MULAI hari ini saya libur belajar di LBI UI hingga 4 Januari mendatang. Saya seolah kehilangan rutinitas bangun subuh, mempersiapkan materi, membaca, lalu mandi dan ke kampus. Sekarang, saya bangun pagi dan hanya bisa bengong, tanpa tahu hendak ke mana. Kakak menyarankan untuk ke Yogyakarta. Dan saya tertarik ke sana.
ke mana anda liburan? |
Tapi belakangan, saya merevisi tawaran itu. Saya ingin mengalokasikan waktu untuk menuntaskan beberapa pekerjaan yang tertunda. Salah satunya adalah rencana penerbitan buku Negeri Seribu Benteng yang sudah lama file-nya tertahan. Buku ini sudah terlampau lama tertunda. Saya terlalu banyak menghabiskan energi untuk mengurusi hal-hal lain, sehingga nyaris melupakan hal yang jauh lebih substansial. Dengan cara menuntaskan buku, maka liburan ini akan jadi jauh lebih produktif buat saya.
Nah, mumpung lagi membahas libur, saya baru paham ternyata liburan punya sejarah sendiri. Dalam sejarah kita, libur diawali bangsa Eropa yang membutuhkan rehat setelah seminggu bekerja penuh. Kita meniru, kemudian ikut memberikan makna. Konon, pengenalan hari Minggu sebagai hari libur dimulai dari kebiasaan orang-orang Eropa di Batavia yang pergi beribadah dan pada hari itu tidak bekerja seperti hari-hari biasa. Masyarakat Eropa itu juga menikmati hari Minggu dengan bepergian ke suatu tempat, pelesir.
Ternyata, sejak masa silam, konsep libur sudah ada. Kini, di masa modern, libur menjadi sesuatu yang esensial sebagai jeda dari kebisingan hari-hari. Libur ibarat charge atas baterai kehidupan kita yang sudah lowbat. Libur akan mengisi kekosongan hari-hari setelah menjalani rutinitas yang penuh tekanan. Bukankah demikian?
0 komentar:
Posting Komentar