SERING saya menemukan ketidakadilan di depan mata. Entah, apakah saya terlalu peka, tapi saya sering keberatan kalau diperlakukan dengan tidak adil. Salah satu contoh sederhana yang bisa saya angkat adalah ketika kualifikasi saya dan beberapa teman hendak dinilai. Di saat kualifikasi saya dipertanyakan, sementara orang lain justru disambut dengan penuh senyuman, maka saya aka merasa cemburu dan menganggap ada ketidakadilan di depan mata. Jika segala yang saya miliki justru lebih di atas teman saya tersebut, maka saya akan meminta perlakuan yang sama. Lantas, mengapa pula ada perbedaan perlakuan?
Dalam ranah sosiologi kita menyebutnya sebagai konsep diri. Setiap manusia memiliki subyektivitas tertentu sehingga sering mengistimewakan orang lain yang dianggapnya sesuai dengan garis berpikir atau ideologi yang dianutnya. Ketika terdapat perbedaan gelombang pemikiran dengan seseorang, maka risikonya adalah tidak akan terjadi pertemuan. pastilah akan terjadi perpisahan sebab masing-masing akan memakai standar masing-masing. Namun, selagi kita sanggup melakukannya, maka pertahankanlah sikap berlaku adil tersebut. Jika saya dalam posisi di atas, saya akan belajar berlaku adil kepada siapapun, tanpa hendak pilih kasih. Sebab saya pernah merasakan berada pada posisi di bawah dan diperlakukan berbeda.
Lantas bagaimanakah cara bersikap adil? Mungkin jalan terbaik adalah memperlakukan semua orang dengan sama, tanpa memandang perbedaan. Mungkin ini tidak mudah tapi kita bisa mengatur gestur dan body language kita sedemikian rupa sehingga orang lain merasa nyaman dan tidak dibeda-bedakan. Kalau anda sukses melakukannya, maka yakinlah, siapapun yang bertemu anda akan merasa nyaman sehingga setiap orang merasa nyaman dan memiliki kebebasan untuk mengeluarkan semua potensinya.(*)
0 komentar:
Posting Komentar