HARI
ini, 21 Juni adalah hari meninggalnya Sukarno, bapak bangsa Indonesia. Puluhan tahun
silam, ia punya mimpi-mimpi besar tentang Indonesia. Masa mudanya adalah masa
yang penuh dengan pergulatan gagasan-gagasan. Ia menyerap inti penting berbagai
ideologi. Namun ia tidak terjebak dalam pusaran air ideologi-ideologi besar
dunia. Ia membuat sintesa, dialog, atau komunikasi dengan alam pemikiran
Indonesia. Maka lahirlah senarai gagasan keindonesiaan.
Zaman
Bung Karno adalah zaman di mana semua pemimpin menyusun buah-buah pikirannya
dalam karya-karya. Bung Karno menulis opini media massa, naskah drama Sarinah,
hingga gagasan tentang Pancasila sebagai ideologi. Hatta, Sjahrir, dan Tan Malaka juga menyusun
pemikirannya sendiri-sendiri. Mereka digarami samudera intelektualitas, dibakar oleh api dan gelora nasionalisme, sesuatu
yang tidak dimiliki oleh satupun pemimpin di masa kini.
Aku
tak hendak terjebak dengan nostalgia. Aku hanya ingin membayangkan sesuatu.
Apa gerangan yang ada di pikiran Bung besar itu jika ia masih hidup di masa
kini? Adakah ia sedang girang dengan kemerdekaan yang kini seolah hampa makna
ketika kemiskinan dan keterbelakangan di mana-mana? Masihkah ia berpikir tentang kemerdekaan sebagai 'jembatan emas' yang membawa bangsa ke arah sesuatu yang lebih baik?
Athens, 21 Juni 2012
Saat mengenang hari wafat Bung Karno
0 komentar:
Posting Komentar