Terpaksa Menghapus Satu Tulisan

DENGAN sangat terpaksa, ada tulisan di blog ini yang saya hapus. Di tengah hingar-bingar wacana politik yang kian mengeras, tulisan blog ini bisa dimaknai secara berbeda. Saya menerima tekanan-tekanan untuk menghapus sebuah tulisan di sini. Sungguh, saya tak ingin melakukannya. Bagiku, sebuah tulisan adalah anak kandung yang pernah lahir pada suatu masa dan bertutur tentang kita. Tulisan adalah rekaman pikiran yang berfungsi untuk mengawetkan kegelisahan kita pada suatu masa

Namun, saya seakan tidak berdaya karena ini sudah menyangkut politik dan karier seorang teman. Dengan sangat terpaksa, saya harus menjilat ludah saya dan menghapus satu tulisan di blog ini. Saya hanya bisa mengurut dada karena seolah-olah saya tidak mengakui sebuah tulisan yang merupakan anak kandung saya sendiri. Saya melakukannya karena merasa prihatin dengan seseorang yang mulai merasa besar dan terganggu dengan tulisan itu.

Tetapi saya tak sedih dengan itu. Saya sih santai saja. Hal yang paling membuat saya sedih adalah blog ini tidak lagi menjadi ruang-ruang yang merdeka buat saya. Blog ini tidak lagi bisa bebas menampung kegelisahan saya atas banyak hal. Blog ini tidak lagi menjadi kanal yang mengalirkan semua energi kebebasanku dalam melihat banyak hal.

Mungkinkah blog ini kian populer? Entahlah. Ketika menulis kata kunci tertentu di google, maka tulisan dari blog ini sering tampil. Sebenarnya, itu bisa positif ketika saya memaksimalkannya untuk memperkenalkan diri pada banyak orang. Saya mendapatkan banyak teman gara-gara blog ini. Namun, blog ini bisa saja negatif ketika omongan lepas tentang sesuatu, langsung ditanggapi secara sinis oleh seseorang. Tampaknya, saya harus belajar beradaptasi bahwa blog ini tidak lagi menjadi ruang-ruang kultural yang memerdekakan saya dari dunia yang sumpek. Blog ini mulai diawasi begitu banyak mata-mata yang membuat saya kian sulit bernapas.(*)




0 komentar:

Posting Komentar