Renungan Usai Diskusi Politik


ilustrasi

DI hadapan sekitar seratus anak muda di Baubau, saya menjadi narasumber diskusi tentang partai politik. Tadinya saya hanya menjadi peserta biasa, namun karena ada dua narasumber yang tak hadir, saya lalu didapuk menggantikan mereka. Dengan semangat untuk berbagi pengetahuan, saya lalu ikut mengemukakan beberapa gagasan yang sekiranya bisa memantik diskusi.

Saya cukup lama tidak merasakan tampil sebagai narasumber. Biasanya, saya lebih suka melihat sesuatu dari pinggiran, kemudian memberikan beberapa catatan-catatan kritis. Belakangan ini, saya merasa nyaman sebagai penyaksi. Saya lebih suka memperhatikan sesuatu, kemudian merekam detail-detail yang disaksikan dalam beberapa catatan. Saya lebih suka menulis ketimbang berbicara.

Beberapa tahun lalu, saya amat sering menjadi pembicara di berbagai pelatihan mahasiswa. Ketika menjadi aktivis organisasi mahasiswa, nyaris setiap minggu saya menerima undangan untuk membawakan diskusi. Saya pernah tampil dalam beragam tema, mulai dari tema-tema seperti logika dan filsafat hingga tema-tema keseharian. Saya terbiasa tampil di berbagai acara besar, dan dipanel dengan banyak orang hebat di negeri ini. Ini adalah periode ketika saya tinggal di kota Makassar.

Sayang, ketika meninggalkan kota itu, saya lalu meninggalkan panggung-panggung diskusi. Praktis, saya kehilangan kesempatan untuk adu argumentasi dengan banyak kalangan. Saya lalu kehilangan panggung untuk belajar banyak hal. Hingga akhirnya saya menemukan wadah aktualisasi lain yakni melalui menulis.

Saya merasa amat beruntung bisa mengenali dunia tulis-menulis. Dunia ini menjadi arena buat saya untuk berbagi pengetahuan, sekaligus menyerap pengetahuan-pengetahuan baru. Benar kata Hernowo, salah satu pendiri Mizan, bahwa setiap aktivitas menulis selalu membutuhkan energi yang didapat melalui bacaan. Tanpa membaca, tulisan akan kering dan kehilangan daya ledak. Melalui menulis, saya mendiskusikan bayak ha dengan cara-cara yang simpel agar setiap tulisan dibaca oleh banyak orang.

***

suasana diskusi

SEMALAM saya tampil menjadi pembicara. Mulanya ada rasa kikuk hendak memulai dari mana. Beberapa detik berikutnya, semuanya berjalan normal. Entah, apakah materi yang saya bawakan disukai ataukah tidak, yang pasti saya melihat sorot mata penuh rasa ingin tahu dan hasrat belajar yang memancar dalam wajah banyak orang. Saya mendengar permintaan agar diskusi serupa digelar berkali-kali demi memperkokoh basis pengetahuan serta mengatasi rasa haus banyak orang untuk belajar.

1 komentar:

Pista Simamora mengatakan...

wow keren.. untuk jadi narasumber itu susah2 gampang, susah nya kalau ada pertanyaan yang gak bisa di jawab, gampang nya kalo materinya sudah benar2 dikuasai. Tampaknya kakak ini benar2 menguasai materi yang dibawakan ya.. Semangat berbagi ilmu kak :)

Posting Komentar