Sepucuk Surat dari Maatscricht

HARI ini, semua teman-teman peraih beasiswa IFP-Ford menerima surat dari Netherland Education Supporting Office (Neso).  Isinya adalah brosur tentang pilihan studi yang kelak bisa mereka pilih. Sayapun menerima surat yang sama. Tapi yang unik adalah saya menerima surat khusus berlabel Maatscricht University yang terletak di perbatasan Belanda dan Jerman.

salah satu sudut kota Maatscricht
Surat itu berisikan promosi serta ajakan untuk studi di Maatscricht pada program Media Kultur, sesuai dengan background dan rencana studi. Suratnya berisi kalimat yang sangat simpatik dan sopan. Mereka meminta saya untuk segera menghubungi. Mereka siap membantu apapun jika hendak kuliah di Maaatscricht. Bahkan mereka tidak terlalu peduli dengan skor Toefl sebab Maatscricht punya lembaga pelatihan bahasa untuk mengasah kecakapan berbahasa semua calon mahasiswa program Internasional. Yang penting adalah adanya sponsor yang siap mendukung selama kuliah.

Salah satu kenikmatan sebagai penerima beasiswa adalah banyaknya kampus-kampus yang akan berebut meminangmu sebagai mahasiswa. Mereka tidak melihat dirimu, tapi melihat nama besar lembaga yang siap menjadi sponsor atas dirimu. Dan itu sudah mulai saya rasakan bersama teman-teman di sini. Bagi para peraih beasiswa Ford yang ingin ke Belanda, mau tak mau (pasti sangat mau), mereka mesti singgah dulu ke Maatscricht untuk menjalani pelatihan bahasa lanjutan di universitas itu. Semua peraih beasiswa IFP-Ford  di berbagai negara yang studi di belanda harus ke kota itu untuk pendalaman bahasa serta penyesuaian dengan iklim belajar.

Maatscricht terletak di perbatasan Belanda dengan Jerman dan Belgia, sehingga siapapun yang ke maatscricht, pasti akan mengunjungi negara-negara tersebut. Jika kelak saya memilih Belanda sebagai tujuan studi, maka sayapun kelak mesti melewati Maatscricht. Saya sempat mengintip foto teman-teman peraih beasiswa tahun lalu di Maatscricht. Mereka sudah mengunjungi banyak negara di benua Eropa sana. Saya jadi iri waktu lihat foto-foto tersebut.

Menerima surat ini, saya lalu membayangkan lanskap kota Maatscricht yang teduh. Saya membayangkan kanal-kanal yang menjadi sarana transportasi atau jalan-jalan yang dipenuhi sepeda. Seperti halnya para peraih beasiswa lainnya, sayapun dipenuhi gambaran hebat tentang Eropa atau negara-negara maju yang sudah lama terbang tinggi. Semoga kelak negeri saya bisa setinggi itu.

Teman-teman peraih beasiswa Ford tahun 2009 saat berada di Maatscricht.
Entah apakah kelak saya akan menyusul mereka ataukah tidak (foto: indar)

Surat dari Maatscricht itu saya simpan sebagai koleksi pribadi. Saya masih pikir-pikir apakah segera membalasnya ataukah tidak. Saya masih menjalani pelatihan bahasa. Saya juga masih bingung hendak ke mana. Hampir setiap hari saya browsing semua universitas di Amerika dan Eropa demi melihat mana yang terbaik dan kira-kira sesuai dengan minat dan keinginan saya. Ternyata, masih amat terjal jalan yang harus saya tempuh untuk menggapai banyak impian yang menjulang bagaikan gunung. Mudah-mudahan kelak akan terbentang jalan terang ke mana saya mesti bergerak.(*) 

2 komentar:

Anonim mengatakan...

amerika om Yus...amerika...
seperti mas Kunto, mas Amien, bang Nurcholish, gus Dur,...atau pung Hamid Awaluddin...

Anonim mengatakan...

jangan amerika, mending eropa kakakku.... bayangkan tulip sejauh mata memandang

Posting Komentar