Hari ini, Sabtu (9/10), saya libur dari aktivitas belajar di kampus. Hari ini, saya berencana untuk mengajak istri jalan-jalan mengunjungi kota tua Jakarta. Saya sudah bertahun-tahun menempati kota ini. Saya sudah lama malang-melintang di sini, namun belum pernah sekalipun mengunjungi kawasan kota tua Jakarta. Padahal, sudah cukup lama saya ingin mengunjungi kawasan ini dan melihat langsung bagaimana museum-museum, bangunan tua, situas bersejarah. Semuanya adalah jejak masa silam yang masih membekas di hari ini.
Museum Fatahillah di kawasan Kota tua Jakarta |
Saya berharap semoga semua rencana ini bisa terrealisasi hari ini. Apalagi, istriku (Dwi) adalah penggemar semua hal-hal yang menyangkut bangunan tua, sejarah, atau museum-museum. Saat sering saya Tanya mengapa ia menyukainya, ia cuma menjawab singkat. “Bangunan tua itu romantic. Saya sering membayangkan sebagai putri-putri bergaun putih atau sebagai noni-noni Belanda di negeri jajahan yang eksotis.”
Saya sering heran apakah ada sesuatu yang merasuki benak Dwi sehingga tergila-gila dengan bangunan tua. Katanya, benteng-benteng itu eksotik dan serupa teka-teki yang harus dipecahkan. Hingga ini ia masih kebingungan dengan teka-teki mengapa Benteng Rotterdam berbentuk penyu, dan mengapa pula benteng itu didesain dengan model seperti itu.
kelak, saya pun ingin berfoto seperti ini di kawasan kota tua Jakarta |
Sering saya merasa aneh dengan minatnya. Tapi biarlah semuanya akan terjawab saat kami berkunjung ke kota tua nanti. Kami ingin menelusuri sejarah Kota Jakarta. Kami ingin melihat bagaimana nadi kota ini berdenyut, mengaliri semua organ penting kota, merasakan napas yang memasuki paru-paru kota ini, mulai dari zaman colonial, hingga masa kini. Mungkin kelak akan timbul pertanyaan, mengapa masa silam selalu lebih gemilang dari masa kini. Biarlah waktu yang kelak akan menjawabnya.(*)
0 komentar:
Posting Komentar