Seperti apakah masa depan perpustakaan?
Generasiku
adalah generasi yang suka berpindah-pindah dari satu rak buku menuju kerak buku
yang lain, suka membolak-balik buku, lalu membaca beberapa bab di depan rak,
selanjutnya memutuskan apakah membelinya ataukah tidak. Generasi yang sekarang
adalah generasi digital, yang lebih nyaman berpindah-pindah dari website yang
satu ke website yang lain.
Generasi
sekarang adalah generasi yang dimanjakan oleh perangkat teknologi komunikasi.
Dahulu, membawa berrak-rak buku adalah sesuatu yang nyaris mustahil. Pernah,
saya melihat seorang teman yang memiliki hasrat baca tinggi. Ia membawa sekitar
15 buku ke dalam tas gunung, dan membawanya ke mana-mana.
Pada
generasi sekarang, pemandangan itu jadi lucu. Sebab perangkat seperti kindle
fire, Ipad, atau Galaxy Tab bisa menampung ribuan buku pada sebuah perangkat
kecil yang seukuran buku kecil. Atau perangkat seperti Ipad yang bisa menyimpan
file dalam jumlah amat besar, dengan segala kemudahannya. Malah, ratusan buku bisa
masuk dalam perangkat jenis Iphone 4 yang besarnya hanya segenggaman tangan.
Lambat
laun, temuan mesin cetak ala Guttenberg akan menjadi sejarah. Ia akan
tergantikan oleh perangkat teknologi yang kian canggih dan bisa menyimpan
dengan lebih efektif, dan setiap saat bisa dihadirkan. Anda tak perlu
menggeledah rak demi rak. Cukup menuliskan kata kunci, maka saat itu pula buku
bisa dibaca. Dari sisi ekologis, file digital jelas lebih efektif. Tak perlu
menghancurkan hutan demi membuat lembaran-lembaran kertas yang kemudian
menyimpan ilmu pengetahuan.
Namun,
saya adalah tipe manusia yang belum siap dengan perubahan. saya membayangkan
hilangnya kebiasaan-kebiasaan lama. Saya menikmat saat-saat ketika pertama
membeli buku, menyobek plastic pembungkusnya, lalu membuka lembar demi lembar sambil
membaui wangi kertas. Kebiasaan itu akan hilang secara perlahan, dan diganti
dengan kecepatan men-download file buku dari satu situs.
Tapi
saya berusaha untuk menyesuaikan diri. Beberapa waktu lalu, saya membeli tablet
jenis kindle fire. Di wilayah Amerika, harganya terbilang murah. Saya mulai
menikmati transaksi buku melalui kindle fire. Ke mana-mana, saya tak peru lagi
membawa tas berisikan buku-buku. Saya cukup membawa kindle tersebut, yang
isinya puluhan buku serta bebaai file e-book dan jurnal. Semuanya jadi lebih
simple.
Saya
juga berlangganan beberapa majalah versi digital yang tak perlu repot-repot
menaruhnya di satu tempat. Melalui benda itu, semuanya jadi lebih fleksibel,
baik untuk dibuka maupun untuk dibaca.
Sering,
saya merindukan aktivitas membuka-buka lipatan buku serta wangi buku yang baru
dicetak. Namun saya sadar kalau zaman terus bergerak. Entah, apakah buku
berbahan kertas akan punah ataukah tidak di masa mendatang. Saya membayangkan
bahwa perpustakaan masa mendatang tidak lagi berisikan rak-rak dan lemari buku,
melainkan berupa server data, dan semua orang bisa mengaksesnya. Dan buku tersimpan
dalam file yang bisa dibawa ke manapun dan dibaca setiap saat.
Biarlah
waktu yang kelak akan menjawabnya.(*)
Athens, 3 Agustus 2012
0 komentar:
Posting Komentar