Seniman Bugis Tampil di Amerika

Tulisan ini dibuat untuk citizen reporter di harian Tribun Timur, Makassar. Ternyata selain dimuat di Tribun online (lihat beritanya DI SINI), juga dimuat di versi cetak. Silakan disimak!




Abdul Hakim Alle
RATUSAN warga Amerika Serikat (AS) terhenyak ketika lagu Pakkarena, lagu Makassar dipentaskan di Baker Center, kampus Ohio University di kota Athens, Sabtu (25/2). Lagu tersebut dipentaskan oleh seniman asal Maros, Sulawesi Selatan, yakni Abdul Hakim Alle, yang tampil dengan menggunakan ikat kepala passapu dan sarung Bugis. Lagu itu langsung menghanyutkan suasana Indonesia Night yang menampilkan pagelaran kesenian Indonesia di Amerika. 

Semalam, Hakim tampil dengan memainkan alat musik pakaccapping (kecapi), yang khusus dibawanya dari kampung kelahirannya. Selain menyanyikan lagu Pakkarena, ia juga menyanyikan lagu Indo Logo, yang mengingatkannya pada kampung halamannya di pedesaan tanah Bugis yang penuh bebukitan yang permai dan sawah-sawah yang menghampar hijau. 

“Saya menemukan sensasi yang berbeda ketika menyanyi di tanah Bugis, dan menyanyi di Amerika. Di kampung, saya menyanyikan lagu ini dengan ekspresi yang datar-datar saja. Tapi di sini, di Amerika, air mata saya menetes-netes saat membayangkan rindunya saya dengan suasana di tanah Bugis,” katanya sambil menyeka air mata. 

Penampilan Hakim kian memukau saat dirinya juga menampilkan seni mendongeng (paccarita) khas Bugis-Makassar. Ia memodifikasi kisah-kisah dalam khasanah klasik orang Bugis, dan menampilkannya kembali di panggung. Sembari mendongeng, ia lalu memetik kecapi dan menyanyikan syair lirih berbahasa Bugis. Ia mendongeng dalam bahasa Indonesia, namun di atas panggung, terdapat layar besar dan menampilkan terjemahan dalam bahasa Inggris. 

Beberapa mahasiswa internasional yang menyaksikan penampilan tersebut memberikan apresiasi kepada Hakim. Apalagi, saat menyanyi, terdapat gambar di layar yang menampilkan perahu phinisi, perahu kebanggaan orang Bugis-Makassar. Publik terkesima melihat perahu khas tersebut. Lebih terkesima lagi kala dikisahkan kalau perahu itu dahulu digunakan orang-orang Bugis-Makassar untuk menantang samudera demi berkelana ke negeri-negeri yang jauh. 

Usai pementasan, penonton yang menyaksikan itu langsung gemuruh memberikan tepuk tangan. Seorang mahasiswa asal India, Rashmi Sharma, mengatakan, “Saya tidak mengerti makna syair yang dinyanyikannya. Tapi saya sangat paham bahwa musik dan syair memiliki makna universal. Malam ini, Hakim telah menampilkan sesuatu yang sangat menyentuh hati saya,” kata mahasiswa program pasca sarjana bidang Communication and Development ini. 

Ditanya tentang penampilannya yang memukau tersebut, Hakim yang juga terdaftar sebagai mahasiswa Ohio University ini mengaku, tidak mempersiapkan penampilan itu secara khusus. “Sejak masih kuliah di Universitas Negeri Makassar, saya sudah terbiasa dengan pementasan. Seni dan aksi panggung telah menjadi bagian hari-hari saya,” katanya. 

Penerima beasiswa Ford Foundation ini dikenal sebagai pelaku kesenian tradisi. Ia menghidupkan tradisi musik kecapi khas Bugis dan memperkenalkannya kepada publik Amerika. Hakim berharap agar kesenian kecapi Bugis bisa go international atau dimainkan oleh public luar. Makanya, ia berharap agar penampilannya ini bisa diterima audiens di Ohio. Ternyata, penampilannya melebihi pengharapannya. Dengan lagu Bugis-Makassar, ia memukau banyak orang. Seorang penonton berkata,” It’s amazing. Saya mesti banyak belajar dari pria di panggung itu.”