BEBERAPA hari ini paman sepupuku yang tinggal di Kendari datang. Saya tak pernah pulang ke rumah kakakku untuk menemui mereka. Andaikan saya punya kemampuan menghilang, barangkali saya sudah lama menghilang. Untuk saat ini, saya malu bertemu keluarga dari kampung dan ingin melenyapkan diri sesaat dari kerumunan manusia.
Saya malu karena belum bisa berbuat banyak dan memberikan sesuatu kepada keluarga. Makanya, saya pura-pura sibuk atau menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan supaya tidak pulang ke rumah. Sebenarnya, saya punya banyak waktu. Jam ngajarku di kampus hanya di hari Senin dan Jumat. Waktu saya banyak lowong dan biasanya saya isi dengan sejumlah kegiatan, di antaranya menjadi petinggi di Pusat Studi Media Unhas yang bernaung di bawah Divisi Humaniora, Pusat kegiatan Penelitian (PKP) Unhas. Kegiatan yang terakhir ini, belum banyak menghasilkan uang. Namun, saya merasa senang dan merdeka sebab punya wadah untuk aktualisasi diri agar saya tetap mengasah potensiku.
Saya kembali ke rumah kakakku pada saat paman itu telah meninggalkan rumah. Kakakku bercerita bahwa ia banyak kehabisan uang karena harus carter mobil selama sehari, kemudian mengantar jalan-jalan dan belanja. Saya tiba-tiba berpikir bahwa untung juga karena saya tak pulang. Saya tahu bahwa saya tak boleh berpikir demikian. Mungkin kelak ketika saya mulai stabil, saya harus bisa membagikan kebahagiaan kepada siapa saja yang datang ke Makassar.(*)
0 komentar:
Posting Komentar