Materialisme kebudayaan sebagai sebuah pendekatan untuk mengkaji perilaku manusia mendasarkan diri pada pemahaman bahwa kondisi-kondisi materi masyarakat menentukan kesadaran manusia. Penggagas pendekatan ini, Marvin Harris, terinspirasi oleh teori Marxist tentang basis (base) dan suprastruktur (superstructure). Harris sendiri menyebut basis sebagai infrastruktur yaitu unsur-unsur produksi dan reproduksi manusia.
Pertama-tama, pendekatan ini menganggap bahwa semua manusia harus menghadapi masalah-masalah produksi yaitu mewujudkan perilaku untuk memenuhi kebutuhan subsisten. Dalam kaitan dengan ini Harris menyebutkan adanya mode perilaku etik dari produksi (etic behavioral mode of production). Mode perilaku ini termasuk semua praktik yang digunakan untuk membatasi atau memperluas produksi subsistensi, terutama produksi makanan dan bentuk energi lainnya. Pola-pola kerja untuk memproduksi makanan juga termasuk di sini.
Kedua, setiap masyarakat juga harus menghadapi masalah-masalah reproduksi yaitu menghindari peningkatan atau pengurangan jumlah dan ukuran penduduk yang bersifat menganggu atau merusak. Untuk yang kedua ini Harris menyebutkan adanya mode perilaku etik dari reproduksi (etic behavioral mode of reproduction). Mode perilaku reproduksi ini terutama adalah semua praktik yang dilakukan untuk memperluas, membatasi, dan mempertahankan ukuran populasi seperti demografi, pola perkawinan, pengasuhan anak, kontrasepsi, aborsi dll.
Dengan pemahaman bahwa kondisi materi masyarakat menentukan kesadaran manusia maka artinya kebudayaan merupakan produk hubungan antara benda-benda. Harris memberikan contoh yang terkenal tentang pantangan orang Hindu membunuh sapi. Menurutnya, pantangan membunuh sapi itu didasarkan atas kebutuhan masyarakat India akan hewan itu untuk memaksimalkan kegunaan ekonomi dari sapi untuk membajak sawah ketimbang sebagai sumber daging untuk makanan.
Namun demikian, pendekatan materialisme kebudayaan mendapatkan banyak kritik terutama karena dianggap terlalu simplistik dalam melihat keterkaitan antara dunia materi dan non materi. Materialisme kebudayaan juga dianggap ekonomi deterministik dengan terlalu berfokus pada perhitungan ekonomi produksi subsisten dan reproduksi masyarakat.(yusran darmawan/ b.i. purwantari)
0 komentar:
Posting Komentar