Kedai Tuak di Kota Sengkang

JIKA suatu saat anda berkunjung ke Kota Sengkang, singgahlah sejenak ke Palaguna, jalan poros tempat banyak rumah-rumah yang menjajakan penganan. Singgahlah ke situ barang beberapa saat dan pesanlah tuak manis, minuman yang paling populer di situ. Dalam bahsa Bugis, tuak disebut ballo. Eitt.... jika minum, jangan kebanyakan. Anda bisa mabok dan kesulitan menyetir ketika pulang.


Di berbagai kota di Indonesia, barangkali hanya Sengkanglah yang menjajakan tuak secara terbuka. Di sini, tuak adalah dagangan yang dijual secara terbuka, sebagaimana minuman lainnya. Mungkin karena tuak yang didagangkan adalah tuak manis dan tidak memabukkan. Apakah benar? Kayaknya tidak. Buktinya, saat duduk dan minum sampai enam gelas, saya merasa pening dan oleng sebagaimana perasaan mereka yang sedang mabuk.

Menurut pedagang yang saya tanyai, lapau tuak itu sudah lama didirikan. Sejak puluhan tahun silam, orang tuanya sudah membuka lapau tuak dan diwariskan kepadanya. Ia sudah punya jaringan dengan para pencari tuak dan menjajakannya setiap hari. Katanya, tuak memang manis rasanya. Namun jika disimpan dalam waktu lebih dari satu malam, maka rasanya akan berubah menjadi agak pahit dan memabukkan.

Ia menolak anggapan bahwa tempatnya adalah tempat mabuk-mabukan. “Di sini Cuma jual tuak manis. Jadi, tidak mungkin ada yang mabuk,” katanya. Mungkin dia benar juga. Tapi kok, saya tiba-tiba jadi oleng setelah menenggak enam gelas?

0 komentar:

Posting Komentar