PERJUANGAN
paling besar manusia adalah perjuangan untuk menjadi diri sendiri. Sepanjang
sejarahnya, manusia berupaya menjadi dirinya sendiri demi menemukan jejak atau
titian kehidupan. Ada yang berhasil, namun jauh lebih banyak yang gagal. Mereka
yang berhasil adalah mereka yang memiliki mata terang untuk melihat ke mana
mereka hendak bergerak.
Mereka
yang gagal adalah mereka yang menjadi budak dari sistem sosial, mematut-matut
diri sesuai dengan apa yang diinginkan orang lain. Mereka adalah bagian dari
massa yang berlarian menuju dunia yang semu, dunia yang seolah-olah. Mereka
mengklaim dirinya sedang menuju kesejatian, sementara yang mereka lakukan
adalah mengejar fatamorgana. Mereka tidak pernah menjadi dirinya sendiri, tidak
pernah menghujamkan refleksi sedalam-dalamnya tentang mana yang substansil dan
mana yang cuma artifisial.
Aku
mengagumi mereka yang menjadi dirinya sendiri. Aku mengagumi mereka yang tahu
hendak menjadi apa serta jalan yang akan ditempuh. Dunia masa depan tidak
selalu seindah sinetron yang meninabobokkan manusia. Dunia masa depan adalah
dunia yang diimajinasikan hari ini, ditatap dengan segala risiko dan
konsekuensinya, dihadapi dengan keberanian Musa ketika menghujamkan tongkatnya
untuk membelah lautan.
Aku
mengagumi mereka yang berhasil membebaskan dirinya dari sistem sosial. Mereka
yang melihat sistem itu sebagai neraka saat memikirkan hal-hal baru. Mereka yang
bisa menemukan mata terang untuk melihat di tengah pekatnya kehidupan serta
kabut yang membatasi titian perjalanan manusia.
Aku
mengagumi mereka, yang digambarkan Chairil Anwar, sebagai mereka yang berani
hidup, mereka yang masuk menemui malam, mereka yang berpanas-panas ria demi sebuah
tuntutan. Aku mengagumi mereka yang digambarkan dalam puisi Chairil Anwar
sebagai berikut:
Pemuda-pemuda yang lincah
yang tua-tua keras,
yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan
bintang-bintangnya kepastian
bintang-bintangnya kepastian
ada di sisiku
selama menjaga daerah mati ini
selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu
malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut
debu......
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib
waktu !
0 komentar:
Posting Komentar