Refleksi Usai Mencuci Baju

suatu hari di tepi gedung tua

Tanpa istri, saya kembali jadi mahasiswa malas. Padahal, mestinya kebiasaan malas ini sudah saya tinggalkan sejak lulus kuliah. Ternyata, saya masih harus kembali mengenakan kebiasaan tersebut. Tadi, saya baru saja mencuci baju. Setelah ditumpuk selama dua minggu, akhirnya semua baju itu saya tuntaskan. Badan ini tiba-tiba saja pegal dan pinggang seakan hendak lepas. Lama tak mencuci, badan ini jadi ikutan pegal ketika melakukannya.

Seorang istri memang begitu berharga. Seorang istri ibarat sayap-sayap yang membawa terbang seorang suami melanglangbuana ke jagad raya. Bukan saja meniupkan semangat untuk maju terus dan pantang mundur atas segala rintangan dan beban. Namun juga memberikan supporting untuk fokus melakukan hal-hal yang substansial. Seorang istri adalah arah dan mata kompas ke mana kehidupan ini akan digerakkan. Pada saat ini saya merasakan pentingnya kehadiran istri. Saya merindukan dirinya yang jauh di sana. Juga merindukan sosok ajaib yang sedang dipendamnya dan kelak akan ditetaskannya.(*)

0 komentar:

Posting Komentar