TADI saya kesal dengan pemilik warung tegal (warteg) di Jalan Palakali, Kukusan, Depok. Masak, cuma makan nasi tambah tempe dan ikan teri serta es teh manis disuruh bayar Rp 9.000. Itu kan keterlaluan. Biasanya, kalau di tempat lain, saya cuma bayar Rp 5.000 atau paling mahal Rp 6.000. Mungkin pedagangnya ingin cepat naik haji sampai-sampai harga jualannya dinaikkan. Masalahnya, kasihan juga mahasiswa seperti saya ini.
Search
Pengunjung Blog
...
Tentang Saya
blogger l researcher l communication practitioner l lecturer l teacher l IFP Fellow l ethnographer l anthropologist l academia l historian wanna be l citizen journalist l Unhas, UI, and Ohio Mafia l an amateur photographer l traveler l a prolific author l media specialist l political consultant l writerpreneur l social and cultural analyst l influencer l ghost writer l an avid reader l father l Kompasianer of the Year 2013 l The Best Citizen Reporter at Kompasiana 2013 l The 1st Winner of XL Awards 2014 l The 1st Winner of Indonesian Economic Essay Competition 2014 l
Arsip Blog
-
▼
2008
(159)
-
▼
Desember
(33)
- Tahun Baru yang Tanpa Greget
- Logat Jakarta Atau Logat Makassar?
- Lelah dan Capek
- Rekor Tulisan
- Akan Segera Pulang
- Ada Internet di Kamarku
- Natal di Langit, Natal di Bumi
- Kata Pengantar Tesisku
- Menulis adalah Terapi
- Ya Allah... Ajari Saya
- Hadapi Saja
- Grogi, Takut, Gagu
- Involusi Mahasiswa Sulsel
- Petuah Bijak Master Oogway
- Pelacur
- Gentar
- Maafkan
- Maafkan
- Puluhan Tahun Belajar Merdeka
- Antropologi adalah Percik Kearifan
- SELAMAT JALAN PAK BULAENG
- Jurnalis Top, Jurnalis Plagiat
- Lagi Baca New Moon
- Kesal.....
- Zaman Kian Berat
- Jalan Spiritual, Jalan Kemanusiaan
- Twilight, Film Terbaik Tahun ini
- Beli Banyak Novel Baru
- Nonton Twilight
- Belajar Mengenali Lokalitas
- Menulis, Meditasi, dan Kejernihan
- Betapa Anehnya Profesi Pengamat
- Bagai Pesakitan Menghitung Hari
-
▼
Desember
(33)
0 komentar:
Posting Komentar