SEMALAM, saya menghadiri peluncuran novel fantasi Nibiru dan Ksatria Atlantis di Gramedia, Matraman, Jakarta. Acara ini menghadirkan penulis novel Tasaro yang namanya cukup kondang dan sebagai penulis produktif dan berkualitas dalam jagad penulisan sastra populer di Tanah Air. Saya mengenal Tasaro sejak pertama membaca karyanya Hui Sing yang mengisahkan tentang murid perempuan Cheng Ho yang berkelana di Tanah jawa. Selanjutnya saya membaca Galaksi Kinanthi, serta Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan.
Semalam, saya tiba Gramedia Matraman, beberapa menit sebelum acara dimulai. Suasananya dikemas seperti talkshow, namun ada pula presentasi lewat slide. Memasuki ruangan itu, saya melihat Tasaro yang dikerumuni para penggemar yang mengacungkan buku agar ditandatangani dan diberi pesan-pesan khusus. Saya yakin itu Tasaro sebab ia dikelilingi banyak orang yang kesemuanya meminta tandatangan di buku yang dibuatnya. Sayapun ikut menyodorkan buku untuk ditandatangani. Untungnya, ia langsung mengambil buku saya lalu bertanya nama apa yang hendak ditulis. Saya lalu menyebut nama dengan suara pelan.
Mendengar nama saya, Tasaro langsung memandang sambil berkata, "Yusran Darmawan yaa?" Saya mengiayakan. Seorang pria di sampingnya juga langsung menyalami saya dan berkata, “Hallo Mas Yusran. Apa kabar? Saya Bambang Trim.” Saya sangat familiar dengan Bambang Trim. Ia seorang blogger yang menjabat sebagai General Manager di penerbit Tiga Serangkai. Saya pernah membaca bukunya tentang teknis penyuntingan buku. Saya senang sekali karena bisa bertemu dua penulis sekaligus yakni Tasaro dan Bambang Trim.
Tasaro lalu berkata, "Akhirnya bisa ketemu Mas Yusran. Saya senang sekali." Mulanya saya keheranan. Kok bisa-bisanya seorang penulis seproduktif Tasaro mengenali saya. Mungkin ia hanya mengenal sekilas melalui tulisan blog atau semacamnya. Tapi tiba-tiba ia bertanya, "Kirain lagi di Makassar. Kok bisa di Jakarta yaa?" Ternyata ia cukup mengenal saya. Buktinya, ia tahu persis bahwa saya pernah berdiam di Makassar.
Pembicaraan selanjutnya mulai mengalir. Ia bercerita tentang lima serial Nibiru yang tengah digarapnya. “Rencananya, setiap tahun akan terbit satu novel Nibiru.” Lantas, setelah peluncuran novel ini, apa lagi yang akan dikeluarkannya? Ternyata ia akan mempublikasikan Muhammad: Lelaki Pengenggam Hujan 2. Menurutnya, novel ini akan jauh lebih tebal dari novel yang pertama. Saya kembali terkagum-kagum. Katanya, dalam sehari ia bisa menulis hingga 10 halaman. Nah, artinya dalam sebulan ia bisa sampai 300 halaman dengan spasi satu. Jika diterbitkan dalam format buku, maka dalam sebulan ia menulis hingga 400 halaman. Nah, betapa produktifnya seorang Tasaro dalam menulis.
Saya cukup menikmati perbincangan ini. Tiba-tiba saja, ia mengajukan pertanyaan yang cukup menohok. “Kapan Mas Yusran menulis fiksi? Saya sangat tunggu lho” katanya. Wah, ini pertanyaan yang sukar dijawab. Di tengah rutinitas seperti ini saya hanya sanggup penulis catatan tidak penting dalam blog. Tapi saya tetap menganggap pertanyaan itu sebagai tawaran sekaligus tantangan. Saya memaknainya secara positif, sambil bertanya dalam diri, "Kapan saya bisa menulis fiksi?”
0 komentar:
Posting Komentar