Blogger: Dari Dunia Senyap Hingga Dunia Hiruk-Pikuk

BAGAIMANA rasanya bertemu dengan ribuan blogger? Mulanya saya membayangkan dunia blogger adalah dunia yang sunyi senyap. Kita menulis sendirian di satu sudut kamar, dan dikonsumsi seorang diri. Sering saya berpikir kalau para blogger adalah mereka yang asosial, punya masalah dengan pergaulan di dunia sosial, kemudian memilih mengasingkan diri di blog. Pernah pula saya membayangkan bahwa para blogger itu bekerja diam-diam, reflektif, kontemplatif, tidak terlalu suka keramaian. Sering juga saya membayangkan para blogger adalah mereka yang narsis dan senang memamerkan dirinya di ranah maya.

suasana pesta blogger 2010

Hari ini, saat menghadiri Pesta Blogger 2010 di Epicentrum Rasuna Jakarta, semua anggapan itu saya kubur dalam-dalam. Untuk pertamakalinya saya berinteraksi dengan semua blogger dalam satu ruangan besar, saling menyapa, dan bertemu dengan banyak komunitas. Di sini saya bertemu dengan para blogger yang malang-melintang dari banyak tempat. Ada komunitas blogger Bekasi, Malang, Yogyakarta, Bogor, hingga blogger Makassar. Banyaknya blogger di banyak daerah itu kian menegaskan keyakinan saya bahwa dunia blog bukan lagi dunia yang senyap. Blog adalah dunia yang hiruk-pikuk, didasari prinsip yang sama yakni prinsip untuk saling berbagi dan menyapa dengan siapa saja.

Dari sisi penampilan, ternyata blogger itu berasal dari banyak kalangan. Tidak cuma mereka yang dekil dan menulis di pinggiran seperti saya, ternyata banyak juga blogger yang berasal dari kelas sosial yang mapan. Tidak cuma mereka yang bersandal jepit, namun banyak juga yang datang dengan dandanan seksi dan parfum mahal. Malah, jumlah yang nyentrik itu bisa dihitung jari. Di ajang pesta blogger, semua batasan sosial itu mengabur. Semuanya lebur menjadi satu sebab didasari oleh semangat yang sama untuk merayakan perbedaan.

Satu hal yang juga menonjol adalah kreatifitas. Saya tersentak melihat pameran yang menampilkan desain-desain kaos yang amat kreatif, komunitas blogger yang unik-unik, hingga komunitas blogger yang isinya para animator. Kesimpulan saya: blog adalah dunia yang amat kreatif, yang anggotanya adalah mereka yang tidak bersedia berpangkutangan. Blog adalah komunitas yang terus bergerak, penuh dengan gagasan baru, dan di-share dalam komunitas maya yang besar, saling terkoneksi, dan bersama melahirkan ide-ide kreatif.

Yang tak kalah menarik adalah usia. Saya jarang melihat ada blogger berusia tua di ruangan itu. Kebanyakan yang hadir berusia belasan tahun, 20-an atau 30-an. Di atas itu sangat jarang terlihat. Mungkin ini adalah gambaran lahirnya generasi baru yang lebih melek media dan menyadari pentingnya berbagi informasi. Tidak heran jika suasananya sangat meriah. Ada music, animasi, serta poster-poster kreatif. Suasana yang meriah ini terasa hingga acara berakhir. Bahkan sebuah acara diskusipun dikemas dengan kreatif. Sangat berbeda dengan suasana seminar di perguruan tinggi yang memusingkan dan bikin keing berkerut.



Yang menarik adalah pesta blogger ini dikemas sebagai acara yang besar. Banyak sponsor besar yang urun rembug seperti Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS), Fullbright, VOA News, hingga perusahaan sebesar Acer. Banyaknya lembaga yang nimbrung ini menjadi isyarat kalau blog ini punya sesuatu yang berdampak besar. Blog serupa api kecil yang perlahan-lahan membakar ilalang. Memang, api itu masih kecil. Namun, saya yakin dalam waktu yang tidak seberapa lama, api itu akan membakar satu padang ilalang. Saya berani bertaruh bahwa waktunya adalah tidak terlalu lama lagi. Terserah jika anda berpikir berbeda.

Di sini saya bertemu dengan banyak nama yang tidak asing. Ternyata, melalui sebuah tulisan yang diposting di satu sudut negeri ini, bisa menyentuh banyak orang. Sebuah tulisan bukan sekedar diskusi tentang satu masalah. Sebuah tulisan ibarat jembatan yang mempertemukan hati, menyatukan kehendak, menyamakan karsa untuk berbuat hal yang sama dan positif. Dan blog menjadi kekuatan yang memungkinkan semuanya bisa bertemu pada satu titik. Itulah yang saya temukan di Pesta Blogger.

Mungkin pula ini gambaran dari lahirnya kekuatan sosial baru di negeri ini yang lebih kreatif, lebih demokratis, dan menyenangi aktivitas di dunia maya. Mudah-mudahan kekuatan sosial baru ini akan mengubur generasi lama yang kehilangan semangat untuk berubah, generasi lama yang suka meninabobokan orang banyak dengan retorika, namun tidak melakukan apapun. Sementara di dunia blogger, sebuah tulisan justru punya potensi untuk menggerakkan. Sedikitpun saya tidak meragukan kenyataan ini.

bersama istri di stand kedubes AS

Dunia maya ini telah mempertemukan visi, membentuk komunitas, dan melahirkan solidaritas yang kuat. Dengan semakin gencarnya perkembangan teknologi komunikasi, maka kelak blog akan menjadi kekuatan sosial baru. Blog akan menjadi jejaring yang mempertemukan visi, menguatkan kehendak, dan kelak akan menjadi rumput-rumput yang menyebar dan meruntuhkan tembok kekuasaan. Inilah yang saya harapkan dan mudah-mudahan akan terwujud.

Diskusi Makassar

Usai bergabung dalam acara di aula besar, saya lalu bergabung dnegan komunitas blogger Makassar yang lazim disebut Anging Mammiri. Kami menggelar diskusi bertemakan Makassar Tidak Kasar. Kebetulan, panelis diskusinya adalah Aan Mansyur, seorang sahabat yang juga menjadi penyair. Kami sama-sama mendiskusikan konstruksi berpikir yang mengasosiasikan Makassar seolah identik dengan hal-hal yang kasar. Kami sama-sama berkesimpulan bahwa liputan media yang paling banyak membentuk image seperti itu.

istri saya berpose dengan blogger asal bandung
utk kampanye anti kantong plastik

Sayapun ikut berkomentar dalam diskusi itu. Saat saya menyebutkan nama blog saya timurangin.blogspot.com, tiba-tiba beberapa orang langsung berkata kalau mereka adalah pembaca blog saya. Bahkan, usai acara diskusi, beberapa orang menyempatkan diri untuk berbincang tentang blog saya tersebut. Saya merasa surprised. Bayangkan, blog itu awalnya dibuat untuk tujuan curhat dan sesekali narsis. Sering saya berpikir bahwa hanya di dunia blog kita berhak untuk angkuh. Ternyata, tulisan disitu bisa menyapa banyak orang. Tulisan itu bisa mempertemukan saya dengan banyak orang yang membaca tulisan itu. Saya tiba-tiba menemukan kesamaan tema serta kesamaan cara berpikir dalam melihat banyak isu.

Dan itu saya temukan melalui blog, melalui tulisan yang saya posting di satu sudut terpencil, namun bersuara lebih nyaring hingga didengar banyak orang.(*)



Jakarta, 31 Oktober 2010

0 komentar:

Posting Komentar