Tidak Lulus Ujian SIM

HARI ini, daftar kesialanku bertambah. Belakangan ini saya sering mengalami nasib sial. Namun kesialanku kali ini meninggalkan rasa jengkel yang tidak terkira. Saya kesal tujuh turunan dengan pihak polisi yang memberikan test ujian test Surat Izin Mengemudi (SIM). Saya merasa dikerjai dan dipimpong kiri kanan. Makanya, sepulang dari kantor polisi, saya terus memaki dengan gumaman “tailasso” atas apa yang saya alami hari ini.

Kemarin, saya menjalani test tulis. Jumlah pertanyaan 30 nomor dan saya bisa menjawab benar hingga 19 nomor. Hari ini, saya disuruh datang pada jam 09.00 pagi untuk jalani test selanjutnya. Kali ini, saya dites mengendarai motor melewati rintangan. Saya disuruh memakai rompi khusus berwarna biru yang di belakangnya ada tulisan sedang belajar. Tugasku adalah membawa motor melewati sejumlah barikade (rintangan) yang dibuat agak sulit dan berbelok-belok.

Polisi yang mengetes saya memberikan arahan bahwa kakiku tak boleh sedikitpun menginjak tanah. Ketika saya menginjak tanah, maka saya akan didiskualifikasi dan disuruh datang lagi seminggu berikutnya. Maka, saya lalu menjalani tes dengan sedikit gemetaran. Betapa tidak, banyak orang yang menyaksikanku menjalani test ini. Setelah menghidupkan mesin motor jenis Shogun 125 cc milik polisi itu, saya langsung jalan melewati semua rintangan. Sialnya adalah pada rintangan terakhir, saya nyaris jatuh sehingga kaki saya langsung menginjak tanah. Polisi itu langsung memberi sempritan. Saya disuruh mengulang lagi dari awal. Untunglah, pada test kedua, saya bisa melewati semua rintangan.

Tes berikutnya adalah mengendarai motor mengikuti angka delapan. Kali ini, tak sesulit sebelumnya. Setelah itu, saya disuruh turun dari motor, kemudian disuruh berdiri berhadapan dengan polisi. Tes kali ini adalah saya disuruh menjelaskan apa makna pergerakan tangan pak polisi itu. Seperti tes awal, saya agak grogi karena disaksikan banyak orang.

Polisi itu kemudian menyemprit lalu tangan kanannya diangkat tinggi ke atas. Saya disuruh menebak apa maksudnya. “Kendaraan di depan harus berhenti,” kataku. Polisi itu langsung menjawab sinis, “Salah!!!” Selanjutnya, dia kembali mengulangi gerakannya. Kali ini saya menjawab, “Semuanya harus berhenti.“ Jawabanku benar sebab polisi itu langsung tersenyum. Kemudian dia membuat gerakan lain. Kedua tangannya direntangkan dengan telapak menghadap ke depan. Saya tak bisa jawab.

Setelah mengulangi gerakan itu sekali lagi dan saya masih belum bisa jawab, kali ini dia mengubah gerakannya. Tangan kanannya satu diangkat sebahu seperti orang melambai. Kemudian tangan kirinya bergerak turun naik, saya masih belum bisa jawab. Tes lalu dihentikan, dan saya disuruh kembali ke ruangan. Tiba di ruangan, polisi itu lalu menyuruh saya mempelajari gerakan polisi sebagaimana terpampang di gambar pada ruangan itu. Ia lalu mengisi lembaran tesku dan hasilnya adalah saya tidak lulus ujian praktik. Saya disuruh kembali seminggu berikutnya.

Saya kesal karena sudah dua hari saya datang terus, namun mekanisme kelulusan ini tidak jelas. Saya tidak yakin jika semua pencari SIM bisa memahami dengan baik makna gerakan tangan polisi. Saya rasa, ketika sudah berada di jalanan, kita bisa memahaminya karena gerakan tangan kadang diikuti dengan teriakan. Saya tidak percaya kalau ribuan orang yang punya SIM bisa mengetahui dengan tepat makna sempritan peluit pak polisi. Namun, betapa anehnya sebab hampir semua orang bisa dengan mudah dapat SIM, sementara saya harus menerima nasib tidak lulus ujian SIM.

Dalam situasi kali ini, saya agak menyesal kenapa saya tidak menggunakan calo. Kata temanku, kita hanya membayar Rp 150.000, namun semua urusan kita langsung beres. Sementara saya sudah membayar Rp 40.000 untuk tes kesehatan dan Rp 75.000 untuk formulir SIM, tetapi urusan masih terbengkalai. Andai pake calo, mungkin saya tak perlu bolak-balik, dan cukup menunggu di rumah. SIM akan segera diantarkan kepada kita, tanpa menjalani tes. Saya menyesal kaena terlalu patuh dengan nasihat banyak orang yang memintaku urus sendiri. Belakangan ini, saya terlalu jujur pada diriku. Mungkin harus sedikit bohong jika ingin memenangkan banyak hal dalam hidup. Itulah pelajaran hari ini. Jangan terlalu lurus, carilah jalan pintas, meskipun lewat calo.(*)


0 komentar:

Posting Komentar