Representasi Indonesia di New York

DALAM ruang persepsi masyarakat Amerika Serikat (AS), Indonesia adalah bagian dari kepulauan Pasifik. Secara geologis dan geografis, mungkin demikian. Tapi dalam hal kebudayaan, saya rasa tidak demikian. Indonesia memiliki karakteristik budaya yang berbeda dengan mereka yang berumah di Kepualauan Pasifik. Indonesia adalah rumah budaya yang merupakan persilangan berbagai tradisi dan kebudayaan yang dalam tuturan Denys Lombard disebut Le Carrefour Javanais atau Nusa Jawa, Silang Budaya. 

Tapi di New York, sebagaimana yang saya saksikan di Museum of Natural History, Indonesia adalah bagian dari Kepulauan Pasifik. Indonesia disetarakan dengan gugusan kepualauan yang membentang di Kepualauan Pasifik. Padahal, jika ditelaah dengan seksama, hanya bagian-bagian tertentu saja dari Indonesia yang merupakan bagian Pasifik. Lainnya tidak demikian. 

Indonesia bagian dari Pasifik? 
penduduk Pasifik

Inilah problem representasi. Seringkali kita direpresentasikan sebagaimana cara pandang barat terhadap timur. Ini juga hanya satu aspek. Jika ditelaah lagi, apa yang disebut sebagai kebudayaan Indonesia seringkali hanya diwakili kebudayaan Jawa dan Bali. Pada titik ini, saya bisa paham. Sebab jumlah suku bangsa di Indonesia amat banyak. Kita sering mendengar ungkapan adanya lebih dari 400 suku bangsa. Padahal, catatan Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat sekitar 1.128 suku bangsa. 

diorama ritual di Bali
wayang kulit 
wayang golek
topeng
kain

Inilah problem representasi. Apa yang disebut kebudayaan seringkali mengalami pendefinisian sesuai dengan konteks serta kultur sang penafsir. Bagi saya ini menunjukkan dinamika penafsiran yang banyak berkiblat ke barat, penafsiran yang hanya melihat Indonesia secara simplistis. Padahal, jika saya ditanya, apakah definisi dan representasi Indonesia, saya pasti akan menjawab, "Indonesia adalah negeri dengan tingkat keragaman paling tinggi di dunia."


New York,  19 Maret 2012

0 komentar:

Posting Komentar