Imajinasi Ara yang Bersarang


Bersama Shaun the Sheep

DI satu mal di Kota Makassar, si kecil Ara tersentak melihat dua orang yang berpakaian karakter kambing dalam satu kartun Shaun the Sheep yang cukup populer. Ia langsung histeris dan mendekatinya. Ia berjabat-tangan, lalu berjingkrak-jingkrak saking bahagianya. Mungkin ia menyangka bahwa sosok itu sama persis, atau mungkin pemeran pada serial yang pernah disaksikannya.

Saya lalu sigap memotretnya dengan kamera ponsel. Saat itu kami hendak meninggalkan mal. Akan tetapi Ara ngotot untuk tetap berama Shaun the Sheep. Hingga akhirnya ia bersedia meninggalkan mal. Sebelum pergi, ia masih sempat mendatangi dua ‘kambing’ itu lalu mencium mereka kemudian melambai.

Di sepanjang perjalanan pulang, ia tak henti-hentinya berkisah tentang pengalamannya hari itu. Dengan bahasa yang terbata-bata, ia bercerita bahwa dirinya melihat sosok kambing di film. Saya pun mendengarkannya lalu membenarkan banyak kisahnya.

Saya tak hendak menjelaskan bahwa yang disaksikannya adalah dua manusia yang mengenakan kostum hewan. Saya tak ingin memberitahu kalau tak ada kambing berkaki dua, serta bisa melambai-lambai ketika melihat anak kecil. Lagian, kalaupun saya jelaskan, anak itu pasti tak akan percaya. Akan lebih baik jika ia tetap dalam imajinasi yang bersarang di kepalanya. Akan lebih baik jika ia menyangka telah menemukan keajaiban.

Keesokan harinya, ia masih bercerita tentang apa yang disaksikannya. Saya belajar untuk berempati padanya. Ia mengira telah bertemu sosok idola berwujud seekor kambing yang hidup dan bisa melambai-lambai. Baginya, itu pengalaman yang dahsyat. Pantas saja jika dirinya tersenyum gembira saat menceritakan pengalaman tersebut.

Dunia anak adalah dunia penuh imajinasi. Pengalaman melihat sesuatu telah  mematrikan sesuatu dalam benaknya, sehingga ketika dirinya melihat seuatu itu, ia akan sangat bahagia. Kelak, ia akan punya banyak impian, yang ketika digapai satu per satu akan menghadirkan rasa senyum serta bahagia yang berlipat-lipat. Ara telah menemukan bahagianya. Ia menemukan satu hal yang akan terus dikenangnya, dan kelak mengajarkan tentang perlunya memiliki impian.

Nak, teruslah bahagia. Sebagai ayah, saya akan menemanimu untuk memetik satu demi satu kembang bahagiamu. Kelak kamu akan sendirian untuk mendaki semua gunung penuh tantangan, namun doa dan pengharapan ayahmu ini akan terus menjadi jimat yang menemani langkahmu. Inilah janji saya sebagai ayahmu.


Makassar, 21 Desember 2013

0 komentar:

Posting Komentar