Angin kelak akan mempertemukan kita |
AKU
baru saja mengunjungi apartemenmu. Wanginya masih seperti dahulu. Tata letaknya
masih sama. Aku melihat kursi-kursi yang dahulu kutiduri ketika pulang dari
kampus subuh-subuh. Aku melihat kasur yang dahulu menjadi tempatku berbaring
kala lelah menghadapi hari-hari yang demikian sulit, kala menghadapi
wajah-wajah tak bersahabat, kala menghadapi kesulitan hidup, serta kala
merindukan banyak hal tentang tanah air kita.
Namun
aku jauh lebih merindukan dirimu yang selalu tersenyum ceria. Bersama dirimu
dan Iqra Anugrah, kita adalah tim yang selalu bersama ke mana-mana. Kita memang
sering bertengkar. Kita juga sering berkelahi. Kita sering tak saling sapa
selama berhari-hari. Sering pula kita bertengkar serupa anak kecil yang berebut
permen. Seringpula kita meributkan hal-hal sepele, yang sesungguhnya bermuara
pada keinginan kita untuk selalu bersama-sama.
Pada
akhirnya kusadari bahwa konflik adalah riak-riak kecil yang mengabadikan jalan
pedang yang sama-sama sedang kita tempuh. Konflik itu hanyalah batu ujian atas
kedekatan rasa dan kedekatan hati kita untuk sama-sama saling menjaga.
Ternyata, pertengkaran itu hanyalah jalan lingkar yang akan terus-menerus
mempertemukan, menguatkan rajutan-rajutan keakraban yang sama kita anyam.
Di
malam ini, aku hanya bisa menelusuri ulang jejak-jejak kenangan yang hingga kii
masih basah dan tergurat abadi di hati ini. Sering kubertanya, mengapa semuanya
demikian singkat?
saat di Washington DC |
Barusan aku menemui roommate-mu. Ia seorang warga India. Dia masih seramah dahulu, seramah saat membiarkan kita semua berkumpul dan berbicara dengan bahasa moyang kita, yang tanpa sedikitpun dimengertinya. Tadinya aku tak ingin mengingatmu. Tapi tiba-tiba saja ia berkata lirih kalau serasa ada dirimu di situ. Dan ia terdiam lama kemudian berkata, mungkin inilah kenyataan. Kamu sedang tak di sini.
Aku
memikirkan sesuatu yang melampaui kedekatan dan kebersamaan kita. Semesta telah
menunjukkan jalan yang kemudian menautkan kita. Semesta juga yang kemudian
memiliki scenario untuk memisahkan kita. Kelak, semesta pula yang memiliki plot
kisah untuk mempertemukan kita semua dalam satu kesempatan.
Kita
hanya setahun bersama-sama. Namun, ada kenangan yang terpatri dan terus-menerus
mengisi relung hati kita. Kupohonkan pinta kepada semesta agar mengatur
jalan-jalan untuk memperbaharui semua kenangan ini. Mudah-mudahan, angin akan
terus mempertemukan kita. Yakinlah sahabat, Athens masih menyisakan banyak
kepingan rindu untukmu. Salah satunya ada di sini; di hatiku.(*)
Athens, 16 Agustus 2012
0 komentar:
Posting Komentar