Indahnya Islam di Masjid Indonesia, New York

KOMUNITAS Muslim asal Indonesia di New York, Amerika Serikat (AS), adalah salah satu komunitas warga Indonesia paling hebat yang pernah saya lihat. Betapa tidak, di tengah mahalnya bangunan serta adanya ketakutan kepada Islam, mereka sanggup untuk membangun sebuah masjid di New York, yang kemudian didedikasikan kepada warga Muslim. Bukankah mereka sangat membanggakan? 

saat di depan masjid

Saya tahu bahwa menjadi Muslim di Amerika tidaklah mudah. Pasca-tragedi WTC, ruang gerak orang Islam justru kian menyempit. Saat memasuki bandara, selalu saja ada pemeriksaan yang melelahkan. Saya punya beberapa pengalaman yang tidak nyaman tentang itu. Di New York, semua mahasiswa Muslim dimata-matai pihak New York Police Department (NYPD). Yang bikin saya kagum karena komunitas Muslim justru kian solid. Mereka bergandeng tangan, berbagi pengalaman bersama, dan saling menjaga solidaritas. 

Salah satu tempat di mana warga Muslim saling sharing dan berbagi kisah tersebut adalah Masjid Al Hikmah. Saya sering tercengang karena menyadari bahwa masjid ini didirikan komunitas Indonesia. Di bagian depan masjid itu terdapat tulisan besar Masjid Al Hikmah: Indonesian Muslim Community. Bahkan, saat saya singgah, di belakang masjid terdapat van atau mobil sejenis ambulas, yang juga bertuliskan Indonesian Muslim Community. 

Saya sangat bangga melihatnya. Selama ini, saya sering berpikir bahwa Muslim Indonesia di luar negeri bukanlah kaum berpunya yang menggelontorkan duit demi membangun tempat ibadah. Bahkan di kalangan mahasiswa pun, saya sering berpikir bahwa mahasiswa Indonesia di luar negeri berasal dari kelompok penerima beasiswa yang menyibukkan diri dengan kegiatan akademik, atau anggota masyarakat kota yang seringkali angkuh dan tidak peduli dengan dunia sekitar. 

Dalam salah satu novel karya Dewi Lestari, ada penggambaran tentang mahasiswa Indonesia yang kaya-kaya di luar negeri. Kata Dewi, mereka sering menghinakan sesama bangsa sendiri, luar biasa ramah saat bergaul dengan bangsa asing, serta asosial alias tidak peduli dengan dunia sekitar. Dewi lupa kalau tidak semua mahasiswa demikian berasal dari latar elite masyarakat kita. Banyak yang dari latar sosial menengah ke bawah, namun tetap saja memelihara sikap sombong pada bangsa sendiri (hingga berada pada level menghinakan rekan sebangsa), dan amat berlebihan caranya mengagumi bangsa asing.  

bagian dalam masjid
mobil di depan masjid

Tapi nampaknya, di New York, asumsi itu berubah drastis saat melihat langsung jejak keberadaan Muslim Indonesia di sana, serta upaya mereka untuk menggemakan Islam sebagai pemberi cahaya terang bagi masyarakat sekitarnya. Mereka tidak cuma memikirkan dirinya. Tidak juga cuma memikirkan masyarakat Muslim Indonesia di New York sebanyak 1.816 orang. Mereka memikirkan masyarakat Muslim internasional lewat pendirian sebuah masjid. 

Saya seakan disadarkan kembali bahwa Indonesia adalah negeri yang memiliki populasi Muslim terbesar di dunia. Mestinya, Indonesia bisa memainkan peran yang lebih strategis dalam percaturan global. Sayangnya, kebijakan ekonomi yang kian memiskinkan warga, serta lemahnya sikap para pemimpin, justru membuat Indonesia kian tenggelam dan menjadi bulan-bulanan negeri lain. Mungkin ini adalah takdir sekaligus tantangan buat kita sebagai bangsa Indonesia. Mungkin ini adalah takdir bahwa kita hanya bisa menganyam asa. 

Di New York, asa tentang negeri dengan populasi Muslim terbesar yang membantu sesama itu kian merekah saat menyaksikan masjid yang dirikan komunitas Indonesia. Umat Indonesia di sana menyadari bahwa masyarakat Muslim adalah satu tubuh dan satu solidaritas yang lahir untuk saling berbagi dan menolong. Masjid adalah oase yang menjadi tempat bertemu serta saling mengasah solidaritas bersama. 

Kemarin, saya berkesempatan mengunjungi masjid tersebut. Buat seorang pejalan seperti saya, masjid bukan sekadar tempat untuk beribaah dan menggumamkan munajat kepada Tuhan. Masjid juga berfungsi sebagai tempat singgah dan melepasan lelah. Dalam berbagai perjalanan ke beberapa kota di Tanah Air, saya seringkali singgah ke masjid untuk sejenak beristrahat serta memperlakukannya serupa hotel yani tidur di situ. 


dilarang berkumpul hingga 287 orang


Saya singgah ke masjid untuk bermalam dan bersiap-siap untuk perjalanan keesokan harinya. Pihak pengurus masjid juga sangat welcome dan mempersilakan saya dan teman-teman untuk bermalam di bagian dalam masjid itu. Malah, di masjid itu tersedia pula muniman teh, kopi, serta roti untuk dimakan. Saya langsung berpikir kalau ini srupa hotel tapi gratis. Saat berada di masjid ini, saya merasa sebagai tuan rumah. Apalagi, di sini, saya bertemu beberapa warga Indonesia. Bahkan pengurus masjid pun adalah warga Indonesia. 

Sayangnya, imam masjid ini bukan lagi seorang warga Indonesia, melainkan warga Bangladesh. Padahal, beberapa tahun lalu, saya membaca publikasi tentang imam Masjid Al Hikmah di New York adalah pria asal Sulawesi Selatan. Saya dengar beliau sekarang lebih banyak bergelut dengan aktivitas keagamaan di Washington DC. Apapun itu, saya bangga melihat masjid ini. Saya bangga melihat di tengah komunitas masyarakat yang sering memelihara stereotype tentang Islam sebagai teroris atau penyebar bencana, justru ada juga masjid yang didirikan warga Indonesia dan menjalankan aktivitas keumatan dan hendak memubmikan Islam sebagai rahmat bagi sesamanya. 

Saya takjub dengan kenyataan yang amat membahagiakan ini. Lebih takjub lagi saat mendengar bahwa masyarakat Muslim di New York bekerja keras untuk membangun image tentang Islam yang indah dan membahagiakan sesamanya. Mungkin ini adalah salah satu aspek paling indah bagi Islam yakni memberikan cahaya bagi sekitarnya.(*) 



9 komentar:

Perpustakaan Digital mengatakan...

Wah ,, Jadi Pengen Kesana Nih ,,

Semoga Saya Bisa
AMin

Muhammad Idris Al-Bandany mengatakan...

Semoga Islam menjadi penerang yg sesungguhnya disana...

Yusran Darmawan mengatakan...

amin. semoga tercapai.

Yusran Darmawan mengatakan...

amin. makasih atas komennya

Aminah Ayub mengatakan...

bang yusran...boleh ijin share link artikel ini... :)
biar makin banyak yang ikut merasa bangga

The Power within Me mengatakan...

tulisan yang menginspirasi banyak orang, terima kasih bang

Yusran Darmawan mengatakan...

amin. terimakasih atas komennya.

Yusran Darmawan mengatakan...

makasih. silakan share.

Unknown mengatakan...

Bang yusran... apa ada no kontak yg bisa dihub disana ?

Posting Komentar