Berbagai Jalur Menjadi PNS

SELAMA petualangan saya ke daerah-daerah, profesi yang paling diincar oleh warga di daerah adalah menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Entah kenapa, begitu banyak orang yang terobsesi menjadi PNS. Mungkin, mereka berpikir PNS menyediakan masa depan yang memadai termasuk tunjangan di masa pensiun.

Mungkin pula ada yang mengincar seragam PNS itu sendiri. Ketika anda mengenakan seragam PNS itu, maka anda menempati posisi yang istimewa di mata masyarakat di daerah. Ketika anda menjadi pejabat, maka mobil dinas akan anda kendarai, keuangan anda akan menimbun, serta akses istimewa untuk memasukkan keluarga menjadi anggota PNS. Itu hanya sebagian dari keistimewaan menjadi PNS di daerah.

Makanya, banyak orang yang bersedia membayar berapapun demi status PNS tersebut. Sudah bukan rahasia lagi jika untuk menjadi PNS di daerah, anda cukup mencari channel atau klik yang bisa menghubungkan anda dengan mereka yang terlibat dalam perekrutan PNS. Setelah transaksi dengan sejumlah rupiah, anda tinggal menjalani test dan setelah itu tinggal siap-siap menunggu pengumuman, kemudian merayakannya dengan acara mabuk atau mungkin, acara joged, sebuah acara yang paling prestisius di daerah.

Jumlah biaya yang harus dikeluarkan bisa bervariasi. Di Kabupaten Buton Utara, anda mesti menyiapkan uang sebesar Rp 40 juta. Sama halnya di daerah lainnya yang kadang bisa ’membengkak’ hingga angka Rp 80 juta. Jumlah itu juga berlaku ketika hendak ikut seleksi masuk sejumlahs sekolah ikatan dinas, seperti STPDN, polisi, tentara, atau sekolah lainnya. Namun, tidak selamanya jalur menjadi PNS itu harus digerakkan dengan uang. Semuanya tergantung pada klik atau channel. Jika klik itu adalah keluarga besar anda yang menjadi pejabat, maka itu menjadi jalan tol bagi anda untuk menjadi PNS.

Inilah yang sering saya protes secara diam-diam. Seorang anggota keluarga saya sedang mengumpulkan uang hingga lebih Rp 30 juta agar lulus menjadi PNS. Padahal, ketika ngobrol dengan seorang teman, semua saudaranya bisa menjadi PNS dengan mudah karena keluarganya yang menjadi pejabat. Hampir setiap tahun, ada saja keluarganya yang lulus seleksi PNS.

“Strateginya begini. Semua berkas anggota keluarga yang test PNS, dikumpulkan di satu tempat. Selanjutnya, dibawa sama kakek ke rumah sang pejabat. Kakek khan mertuanya pejabat itu. Semua nama yang dikasih, pasti lulus,“ kata teman tersebut.

Saya kesal juga. Ketika keluarga saya mengumpulkan uang hingga Rp 30 juta lebih demi lulus PNS, tiba-tiba saja keluarganya melenggang kangung, tanpa bayar apapun. Ia mengandalkan jaringan keluarga, sesuatu yang tidak dimiliki oleh keluarga saya. "Test itu hanya formalitas,“ katanya. Wah.. Payah.... Pantas saja negeri ini begitu hancur.(*)

1 komentar:

dwia mengatakan...

dwi mau kok jadi PNS. Supya Banyak waktu buat nulis....

Posting Komentar