menarik. Saya lalu menghabiskan malam
dengan membaca majalah dan mengikuti diskusi yang disajikan di majalah itu. Kindle
itu telah membantu saya untuk melewati malam yang sedemikian sulit, tanpa
mengecek informasi di jejaring sosial.
Pada
akhirnya, saya menyadari betapa tergantungnya saya pada listrik. Saya menjadi
bagian dari masyarakat informasi yang melihat informasi dengan skala cepat
laksana anak panah yang melesat dari busur. Tanpa informasi, saya tak bisa
berbuat apa-apa, sebagaimana saat ini. Informasi terlanjur mengatur hari-hari,
mendefinisikan apa yang penting dan a tidak penting.
Biarlah
malam semakin larut. Saya akhirnya terlelap di penghujung malam. Zzz… Zzz….
Zzz….
Athens, Ohio, 30 Juni
2012
0 komentar:
Posting Komentar