SAYA ingin menyampaikan duka atas berpulangnya Mbah Surip, seniman eksentrik Indonesia yang meninggal kemarin. Ia meninggal saat berada di puncak ketenaran. Ia seperti bintang jatuh, sesaat nampak melesat angkasa, namun sesaat berikutnya lenyap bak ditelan bumi.
Saya selalu tersentuh setiap melihat penampilannya yang nyentrik. Tampaknya, ia bisa membebaskan dirinya dari berbagai perangkap duniawi. Sehingga ketika berpakaian seperti gembel, ia memaknainya sebagai pembebasan dari sistem sosial yang seperti perangkap. Saya membayangkan hari-hari yang berubah saat menggapai ketenaran. Mungkin, dulunya ia bebas kapanpun hendak tidur dan bangun –sebagaimana lirik lagunya. Tetapi saat ketenaran menyapa, jam tidurnya sudah ditentukan oleh para pelaku industri musik dan event organizer.
Mungkin, ketenaran itu adalah berkah sekaligus kutukan tersendiri baginya. Ia mulai terpasung. Tawanya tidak lagi selepas saat menjadi gembel. Walaupun, melalui ketenaran itu ia bisa menyapa banyak orang di banyak kesempatan. Pada akhirnya, kematian itu adalah sesuatu yang membebaskan dirinya. Tuhan membebaskan Mbah Surip dari perangkap ketenaran dan kekayaan, dua hal yang mulai membelenggunya. Pada akhirnya, Mbah Surip menikmati kebebasan yang sejati. Kebebasan yang sebebas-bebasnya dalam pelukan Yang Maha Pencipta.
Selamat jalan Mbah Surip....
0 komentar:
Posting Komentar