Waspadai Intelijen Facebook !!!

DULUNYA, saya menganggap aktivitas di facebook (FB) hanyalah aktivitas membangun jaringan dengan semua rekan dan sahabat, saling sapa, dan berkomentar sesuka hati. Dulunya saya menganggap facebook sebagai tempat berinteraksi, memberi salam canda, sesekali membuat status yang konyol dan aneh-aneh. Malah seorang teman saya memanfaatkan FB sebagai sarana memaki-maki atau melepaskan kegelisahannya. Semua orang punya sikap sendiri-sendiri yang menempatkan FB sebagai arena untuk mengekspresikan sesuatu.

ilustrasi
Pandangan ini sah-sah saja. Sebab FB memang arena di mana kita bebas mengeskpresikan kebebasan.  Anda mau menulis apapun di FB, nggak bakal ada yang protes. Itu adalah hak anda untuk berekspresi. Namun, pernahkah kita berpikir bahwa FB justru menjadi sarana yang digunakan orang lain untuk mengamat-amati kita? Pernahkah kita berpikir bahwa FB ibarat intelijen untuk memantau seseorang, memantau tema-tema yang sedang dibahas, sekaligus menjadi jendela untuk mengenali seseorang lebih jauh dengan tanpa manipulasi?

Publikasi terbaru Tempo (27 sept 2010) menyebutkan bahwa beberapa perusahaan pencari kerja justru memanfaatkan FB untuk mengetahui seperti apa background seseorang, bagaimana interaksinya sehari-hari, serta apa saja tema-tema yang menjadi minatnya. Tempo mencatat, di beberapa perusahaan besar di Jakarta, facebook dan twitter menjadi komponen utama yang digunakan Divisi Human Resource Development (HRD) untuk memantau kualifikasi seseorang, memantau apakah seseorang layak untuk menyandang posisi tertentu.

Ketika proses wawancara kerja, biasanya pihak perusahaan telah mem-print halaman FB dan twitter seseorang selama beberapa bulan. Dengan cara membaca status FB, muncullah gambaran yang sesungguhnya tentang seseorang. Jadi meskipun saat wawancara, Anda bisa memanipulasi diri atau memberikan jawaban-jawaban yang standar, tetapi anda tidak akan bisa berkilah ketika semua status FB anda di-print dan diperlihatkan bagaimana diri anda yang sesungguhnya. Anda tidak akan bisa membantah ketika orang lain menyimpulkan tentang kepribadian anda. Sebab status di FB ibarat jejak-jejak yang kemudian dianalisis untuk menyimpulkan siapa anda sesungguhnya.

Tempo mencatat, seorang perempuan bernama Wulan terperanjat karena semua status di FB-nya diperlihatkan saat wawancara kerja. Ia pernah menulis status akan bolos kerja usai makan siang. Di lain waktu, ia akan menulis komentar tentang atasannya yang mengesalkan karena memberikan tugas berlebihan. Di lain waktu ia menulis tentang kekesalannya pada situasi kantor yang antara karyawannya saling jegal demi mendapatkan posisi. Dan semua status FB itu diperlihatkan saat wawancara sehingga Wulan tidak bisa berkilah.

Saya pikir ini bukanlah fenomena yang baru. Beberapa perusahaan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, perusahaan terlebih dahulu memanfaatkan keberadaan jaringan sosial. Biasanya, ini digunakan untuk mengetahui kapasitas seseorang, mengetahui apa tema yang menjadi minatnya, serta diri yang sesungguhnya. Angka penggunaan internet yang tinggi menjadi patokan bahwa dunia maya sudah menjadi salah satu tempat yang layak untuk dijadikan penilaian. Dalam sebulan, di seluruh dunia terdapat 700 juta foto yang di-upload ke facebook, dan rata-rata setiap orang online selama 273 menit. Adapun di Indonesia, hingga April 2010, terdapat 21,5 juta akun FB, yang pada akhir 2008 hanya berkisar 1,5 juta akun. Itu berarti setiap bulan terdapat 1 juta akun baru


Mengapa mengamati status facebook itu penting? Sebab semua yang anda tuliskan adalah jejak yang menjelaskan diri anda, menjadi petunjuk yang memaparkan siapa anda sesungguhnya. Anda tak butuh seorang Sherlock Holmes untuk mendeduksi semua fakta tersebut. Anda bisa mengetahui karakter sahabat tersebut hanya dengan mengumpulkan semua status di FB, kemudian dilihat kaitan satu sama lain. Tak percaya? Coba lihat kerja para psikolog atau psikoanalisa untuk menganalisa kepribadian. Mereka mencatat semua struktur kalimat yang kita lepaskan, lalu menganalisanya secara seksama. Bukankah hal itu bisa dilakukan dengan mengamati status FB seseorang? Bukankah status di FBadalah cerminan diri kita yang sebenarnya?

Facebook sebagai Jendela

Saya menganggap facebook (FB) itu adalah jendela untuk mengamati diri seseorang yang sebenarnya. Dalam FB, anda tak mungkin berbohong. Mungkin kita bisa berkilah bahwa boleh jadi kita sengaja memanipulasi apa yang tampil di FB, namun proses manipulasi itu harus berjalan secara konsisten dan terus-menerus. Nah, seberapa konsistenkah anda dalam manipulasi? Para peneliti bisa berkesimpulan bahwa tatkala kita memanipulasi sesuatu, maka itu adalah cerminan diri kita juga. Nah, sekarang marilah kita berefleksi seperti apa posisi sosial kita di dunia FB. Saya sendiri memilah-milah beberapa tipe pengguna FB. Nah, di manakah posisi anda?

Pertama, tipe narsis atau ingin dipuji. Ini adalah tipe paling banyak. Para pembuat status hebat ini kesannya ingin dikira pintar. Biasanya mereka suka mengumumkan sesuatu yang hebat-hebat. Misalnya akan presentasi di satu tempat hebat, tiba-tiba saja berada di bandara hebat, atau dimintai pendapat oleh orang hebat, atau tiba-tiba hadir di satu acara penting. Saya sering menggunakan logika terbalik saat mengamati FB. Ketika seseorang bersikap narsis dan menyebut yang hebat-hebat, maka boleh jadi itu adalah cerminan rasa tidak percaya diri dalam kehidupan sesungguhnya. Logikanya, jika anda memang hebat, pastilah semua orang akan mewartakan diri anda secara diam-diam ataupun terang-terangan. Ngapain mengumumkannya di FB?

Kedua, tipe ingin dikira cantik atau ganteng. Saya juga sering menemukan tipe ini. Seorang teman saya tidak sembarang memajang fotonya di FB. Ia akan menggunakan keahliannya dalam program photoshop untuk memanipulasi fotonya agar tampak seperti artis atau bintang film Korea. Ia pernah meminta saya memiotretnya. Nanti setelah jepretan ke 20, baru ia puas sebab dirinya agak tampan di situ. Ia selektif memajang foto di FB sebab ingin mencitrakan sesuatu. Malah, ada teman saya yang berkulit legam, tiba-tiba nampak putih di FB. Aneh? Tidak kok. Jangan-jangan kita adalah bagian dari mereka.

Ketiga, tipe pengajak kencan. Banyak saya menemukan teman di facebook yang berpikir untuk mengajak kencan seseorang. Saya mengenal seorang sahabat yang tersohor sebagai playboy di dunia facebook. Ia memanfaatkan facebook untuk bertemu gadis-gadis manis, cewek ABG. Saat chatting, ia akan mengeluarkan obrolan dan kalimat ‘berkelas’. Misalnya tiba-tiba ngaku suka jazz, padahal hampir setiap hari dengar lagu Rhoma Irama. Ketika sang gadis kepincut, ia lalu memasang jerat. Setelah itu mengajak ketemuan. Nah, kagetlah sang cewek karena si cowok tidak seganteng fotonya di FB. Apa anda pernah punya pengalaman seperti ini? Ayo.. Ngaku!

Keempat, tipe curhat. Nah, ini tipe yang juga dominan. Ada teman yang menjadikan FB sebagai tempat curhat. Mulai dari putus cinta, sampai curhat lagi masak apa. Saya sering geli kalau membaca status teman yang ingin curhat. Ngapain curhat di tempat yang bisa dipelototin jutaan orang? Artinya, teman itu tidak sekedar curhat. Ia ingin dianggap eksis di dunia FB. Ia ingin dianggap ada dan amat senang ketika statusnya dikomentari.

Kelima, tipe aktivis atau ingin dikira aktivis. Biasanya ini adalah akun FB milik aktivis atau mantan aktivis. Ia menjadikan FB sebagai arena untuk mengemukakan pandangan-padangan politiknya. Ia berharap agar orang-orang memberikan dukungan, memberikan komentar, atau memberi jempol. Saya sering menemukan status yang isinya adalah hujatan kepada negara, atau ketidaksukaan atas situasi politik. Tidak semuanya kritikan. Malah ada saja yang menganggap status itu cukup keren. Di Indonesia, FB bisa menjadi arena perlawanan terhadap satu kebijakan. Mungkin masih segar di ingatan kita tentang sejuta dukungan untuk Prita, atau sejuta gerakan untuk dukung KPK. Nah, ini digalang oleh para aktivis di dunia maya.

Keenam, tipe pengarang amatir. Nah, mungkin saya masuk tipe ini. Biasanya, seorang pengarang amatir senang memublikasikan tulisan atau refleksinya melalui FB. Motifnya bervariasi. Ada yang ingin berefleksi atas satu fenomena dan mengharapkan komentar orang lain, ada pula yang memang ingin dianggap penyair. Tahu sendirilah, menjadi penyair itu kesannya keren, seksi. Apalagi banyak perempuan yang mungkin beranggapan bahwa menjadi penyair itu identik dengan sesuatu yang romantic. Saya sering kesal karena dipaksa untuk memberikan komentar pada tulisan seorang teman. Ia memenuhi inbox saya dengan permintaan komentar di tulisannya. Lagian, ketika saya berkomentar miring, teman itu akan protes. Biasanya, saya selalu mengikuti permintaannya yakni memberikan pujian. Hehehe….

Nah, ada banyak tipe para facebooker. Pertanyaannya, di manakah posisi Anda? Silakan memberikan komentar. Tabik.



Jakarta, 2 Oktober 2010

3 komentar:

Meike Lusye Karolus mengatakan...

Gawatttt...bagaimana mi kalau kita curhat teruss kak ? T.T

d'amateur mengatakan...

Syukurlah, untung statusku baik-baik semua hehehe

laogi mengatakan...

baguslah, sy juga sudah bosan main fb, salam kenal brother

Posting Komentar