buku Insirasi JK yang telah terbit |
TAK disangka, rajin menulis di ranah blog bisa
membuka banyak peluang. Setelah sebelumnya aku memenangkan beasiswa ke luar
negeri berkat konsistensi menulis, dua bulan lalu aku mendapatkan satu anugerah
baru. Aku diminta menjadi editor pada buku yang ditulis oleh mantan Wapres
Jusuf Kalla (JK). Hari ini, aku akhirnya bisa menimang buku itu. Lebih bahagia
lagi ketika menemukan namaku tercantum sebagai editor buku atas sosok yang
pernah jadi aktor kunci atas banyak kejadian di negeri ini.
***
SEMUANYA dimulai dari email sebuah
penerbit besar. Dua bulan silam, aku terkejut ketika mendapati email yang
isinya adalah permintaan untuk menjadi editor sebuah buku yang ditulis JK.
Artikel itu dipilih dari tulisan JK, serta bahan ceramah ataupun kesaksian JK atas
berbagai peristiwa semasa dirinya menjadi wapres.
Mulanya aku ingin menolak. Maklumlah, aku
bukanlah seorang editor profesional. Pengalamanku adalah mengedit beberapa buku
lokal di Pulau Buton, tempatku berdomisili. Pernah pula aku mengedit buletin yang
diterbitkan satu lembaga sosial. Aku merasa tak siap untuk langsung diposisikan
setara dengan editor senior pada satu penerbit ternama di tanah air. Aku
membayangkan standar serta kecermatan yang tinggi sebagai editor profesional.
Namun pihak penerbit itu meyakinkanku
untuk mencoba kesempatan itu. Tadinya aku hendak menolak. Namun penerbit itu
tak sedikitpun meragukan kemampuan mengeditku, sebab telah membaca ratusan
artikel yang kutuliskan di ranah dunia maya. Mereka mengikuti gagasan demi
gagasan yang pernah kubuat. Malah, mereka tahu hal-hal yang sifatnya pribadi,
termasuk hari-hariku bersama keluarga. Mereka percaya bahwa aku adalah orang
yang sangat layak untuk mengedit buku yang ditulis oleh seorang mantan wapres.
Yang membuatku kian bersemangat adalah penerbit
itu juga menjanjikan imbalan materi yang cukup besar atas pekerjaan mengedit
tersebut. Makanya, aku langsung mengiyakan. Aku menerima tantangan mereka untuk
menjadi editor profesional. Setidaknya, tantangan itu bisa membuatku belajar
banyak pada satu penerbit besar tanah air. Demi proses belajar itu, aku
bersedia menerima risiko akan gagal, dianggap tak cukup punya visi atas buku
yang akan terbit, serta atau dicap tidak mampu menjadi editor.
Tantangan itu sukses menaikkan adrenalin
kerja keras. Meskipun awam pada dunia mengedit buku, aku berusaha untuk
mempelajari kecakapan editorial. Bahwa yang terpenting adalah seorang editor
mesti memiliki visi tentang buku yang akan diterbitkan, memahami kekuatan dan
kelemahan setiap teks yang tengah digelutinya, serta sanggup untuk mengemas
sesuatu menjadi lebih baik, lebih bertenaga, dan lebih menggerakkan. Seorang
editor yang baik tak hanya merapikan kata demi kata. Ia harus bisa melihat sesuatu
yang melampaui teks buku.
Hingga akhirnya, penerbit lalu mengirimkan
semua naskah JK yang akan diedit. Aku lalu membenahi kata demi kata,
menjahitnya dalam satu benang merah gagasan, lalu membentangkannya sebagai satu
hamparan ide-ide yang renyah dan nikmat untuk dibaca. Aku memberikan koreksi
editorial, serta masukan-masukan yang sekiranya bisa membuat tulisan-tulisan
itu lebih menarik untuk dibaca.
Ternyata, tulisan-tulisan JK yang akan
diterbitkan adalah tulisan-tulisan yang sebelumnya diposting di Kompasiana.
Sepengetahuanku, JK adalah salah satu penulis yang cukup produktif, baik saat
menjelang pemilihan umum (pemilu), maupun sesudahnya. Berbeda dengan politisi
lain, JK tidak menulis sesuatu yang akademis. Ia menulis artikel dengan gaya
khasnya yang santai, penuh canda, serta penuh substasi yang berguna bagi
bangsa.
Proses mengedit ini menjadi proses
pembelajaran yang amat penting bagiku. Aku belajar untuk berempati serta
memahami inside stories atas beberapa
kejadian penting negeri ini dari seorang yang duduk di kursi wakil presiden. Meskipun
ada beberapa artikel yang tak kusetujui idenya, tetap saja aku larut dalam
beberapa artikel-artikel bagus tentang dinamika di istana negara, serta situasi
ketika JK memilih kebijakan yang tidak populer. Ia menjelaskan alasan rasional
di balik setiap kebijakan, sesuatu yang sangat berharga bagi siapapun yang
tertarik mengkaji dinamika politik.
Lewat proses mengedit buku, aku belajar
satu hal penting, bahwa semua pengalaman
seseorang akan menjadi kuas yang akan mewarnai kanvas kehidupannya. Aku
akhirnya paham tentang betapa pentingnya mempelajari latar belakang serta
pengalaman satu tokoh sejarah. Bahwa di balik setiap gagasan yang kemudian
mengubah sejarah, terselip kisah-kisah tentang individu yang selalu dipengaruhi
oleh konteks dan latar pengalaman. Sejarawan dan peneliti yang baik mesti
memahami dengan baik interaksi bolak-balik antara agency dan struktur atas setiap peristiwa sejarah.
***
HARI ini, aku menimang buku yang kuedit
dua bulan silam. Penerbit menepati janjinya untuk mengirimkan buku, serta
membayar honor editor. Ada rasa bahagia yang berdesir ketika melihat namaku
tertera di dalam buku. Aku tiba-tiba saja mengamini pendapat seorang kawan
tentang definisi kebahagiaan. Katanya, bahagia adalah saat-saat ketika kamu
menemukan namamu tercetak pada sebuah buku yang kemudian dibaca banyak orang.
Rasa bahagia itu akan berlipat-lipat ketika orang-orang membaca dan
mengapresiasi buku tersebut. Entah, apakah buku itu akan disukai banyak orang
ataukah tidak, yang pasti kerja kerasku sebagai editor telah ditunaikan ketika
penerbit merasa puas atas apa yang sudah dihasilkan.
mantan wapres Jusuf Kalla |
Aku lalu merenungi makna menulis di dunia
blog. Ada banyak tipe penulis di ranah maya ini. Ada yang menjadikan dunia maya
sebagai tempat melepaskan energi negatif, ajang curhat, atau ajang memaki
keyakinan orang lain. Ada pula orang yang memindahkan kliping koran ke dalam
tulisannya. Banyak pula penulis yang menjadikan dunia maya sebagai arena untuk
kampanye politik atas seorang tokoh politik. Malah, aku mendengar tentang
penulis yang mengincar popularitas.
Namun selalu saja ada ruang positif bagi
mereka yang hendak menjadikan ruang maya sebagai tempat untuk berbagi
gagasan-gagasan yang kemudian diterbangkan kupu-kupu digital ke segenap
penjuru. Gagasan itu akan menyapa orang lain, menginspirasi, dan mencari
kaki-kakinya untuk bergerak. Ternyata, gagasan di ruang ini tidaklah statis,
melainkan selalu dinamis dan bergerak secara kilat untuk menyapa orang lain.
Apa yang kita tulis akan menjadi citra
diri kita yang kemudian terdistribusi secara cepat. Mereka yang menulis dari
latar hati yang bening pastilah akan mengetuk orang lain di ruang yang jauh
sana. Pada titik ini, ruang maya akan menjadi ruang untuk terus berproses dan
menyempurna. Ia tidak lagi sebagai ajang melepas gelisah, namun menjadi sesuatu
yang positif. Mereka-mereka yang mengasah diri pastilah akan mendapatkan
apresiasi. Melalui menulis dan interaksi, ada banyak hikmah-hikmah positif yang
akan datang menyapa. Aku mengalaminya ketika satu penerbit memintaku untuk
menjadi editor.
Hari ini kudapatkan satu pelajaran penting
kehidupan. Bahwa menulis dengan niat positif untuk menebar inspirasi pastilah akan
mendapatkan manfaat. Niat itu bisa mendatangkan materi sebagai bentuk apresiasi
atas profesionalitas. Namun jika kurenungi lebih jauh, materi itu bukanlah
tujuan utama. Materi itu hanyalah efek atau konsekuensi dari niat untuk berbagi
pengetahuan. Yang terpenting adalah menulis bisa menajamkan pikiran,
melembutkan hati untuk selalu berbagi pengetahuan, serta memperkaya batin dan
perjalanan hidup seseorang. Itulah materi yang tak ternilai.
4 komentar:
Like.. Jganlah skali2 mrgukan diri ta sndiri, kak yusran itu hebat
jadi tahu, rupanya pak JK juga pinter nulis ya? :)
Makasih utk secercah pencerahan via tulisan dr kedalaman hati...like it so much
Keren kakak...
Posting Komentar